Bali Memasuki New Normal: Antara Optimis Atau Khawatir
(Baliekbis.com), Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PC KMHDI) Denpasar kembali menggelar NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan mengambil tema “Bali Memasuki New Normal: Antara Optimis Atau Khawatir” pada Senin (22/06) secara daring melalui aplikasi Zoom.
Keinginan pemerintah untuk melakukan pelonggaran, dalam bentuk penerapan new normal memunculkan dilema publik. Disatu sisi new normal diharapkan kembali menggeliatkan sektor sosial-ekonomi masyarakat, namun disisi lain new normal justru menyimpan kekhawatiran akan adanya kluster baru penyebaran covid-19. Oleh karenanya pengambil kebijakan dituntut untuk berhati-hati serta menghitung berbagai macam konsekuensi ketika menerapkan kebijakan.
Pitriyou Kader PC KMHDI Denpasar menegaskan, ketika Bali masuk dalam fase new normal, peran dan intervensi pemerintah baik itu pusat ataupun daerah Bali sangat diperlukan. Terutama dalam memastikan setiap warga masyarakat, perusahaan, kantor pemerintah dan swasta, lembaga pendidikan, dan komponen pariwisata menjalankan protokol kesehatan secara baik. “Peran dan intervensi dari pemerintah sangat dibutuhkan ketika Bali menerapkan new normal, terlebih Bali itu pulau pariwisata yang menjadi tempat bagi turis-turis luar Bali untuk berlibur, oleh sebab itu untuk mencegah kasus baru tentunya harus ada ketegasan dari pemerintah dalam menyikapi ini agar tidak hanya wisatawan yang aman namun juga penyelenggara dan warga Bali juga aman” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Komang Adi Sudarta Kader PC KMHDI Denpasar menyoroti tentang infrastruktur pendidikan Bali dalam menghadapi new normal. “Dalam konteks infrastruktur pendidikan, Bali mengalami dilema. Hal ini ditandai dengan tindakan sekolah akan membuka kelas tatap muka kembali atau tetap mempertahankan kelas daring seperti yang dilakukan saat ini. Kondisi dilema ini diperparah oleh infrastruktur sekolah yang timpang antara sekolah di kota dan di desa. Oleh karena kebijakan yang pas dan optimal perlu dirumuskan secara komprehensif dengan mengacu data dilapangan” ungkapnya yang sekaligus menjadi pemantik dalam diskusi tersebut. Selain itu, Komang Adi juga memberikan perhatian pada desa adat yang selama tiga bulan terakhir menjadi garda terdepan dalam menghadapi Covid-19 di Bali. Baginya, desa adat merupakan salah satu modal berharga yang dimiliki Bali ketika nantinya Bali siap memasuki Fase new normal.
Pandangan khawatir hadir dari I Gede Sulastrawan Kader PC KMHDI Denpasar, terutama mengenai anggapan bahwa New normal akan mampu menggeliatkan ekonomi khususnya pariwisata. “Covid-19 merupakan pandemi dengan dampak yang mendunia. Setiap negara sedang berusaha membatasi gerak warganya, otomatis pintu keluar masuk negara pun diperketat. Oleh karenanya anggapan new normal akan menggeliatkan pariwisata Bali kembali pulih agaknya kurang pas” ungkapnya. Sulastrawan juga menyatakan bahwa sosialisasi terkait new normal serta aturanya harus terus digencarkan oleh pemangku kepentingan guna mencegah anggapan liar dari masyarakat yang salah menafsirkan akibat kurang jelasnya informasi.
I Gusti Putu Putra Mahardika Kader PC KMHDI Denpasar juga menambahkan bahwa, kondisi di tingkat akar rumput justru terkadang kontra produktif dengan yang diharapkan ditingkat elite. Hal ini diduga karena pendistribusian informasi belum menyentuh tingkat terbawah, terutama pada daerah-daerah yang sulit akses informasi. “Contohnya beberapa yang dijumpai di desa-desa ada saja orang yang tidak memakai masker dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Oleh karena itu sosialisasi terkait new normal yang terstruktur dan masif perlu digencarkan terlebih dahulu sebelum masuk dalam fase new normal” jelasnya. Hal ini untuk menanggulangi penularan baru dalam rangka mensukseskan new normal.
Diskusi yang berlangsung dari pukul 20.30-23.00 WITA dan dipandu oleh I Wayan Agus Pebriana selaku kepala bidang penelitian dan pengembangan PC KMHDI Denpasar itu diikuti oleh 20 partisipan yang terdiri atas kader PC KMHDI Denpasar dan masyarakat luas. Adapun poin-poin yang dihasilkan selama diskusi antara lain:
1. Dalam memasuki new normal, sekiranya Bali terlebih dahulu harus mengkonsolidasikan berbagai macam elemen-elemen yang dimiliki serta memperhatikan berbagai konsekuensi dari kebijakan yang diterapkan dalam rangka mensukseskan Bali memasuki fase new normal.
2. Perlunya sosialisasi yang lebih mendalam menembus akar rumput masyarakat terbawah Bali.
3. Terkait topik yang dibicarakan yaitu Bali Memasuki New Normal: Antara Optimis atau Khawatir. Setidaknya, forum diskusi meyakini terlalu dini menentukan pilihanya. (ist)