Aruba Memprediksi Empat Tren dalam Teknologi Jaringan yang Akan Menentukan Program IT di Tahun 2021
(Baliekbis.com), Meningkatnya tuntutan mobilitas dan migrasi aplikasi serta data ke cloud telah mendominasi teknologi jaringan selama satu dekade terakhir. Kedua revolusi ini secara bersama-sama telah mentransformasi dunia IT, dari era mobility ke era cloud. Pergeseran ini sendiri telah membawa kita ke fase berikutnya yakni pengadopsian Intelligent Edge di tahun 2021.
Tahun ini, ketika dampak COVID-19 terus bisa dirasakan, kemampuan Intelligent Edge dibutuhkan agar perusahaan/organisasi dari berbagai industri dapat memberlakukan sistem bekerja jarak jauh sepenuhnya. Selain itu, Intelligent Edge memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mendukung agar para karyawan dapat kembali ke tempat kerja secara aman, dan perusahaan pun dapat menjalankan berbagai inisiatif business continuity.
Perusahaan riset pasar Gartner memprediksikan bahwa pada tahun 2025, tiga perempat data yang berasal dari perusahaan akan tercipta dan diproses di edge – di mana saja orang dan perangkat terhubung ke Internet – atau di luar data center tradisional atau cloud. Tenaga kerja yang semakin tersebar, bekerja dari mana saja, sebagai akibat dari pandemi COVID-19, telah mengakselerasi desentralisasi jaringan bisnis, mengubah workflow dan proses bisnis, di mana 70% pemimpin IT di Asia Pasifik telah menggunakan teknologi Edge secara aktif untuk menghadirkan hasil-hasil bisnis yang baru pada 2020 dan sebanyak 6% lagi berencana melakukannya pada tahun ini.
“Regulasi terbaru pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi peningkatan penularan COVID-19 adalah hanya mengizinkan 25% pekerja di 75 kabupaten/kota bekerja di kantor, sementara 75% lainnya harus bekerja dari rumah. Walaupun program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah dimulai pada Januari, pemerintah memprediksi program ini akan selesai dalam 15 bulan, yang berarti bahwa aktivitas bekerja dari rumah juga akan berlangsung lebih lama,” tutur Robert Suryakusuma, Country Manager Indonesia, Aruba, Perusahaan Hewlett-Packard. “Intelligent Edge akan menjadi fokus utama perusahaan-perusahaan di Indonesia yang ingin mengelola infrastruktur IT mereka supaya dapat mendukung aktivitas bekerja dari rumah, kembali ke kantor dengan aman, dan mendukung berbagai inisiatif agar bisnis tetap berjalan (business continuity).”
Dengan dimulainya tahun yang baru, Anda akan menyaksikan empat tren utama yang diprediksi oleh Aruba bakal terjadi pada 2021, sehingga membuat pengadopsian Intelligent Edge menjadi kian penting, yaitu:
Tren 1: Sistem kerja ‘hybrid’ terus berlanjut
Program vaksinasi COVID-19 sudah dimulai, namun sampai akhir 2021 banyak pekerja yang bekerja dari luar kantor dan sesekali pergi ke kantor dan sebagian lagi malah benar-benar bekerja di luar kantor sepenuhnya. Hal ini mengakibatkan perubahan besar terhadap ruang kerja di kantor, budaya perusahaan, konektivitas, dan jaringan.
Apa yang sebelumnya dianggap sementara untuk mencegah penularan COVID-19, kini justru telah berubah menjadi sebuah sistem kerja hybrid, di mana para pekerja bisa bekerja di rumah, kantor, atau di tempat lain di mana ada koneksi yang aman dan dapat diandalkan.
Bagi IT, krisis yang disebabkan oleh pandemi ini menjadi tantangan tersendiri. Tapi selalu ada hikmahnya. Kini para CEO maupun dewan direksi, semakin menyadari pentingnya IT bagi bisnis, termasuk tentang seberapa cepat perubahan bisa diimplementasikan dalam situasi yang penuh tekanan.
Sekarang, para CEO dan direktur telah mengambil pelajaran dari pandemi, bahwa jaringan, keamanan dan keseluruhan program IT haruslah fleksibel dan dinamis. Hasilnya, IT mampu mendorong transformasi digital, bahkan dapat mengakselerasi transisi yang direncanakan, diperkuat oleh kemampuan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan ‘kenormalan baru’ (new normal).
Tren 2: Masalah Keamanan Harus Dipandang Secara Dinamis – dari Endpoint, ke Edge, ke Cloud
Dengan makin matangnya cloud dan tumbuhnya jaringan edge dengan berbagai jenis endpoint yang dipercepat pula oleh ledakan IoT, cara pandang mengenai keamanan dan implementasinya menjadi bagian penting dalam arsitektur jaringan, bukan sekadar komponen yang terpasang dalam lingkungan IT enterprise.
Dengan meluasnya aktivitas bekerja dari rumah dan terciptanya lingkungan kerja hybrid, para pemimpin IT makin serius dalam pendekatan connected security. Ketika melihat prinsip-prinsip desain jaringan di masa lalu, para ahli keamanan pada dasarnya memulai dengan sebuah policy kemudian merancang topologi jaringan untuk memenuhi policy tersebut. Artinya, topologi dan policy adalah dua hal yang terkait sangat erat. Dinamika ini sedang berubah secara drastis. Solusi jaringan telah berevolusi dengan menawarkan pemisahan yang signifikan, di mana policy diprogram kapan dan di mana pun dibutuhkan.
Solusi arsitektur jaringan dengan prinsip Zero Trust akan selalu menjadi bagian inti dalam keamanan yang efektif, di mana workload IT tradisional keluar dari Edge dan dipindahkan ke lingkungan cloud atau SaaS. Kekosongan yang ditinggalkan kemudian akan digantikan oleh workload yang spesifik untuk OT/IoT. Selain itu, dengan implementasi 5G, arsitektur jaringan harus menghadapi workload multi-access edge compute (MEC) – baik private maupun public – yang lebih membutuhkan pendekatan dinamis terhadap security policy yang berkembang melampaui user-centric workflow yang dioptimalkan untuk Zero Trust.
Tren 3: Pengguna adalah ‘Raja’
Tolok ukur IT juga berkembang. IT tidak sekadar menjaga infrastruktur jaringan tetap aktif dan bekerja baik. Kini kepuasan pengguna juga menjadi tolok ukur yang penting. Dari sudut pandang pemimpin IT, kepuasan pengguna itu terkait dengan produktivitas pekerja dan pada akhirnya akan memengaruhi profitabilitas bisnis.
Tim jaringan dan keamanan sekarang fokus pada pengalaman dinamis yang diinginkan dan diharapkan oleh pengguna melalui layanan dan aplikasi yang mereka pilih. Pengalaman ini juga menentukan produktivitas. Alih-alih menanyakan jenis perangkat apa yang terhubung ke jaringan, tim ini juga harus fokus pada menjaga fleksibilitas, agilitas, dan keamanan jaringan untuk meminimalisir risiko. Jaringan yang terkontrol sejalan dengan agilitas bisnis. Dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat, para pemimpin IT dapat memfasilitasi lingkungan TI yang semakin dinamis ini dengan lebih baik.
Alhasil, para pemimpin IT menginginkan insight di luar jaringan, yaitu yang berkaitan dengan ketersediaan dan kinerja aplikasi. Kedua hal inilah yang menjadi perhatian pengguna dan pemimpin bisnis. Mereka tidak begitu tertarik dengan performa aspek esoterik di dalam jaringan. Mereka lebih khawatir bila pengguna kecewa karena jaringannya bermasalah saat menggunakan aplikasi video conference Zoom.
Tren 4: Automasi di Operasional Jaringan
Terkait dengan kebutuhan dan pengalaman pengguna adalah automasi jaringan yang kian matang. Tetapi progress automasi tidak sama di seluruh paradigma jaringan. Di data center, yang merupakan lingkungan yang lebih terkontrol jika dibandingkan dengan WAN atau LAN, pengadopsian automasi lebih mendalam. Perubahan di data center sebagian besar dipengaruhi oleh struktur hierarki alami sehingga lebih mudah dipahami dan dikelola melalui skrip automasi.
Adapun Edge (baik LAN dan WAN), di sisi lain, adalah lingkungan yang lebih chaotic sebab perubahannya dipicu oleh berbagai faktor yang tak bisa dikontrol sepenuhnya oleh IT. Faktor-faktor itu antara lain pola perilaku manusia dan perangkat mereka, yang berubah secara konstan. Ada kebutuhan untuk memanfaatkan AI dan machine learning untuk mendeteksi perubahan segera setelah terjadi, serta merespons perubahan secara terus menerus sesingkat apapun. Kematangan solusi yang memiliki komponen pembelajaran automasi ini di Edge akan meningkat secara signifikan pada 2021. Juga akan ada kemajuan yang signifikan dalam menggabungkan komponen ini dengan API dan alat automasi lainnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan efisiensi dan insight yang diinginkan oleh para pemimpin IT.
Pandemi ini juga memperkuat minat para pemimpin IT terhadap automasi jaringan di Edge. Menurut survei terbaru yang digelar terhadap 2.400 pemimpin IT di seluruh dunia, sebanyak 35% berencana menambah investasi dalam jaringan berbasis AI, sebab mereka menginginkan lingkungan kerja hybrid yang lebih agile dan infrastruktur yang menerapkan automasi.
“Pada 2020, dunia bisnis dan ekonomi tertolong oleh serangkaian teknologi komunikasi yang dikembangkan dalam 40 tahun terakhir, mulai dari keamanan, konektivitas cloud, hingga aplikasi di jaringan. Kini pada 2021, empat tren yang sudah disebutkan akan menyediakan tool bagi para pemimpin IT untuk melalui keadaan yang tak terduga, baik hari ini maupun nanti. Semua itu akan memperkuat para pemimpin IT secara top down untuk memposisikan IT sebagai fungsi yang sangat krusial bagi bisnis dalam bermanuver menghadapi masa depan, apapun wujudnya. Terjadinya pandemi ini akan mengakselerasi perubahan kultur dan lingkungan kerja,” Robert menyimpulkan. (ist)