“Bali Project” Sekeha Okokan Brahma Diva dan Bali Extreme Drummer Akan Tampil di Soundrenaline
(Baliekbis.com), Sebuah cerita lama (Babad Batudewa) tentang beliau, Bhatara Hyang Pasupati, yang beristana di Giri Mahameru. Adapun beliau sangat kasihan melihat Pulau Bali dan Selaparang yang bergoyang bagaikan perahu. Kemudian, Hyang Pasupati memenggal lereng gunung Mahameru yang diturunkan di Pulau Bali dan di Selaparang, Ki Badawangnala ada di dasar gunung, Sang Naga Basukih yang mengikat gunung, Sang Naga Taksaka yang menerbangkan gunung yang kemudian memunculkan 4 gunung (Catur Lokapala) yaitu: di timur gunung Lempuyang, di selatan gunung Andakasa, di barat gunung Batukaru dan sebelah utara gunung Mangu, dekat dengan gunung Tulukbiyu.
Pada saat itu hujan lebat, gelap gulita, kilat, dan petir bersamaan dengan suara gemuruh, menjadi bergetar pulau Bali, dengan lamanya hujan, meletuslah gunung Agung (Hyang Tohlangkir) mengeluarkan lahar panas.
Selayaknya kisah tersebut, beberapa bulan belakangan aktivitas Gunung Agung pun kembali aktif. Gunung Agung yang disimbolkan sebagai vibrasi spirit terkuat di Bali menjadi inspirasi dari sebuah ide garapan bernama Giri Tohlangkir. Giri Tohlangkir dalam beberapa lontar Bali adalah sebutan untuk Gunung Agung itu sendiri.
“Tantangannya adalah bagaimana mempresentasikan Gunung Agung dengan segenap spirit dan magisnya ke dalam bebunyian dalam bentuk garapan kolaborasi,” ujar Saylow (Putu Hendra Brawijaya Putra) selaku produser garapan ini.
Berangkat dari latar belakang tersebut, kemudian tercetuslah ide untuk menggabungkan Okokan dan Drum Perkusi ke dalam sebuah kolaborasi yang disebut “Bali Project”. Kolaborasi tersebut akan ditampilkan dalam gelaran Soundrenaline 2018 pada tanggal 8 & 9 September 2018 pukul 18.30 WITA.
Okokan adalah instrumen bebunyian berbentuk lonceng kayu yang biasanya digantungkan di leher sapi hanya saja dengan ukuran yang lebih besar. Munculnya instrumen ini tentunya tidak lepas dari Bali yang memiliki kelompok masyarakat agraris dengan tradisi bercocok tanam. Okokan dimainkan dengan cara menggantungkannya pada sebuah pikulan yang kemudian digoyang-goyangkan.
“Kami akan berkolaborasi dengan kelompok perkusi Bali Extreme Drummer (BXD) untuk Bali Project. Tentunya hal ini sangat membanggakan apalagi kami dapat menjadi bagian dari keberagaman ekspresi yang ada di Soundrenaline 2018. Harapannya kolaborasi ini dapat menginspirasi para penikmat musik dan seni kreatif tanah air terutama Pulau Dewata,” ujar Ajik Anggik (I Gusti Putu Adnyana) selaku koordinator Okokan Brahma Diva Kencana, Delod Puri, Kediri, Tabanan.
Sekaha (kelompok) penabuh Okokan terdiri dari 60 orang dan pemain perkusi recycle dari Bali Extreme Drummer terdiri dari 11 orang. Mengkolaborasikan Okokan dengan drum dan perkusi adalah pilihan yang tepat, selain melengkapi lapisan bunyi garapan ini, latar belakang gamelan Bali yang didominasi oleh instrumen musik pukul juga menjadi pertimbangan.
Sekeha (Kelompok) Okokan Brahma Diva Kencana sendiri merupakan salah satu komunitas seni Okokan yang paling berpengaruh di Bali saat ini. Penampilan mereka di beberapa festival besar selalu membuat penonton terpukau dengan vibrasi suara yang seolah-olah membawa kita ke dimensi yang berbeda.
Pada lain sisi, Bali Extreme Drummer (BXD) menjadi inspirasi bagi penggiat seni di Bali karena kiprah para anggotanya sebagian besar adalah drummer dari band-band yang sedang emerging di Bali. Komunitas ini juga pernah menggetarkan panggung Soundrenaline di tahun 2017 bersama Navicula.
“Cara paling masuk akal membuat aransemen garapan ini adalah dengan memecah gamelan okokan menjadi beberapa potongan, kemudian menyisipkan bagian perkusi BXD lalu menggabungkannya,” tambah Nova (Gede Putra Budi Noviyana) selaku arranger garapan ini. Nova pun juga dikenal sebagai drummer dari band Scared Of Bums, dimana band tersebut akan berbagi panggung dengan “Bali Project” di Soundrenaline 2018.
Sejatinya kedua kelompok ini, yaitu Sekaha Okokan Brahma Diva Kencana dan Bali Extreme Drum belum pernah bertemu atau berkolaborasi. Sehingga proyek ini menjadi sebuah tantangan bagi kedua belah pihak untuk dapat menggabungkan ekspresi yang berbeda lalu dijadikan sebuah karya yang dapat menginspirasi.
Oleh karena itu, diperlukan beberapa kali latihan setelah susunan musikal (aransemen) dibuat dan disepakati. Latihan kolaborasi ini dilaksanakan beberapa kali di Banjar Delod Puri, Kediri, Tabanan, Bali. Tantangan terbesar yaitu ketika bagaimana membuat sebuah harmoni yang melibatkan lebih dari 75 orang dengan karakter instrumen yang berbeda-beda. (dhd)