“Abstract Is” Tampil di Bentara Budaya Bali
(Baliekbis.com), Tujuh perupa muda Bali menghadirkan karya-karya terkini mereka dalam pameran bersama di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Gianyar, Bali. Mereka antara lain: I Made Kenak Dwi Adnyana, I Ketut Agus ‘Dangap’ Murdika, I Kadek Darma Negara, I Komang Trisno Adi Wirawan, I Putu Sastra Wibawa, Tien Hong dan I Wayan Piki Suyestra. Pameran akan dibuka secara resmi pada Kamis (12/10) pukul 19.00 WITA dan berlangsung hingga 22 Oktober 2017. Merujuk tajuk “Abstract Is”, para perupa yang berasal dari beragam latar institusi seni ini, ISI Yogyakarta, ISI Denpasar dan Seni Rupa Undiksha, justru memilih ragam seni abstrak sebagai rujukan rupa. Mereka menjadikan karya yang bisa disebut “nir-sosok” sebagai pilihan stilistik sekaligus tematik. Mereka meyakini karya-karya beraliran abstrak ini memungkinkan menyampaikan pesan atau suatu renungan yang tengah merundung keseharian para perupa ini.
“Abstact Is Adalah sebuah frame kuratorial yang mencoba untuk mengajak para peserta pameran yang terdiri dari tujuh orang perupa muda Bali yang memiliki kecenderungan berkarya pada jalur seni lukis abstrak maupun abstraksi untuk merumuskan dan mendefinisikan proses kreatif mereka dalam berkarya di jalur seni lukis abstrak maupun abstraksi, “ ungkap kurator pameran ini, Made Susanta Dwitanaya. Pada pameran kali ini ditampilkan 18 karya dua dimensi serta 2 seni instalasi. Selain sebagai ekspresi rupa, karya-karya pada pameran ini boleh jadi berangkat dari satu kesadaran bahwa seni abstrak juga kuasa mempresentasikan realita. Atau di sisi lain sekaligus merupakan ekspresi keyakinan mereka akan adanya ke-niskala-an yang dianut masyarakat Bali, dan tentu meresapi keseharian para perupa ini pula.
Mereka sebelumnya juga pernah berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta pada 4-12 Oktober 2016, merujuk tajuk “Benang Merah”. Hal mana ini mengingatkan pula akan kehadiran perupa muda lainnya melalui pameran “Bali Emerging Artist” di Bentara Budaya Bali pada 25 Juli – 3 Agustus 2016 lalu; menunjukkan adanya tekad bersama untuk memperjuangkan ruang bagi para kreator yang tengah meneguhkan eksistensinya. Selain pameran, agenda ini dimaknai pula dengan workshop serta artist talk, berlangsung pada Jumat (13/10) pukul 15.00 WITA. Workshop secara khusus mengetengahkan praktek melukis abstrak yang dimentori seniman pameran ini. Sedangkan dalam artist talk yang juga menghadirkan kurator pameran, akan diulas perihal fenomena dan dinamika seni abstrak di Bali maupun Indonesia, berikut kecenderungan stilistik dan tematik yang mengemuka pada pameran kali ini. Seni abstrak dalam sejarahnya sangat identik dengan formalisme estetik dalam seni rupa dimana seni abstrak sangat dengan ekspresi personal seniman dalam ranah kerupaan yang esensial. Namun seni abstrak tidak hanya bisa terbaca sebatas pada perkara formalisme semata. Tentu saja ada pernyataan lain yang melampui perkara kerupaan yang juga mengiringi dan melatarbelakangi proses kreatif para perupa termasuk yang bergenre non representasional semisal seni abstrak ini, “ ujar Susanta Dwitanaya lebih jauh.
Karya-karya pelukis muda tentulah menarik untuk disimak, sebab pada tahapan cipta ini biasanya tecermin dinamika kreativitas dengan kegairahan yang tinggi; mengemuka sebagai kegentingan antara meraih keotentikan yang mempribadi, berikut jejak pengaruh para pendahulu. Pada titik ini, terlihat kegigihan mereka bersiteguh untuk melampaui segala yang disebut figurasi, melalui kebebasan menghablurkan aneka warna sebagaimana langgam musikalisasi Kandinski, atau ragam visual geometri ala Mondrian, atau pilihan minimalis nir-figur, seturut abstrakisme lainnya. Susanta Dwitanaya mengungkapkan, selain menghadirkan karya-karya yang mencoba mengeksplorasi dan mengolah gagasan dalam konteks perupaan, pameran ini juga dimaknai sebagai sebuah momentum untuk mempresentasikan pernyataan dan pandangan ketujuh perupa muda ini tentang seni abstrak maupun abstraksi yang mereka geluti, setidaknya untuk saat ini. (ist)