65 Ribu Kamar Hotel di Bali Kosong
(Baliekbis.com), Bali saat ini memiliki 5 ribu hotel dengan jumlah kamar sekitar 130 ribu. Namun sayang dari jumlah kamar sebanyak itu baru 50 persen atau sekitar 65 ribu yang terisi. “Separuhnya masih kosong. Ini yang perlu dicarikan jalan keluarnya, salah satunya dengan mendatangkan wisatawan Cina yang kini semakin banyak ke Bali,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Bali Drs. AAN Yuniartha disela-sela workshop “Mendatangkan Wisatawan Tiongkok & Strategi Promosi Efektif melalui media Online di China”, Kamis (20/7/2017) di Kuta yang diikuti pelaku industri pariwisata, pihak terkait lainnya. Workshop ini merupakan kerja sama Kementerian Pariwisata RI, Baidu dan Cunar (China Online Travel Flatform).
Dikatakan Yuniarta jumlah turis mancanegara yang ke Bali terus meningkat. Sampai Juni 2017 ini jumlah kunjungan mencapai 2,8 juta turis. “Turis Cina nomor 1 disusul Australia nomor dua,” tambahnya. Jumlah turis Cina saja sampai Juni 2017 sudah 700 ribu lebih sedangkan Australia 500 ribuan. Yuniartha optimis turis Cina ke Bali akan melebihi target yang diharapkan tahun ini yakni 1 juta. ”Kalau melihat jumlah kunjungan sampai Juni, kita optimis target 1 juta bisa dicapai bahkan lebih,” ujarnya.
Optimisme tersebut didasari makin banyaknya turis Cina yang bepergian dari negaranya. Berdasarkan data ada sekitar 130 juta warga Cina yang bepergian ke luar negeri setiap tahunnya. “Kalau kita bisa mendapatkan 10 persennya saja ini sudah bagaus,” tambah Yuniartha. Untuk mencapai sasaran tersebut sekaligus mengisi kamar-kamar hotel yang masih ada, maka pihaknya berharap dukungan Baidu untuk bisa membantu membuka akses untuk promosi ke Cina. Ditanya soal spend turis Cina yang tak begitu besar, Kadisparda Bali ini mengatakan yang perlu dilakukan adalah memprioritaskan bagaimana mengisi kamar yang masih sisa itu. Demikian pula soal kualitas turis yang datang.
Sementara Director For Asia Pasific Tourism Promotions Kementerian Pariwisata RI Vinsensius Jemadu mengatakan kunjungan turis Cina ke Bali meningkat tajam. Bahkan ke beberapa daerah tujuan wisata seperti Manado melonjak hingga 600 persen lebih. “Namun kita masih kekurangan guide Cina. Bahkan untuk melayani turis Cina di beberapa daerah kita harus datangkan guide dari Bali,” tambahnya.
Vinsensius mengajak para pelaku pariwisata untuk menggunakan teknologi digital dalam menjual pariwisata. “Selain memanfaatkan konektivitas udara melalui penerbangan langsung atau menambah rute penerbangan baru,” jelasnya. Ia melihat kunjungan turis terbanyak menggunakan penerbangan. Karena itu konektivitas lewat udara ini perlu terus digenjot. Disisi lain diingatkan meski Bali sudah sangat terkenal namun tetap harus ada promosi. “Bali adalah barometer pariwisata Indonesia. Jadi harus dijaga kenyamanan dan keamanannya,” jelasnya. (bas)