76 Pejabat IKIP PGRI Bali Dilantik, Artha Negara: Jangan Ada Dosen Sampai Jual Beli Nilai dan Skripsi
(Baliekbis.com),Sebanyak 76 pejabat di lingkungan IKIP PGRI Bali masa bakti 2019-2023, Kamis (4/3) mengikuti prosesi “majaya-jaya” yang dipuput oleh Ida Pedanda Bang Buruan. Upacara juga dirangkai dengan angkat sumpah dan pelantikan bertempat di Auditorium Redha Gunawan, kampus setempat.
Ada pun nama pejabat yang dilantik di antaranya, Drs. I Negah Sukawidana, M.Si., sebagai Wakil Rektor (WR) I, menggantikan Drs. Pande Wayan Bawa, M.Si., Dr. Drs., I Wayan Sudiarsa, M.Stat sebagai WR II menggantikan Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. Posisi WR III, kembali dipercayakan kepada Dr. Drs. I Wayan Citrawan. Sedangkan jabatan baru WR IV dipercayakan kepada Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd.
Di tingkat fakultas, Drs. I Nyoman Waga, M.Si., kembali menjabat Dekan FIP. Dr. Komang Indra Wirawan menjabat Dekan FPBS menggantikan Dr. Ketut Yarsama, Drs. IB Oka Sudarsana, M. Pd., menjabat Dekan FPIPS menggantikan Drs. Dewa Made Alit., M.Pd., Dr I Wayan Eka Mahendra., M.Pd., menjabat FPMIPA menggantikan Dra. Ni Nyoman Parmithi, MM. Sedangkan Dekan FPOK masih dijabat Dr. Drs. I Wayan Adnyana, MM., M.Erg. Perombakan juga terjadi di sejumlah posisi di lingkungan IKIP PGRI Bali.
Rektor IKIP PGRI Bali Dr. I Made Suarta, SH.,M.Hum., meminta seluruh pejabat baru agar inovatif dan memperkuat prinsip Tri Kaya Parisudha, yakni keseimbangan antara pikiran, perkataan dan perbuatan berlandaskan dharma. Sedangkan pejabat lama, diharapkan membagi pengalaman kepada penerusnya demi kemajuan institusi.
Rektor asal Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan ini juga meminta jajarannya untuk konsisten bertindak sesuai tugas dan fungsinya, serta berani mengambil tindakan, meskipun mengandung risiko. “Sehebat apa pun teori yang kita miliki, akan mati tanpa tindakan. Pasti ada dua risiko, berhasil dan gagal tapi ini lebih baik dari pada diam. Mari satukan pikiran membawa IKIP PGRI Bali ‘kasub ring jagat,” pintanya.
Kualitas SDM dan penelitian, diakui Suarta masih menjadi pekerjaan rumah (PR) IKIP PGRI Bali. Persoalan ini hanya bisa dituntaskan dengan kerja keras, cerdas, tuntas dan ikhlas. Baginya, mengelola perguruan tinggi ibarat tim dalam permainan sepak bola, setiap pemain harus memainkan tugasnya dengan baik menuju sebuah kemenangan.
Lebih lanjut ia mengingatkan jajarannya agar jangan terlena, karena perubahan sangat cepat seiring perkembangan teknologi informasi. “Situasi sekarang akan berbeda dengan bulan depan. Sehingga peta pertarungannya tidak lagi yang besar melawan yang kecil, tapi yang cepat melawan yang lambat. Orang lain bisa, masa kita tidak,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. I Gusti Bagus Arthanegara,S.H.,M.Pd., menjelaskan, para pejabat yang dilantik telah melewati proses yang cukup panjang sesuai ketentuan yang berlaku. “Kami tegaskan prosesnya demokratis, musyawarah dan mufakat,” jelasnya.
Meski demikian, praktisi pendidikan senior di Bali ini menyadari keputusan yang diambil tidak mungkin memuaskan semua pihak. Sehingga ia mengingatkan semua itu bermuara pada kebaikan dan kelancaran pendidikan di IKIP PGRI Bali. “Jangan sampai ada yang ‘ngambul’, karena masih banyak pengabdian yang bisa dilakukan di kampus ini,” Artha Negara menambahkan.
Menyikapi era globalisasi dan revolusi industri 4.0 yang mengarah ke 5.0 ini, ia mengungkapkan seluruh civitas harus mampu menjawabnya dengan pendidikan yang berkualitas. Dia tidak ingin mendengar ada dosen yang jual beli nilai, skripsi atau permainan lainnya. Jika terbukti, selaku ketua yayasan penyelenggara, Artha Negara tak segan-segan mengambil tindakan tegas sesuai peraturan yang ada. (sus)