1 Oktober, Seluruh GTO Tol Bali Mandara Siap Terapkan Pembayaran Non Tunai
(Baliekbis.com), Jalan Tol Bali Mandara telah selesai menambah sembilan GTO. Dengan demikian secara teknis elektronifikasi transaksi tol non tunai yang akan diberlakukan mulai 1 Oktober 2017 ini telah siap. “JBT telah selesai menambah sembilan GTO sehingga sekarang seluruh gardu tol sudah otomatis,” ujar Direktur Utama PT Jasamarga Bali Tol, Akhmad Tito Karim, Kamis (28/9) pada acara “Obrolan Santai Bareng Media” di Grha Tirta Empul, Gedung KPwBI Provinsi Bali Lt. 3.
Seperti diketahui, JalanTol Bali Mandara memiliki 20 gardu tol. Dari jumlah tersebut, 11 GTO dan 9 tunai atau non GTO. Dengan telah selesainya penambahan GTO ini, Jalan Tol Bali Mandara tercatat sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang seluruh gardunya sudah GTO. “Dengan demikian 100% elektronifikasi transaksi tol telah siap diterapkan di Jalan Tol Bali Mandara,” kata Tito Karim. Berdasarkan Keputusan Menteri PUPR No. 16/KPTS/M/20, 17 tanggal 12 September 2017, elektronifikasi transaksi tol akan diterapkan di seluruh Indonesia mulai 31 Oktober 2017. Sedangkan Jalan Tol Bali Mandara telah siap mulai 1 Oktober 2017 ini. Tito mengakui tantangan ke depan sesungguhnya adalah mengubah kebiasaan masyarakat dari transaksi uang tunai menjadi non tunai. Meskipun secara teknis GTO sudah siap, perbankan juga sudah menyiapkan uang elektronik dan peralatan top up (isi ulang), namun diakuinya bahwa mengubah kebiasaan masyarakat bukan pekerjaan mudah. JBT dan perbankan perlu secara kontinyu mengedukasi masyarakat pentingnya menggunakan uang elektronik. Selain praktis, juga lebih mudah dan aman.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan elektronifikasi jalan tol tidak hanya bermanfaat bagi pengguna tetapi juga bagi operator jalan tol. “Bagi pengguna, pembayaran secara non tunai akan memberikan rasa aman karena jumlah yang dibayar sesuai dengan tarif serta lebih cepat dan nyaman karena tidak perlu ada uang kembalian. Sementara itu, bagi operator, elektronifikasi jalan tol akan menekan paling tidak empat resiko yaitu kecurangan (fraud) oleh pegawai, salah penghitungan, penerimaan uang palsu dan resiko keamanan pengumpulan uang tunai,” jelas Iman. Elektronifikasi jalan tol ini merupakan tahapan menuju pengembangan Multi Lane Free Flow (MLFF) atau pembayaran tol tanpa henti dimana pengguna jalan tol tidak harus menghentikan kendaraan di gerbang tol yang akan diterapkan pada Desember 2018. Untuk mensukseskan pembayaran tol secara non tunai ini terdapat beberapa perbankan yang bekerja sama dengan Jasa Marga Bali Tol (JBT) yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, BCA, BPD Bali dan BTN.
Pada kesempatan tersebut pihak perbankan menyatakan telah siap. Bahkan masing-masing bank menunjukkan transaksi pembelian uang elektronik yang meningkat. CEO Bank Mandiri R. Erwan DJH mengatakan kartu beredar secara nasional hingga Juni 9,6 juta dengan jumlah transaksi 385,7 juta. Nominal nilai transaksi Rp2,5 triliun. Sedangkan di Bali, kartu terjual pada Juni sebanyak 928, Juli (722), Agusttus (1804) dan sampai September ini 12.826 kartu. Total penjualan kartu 16.330. Sementara CEO Region BNI Putu B. Kresna mengatakan saat ini telah terjual 20 ribu kartu. Demikian pula Pinwil BRI Dedi Sumardi mengatakan untuk Bali-Nusra terjual 426 ribu kartu, di Bali saja 314 ribu kartu. Untuk tol pihaknya menyiapkan 48 ribu kartu. Humas JBT Drajad Hari Suseno, menyatakan penggunaan uang elektronik (Unik) untuk transaksi tol menunjukkan peningkatan. “Berdasarkan data Bagian Operasi, pengguna Unik telah mencapai 36%. Padahal awal September hanya 19%, Jadi kenaikannya hampir 100% selama sebulan terakhir,” ujarnya. (bas)