23 Persen Ekspor Bali Dikirim ke Negeri Paman Sam
(Baliekbis.com), Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor produk-produk dari Bali. Data BPS menunjukkan dari sepuluh produk utama ekspor Bali, empat di antaranya (23,53 persen) diekspor ke Amerika Serikat, rnulai dari pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, barang-barang rajutan, serta jerami dan bahan anyaman.
Dalam press release Berita Resmi Statistik Bali, Rabu (2/5), Kepala BPS (Biro Pusat Statistik) Bali, Adi Nugroho menjelaskan pada periode Maret 2018 nilai ekspor ke USA mencapai USS13,89 juta. Nilai ini naik sebesar 25,27 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada bulan Februari 2018 yang sebesar US$11,09 juta.
Secara total, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Provinsi Bali, nilai ekspor barang Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Maret 2018 tercatat mencapai USS 59,05 juta. “Angka ini mengalami peningkatan sebesar 30,46 persen dibandingkan nilai ekspor bulan februari 2018 (m to m),” jelasnya.
Bahkan jika dibandingkan dengan data ekspor tahun sebelumnya pada bulan yang sama (y-to-y) tercatat mengalami kenaikan sebesar 13,71 persen. Adapun komoditas utama yang diekspor pada bulan Maret 2018 dengan nilai tertinggi berturut-turut adalah produk ikan dan udang dengan persentase sebesar (25,51 persen), disusul oleh produk perhiasan/permata (15,88 persen), kemudian produk pakaian jadi dan rajutan (15,16 persen). Secara (m to m) dari sepuluh komoditas utama ekspor yang mengalami peningkatan tertinggi dicapai oleh komoditas benda-benda dari batu, gips, dan semen hingga ratusan persen. Tujuan utama ekspor komoditas tersebut yaitu Hongkong yang meningkat hingga lebih dari serratus kali lipat.
Secara detil impor Bali pada Maret 2018 tercatat mencapai USS 12,41 juta secara (m to m). Jika dibandingkan dengan Februari 2018 nilainya memingkat cukup signifikan sebesar 23,77 persen dengan nilai sebesar US$ 10,03 juta. “Secara (y to y) bulan ini juga tercatat mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat jika dibandingkan dengan bulan Maret 2017 yang tercatat mencapai US$ 4.47 juta,” ujarnya.
Adapun jenis komoditas utama yang diimpor pada bulan Maret 2018 adalah produk minyak kosmetik, dan wangi-wangian (17,37 persen), produk mesin dan perlengkapan mekanik (14,24 persen), produk barang-barang dari kulit (14,05 persen), produk lonceng, arloji dan bagiannya (13,62 persen), dan produk perhiasan/permata (9,35 persen).
Jika dibandingkan dengan bulan Maret 2017 (y to y), produk minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian menunjukkan lonjakan yang signifikan hingga lebih dari seratus kali lipat. Hal ini diduga disebabkan karena kebijakan relaksasi impor yang memungkinkan produk yang tercakup dalam kelompok komoditas ini tidak termasuk dalam sektor wajib verifikasi di pelabuhan.
Sepanjang tahun 2017-2018, lonjakan import tertinggi berasal dari Hongkong, disusul kemudian dari negara Thailand. Impor dari Thailand di bulan Maret 2018 juga merupakan titik tertinggi sepanjang tahun 2017-2018, dengan komoditas utama yang diimpor adalah produk mesin dan perlengkapan mekanik. (ist)