Antisipasi Dampak Penyebaran Covid-19, Ritual di Puri Kajanan Kerobokan Badung Ditunda
(Baliekbis.com),Kegiatan ritual manusia yadnya dan pitra yadnya (pawiwahan dan potong gigi) yang melibatkan banyak orang yang berlangsung di Puri Kajanan Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali, ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Penundaan itu untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang tengah merebak saat ini.
Menurut Penuntun atau Penglingsir Karya Drs. A.A Ngurah Gde Sujaya saat ditemui di Badung, Jumat (3/4/2020), awalnya persiapan Angasti Puja Atma Wedana (memukur) telah direncanakan sejak Desember 2019. Kemudian, rangkaian ritual ini telah berlangsung 10 Januari 2020 yang dirangkai dengan ritual Marisuda, Bumisuda, yang berlanjut natakanbaas pada Februari 2020 lalu. Hingga berlanjut ritual ngingsah pada 18 Februari 2020. Setelah ritual ngingsah selesai, panitia melakukan evaluasi terkait imbauan pemerintah terkait berkembangnya pandemi Virus Corona (Covid-19).
“Ini penyakit yang sungguh berbahaya dan bisa berakibat vatal untuk kita semua, karena melibatkan orang banyak. Sehingga kami mementingkan keselamatan semua pihak dan mengikuti arahan pemerintah. Maka kita menunda upacara yang sangat besar ini,” kata Sujaya.
Oleh karena pengiring atau pengikut ritual atma wedana ini jumlahnya sangat banyak dan terdaftar 70 orang peserta (puspa) atma wedana yang terdiri dari semetonan puri, braya yang menjadi satu dengan sejarah leluhur dan belum lagi diikuti pengiring lainnya. Peserta ritual ini memang dibatasi, mengingat di Pura Dalem Kerobokan juga ada 20 banjar yang akan melakukan acara yang sama pada Agustus.
“Jadi kami sepakat dengan para pengelingsir di Puri Kajanan Kerobokan agar ritual yang melibatkan orang banyak ini ditunda hingga batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah, apabila sudah mencabut masa darurat Covid-19. Mudah-mudahan setelah tanggal 29 Mei 2020, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo sudah aman, kala itulah kami akan mencari hari baik untuk melanjutkan ritual. Artinya ritual kami ini sudah setengah jalan,” ucapnya.
Manggala Karya, A.A Ngurah Putra Surya, SE mengatakan ritual metatah, pawiwahan (manusia yadnya) dan Angasti Puja Atma Wedana atau memukur, maka sesuai imbauan pemerintah terkait bahaya Covid-19 ini, berkat rembug dengan keluarga dan arahan dari Pengrajeg Karya, Kolonel Inf. Ngurah Krisna, bahwa semua kegiatan yang melibatkan orang banyak agar dihentikan sesuai arahan Presiden RI.
“Hal ini juga telah disampaikan Kapolri dan Pemprov Bali agar mengikuti semua imbauan ini dan kami selaku keluarga Puri ingin memberi contoh pada masyarakat Kerobokan khususnya dan Bali umumnya terkait apa yang diingatkan pemerintah agar ditaati,” kata Putra Surya yang didampingi Penuntun Karya A.A. Putu Gde Nuada.
Apabila pandemi Covid-19 ini tidak terjadi, pihaknya menjelaskan bahwa puncak ritual melaspas payadnyan dan melaspas mukur akan berlangsung 30 Maret 2020, sedangkan ritual metatah digelar 5 April 2020 dan puncak Atma Wedana dilakukan pada 10 April 2020.
Dimana, ritual ini melibatkan orang sangat banyak, sehingga penundaan ini sudah sangat tepat. “Setelah pandemi ini berakhir, kami akan meminta hari baik lagi kepada pendeta terkait lanjutan ritual ini. Pada intinya panitia dan pamilet sangat menerima rirual ini ditunda,” katanya. (bro)