Berlangsung Saat PPKM Darurat, Lomba Kartun Strip Berbahasa Bali Dikonsep Hybrid
(Baliekbis.com), Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala darurat di Provinsi Bali, tak menghalangi gelaran Lomba Kartun Strip Berbahasa Bali yang digagas Yayasan Puri Kauhan Ubud bersama Bog-Bog.
Mengambil jalan tengah, panitia memutuskan gelaran seni yang bertema “Mai Mebasa Bali” ini berkonsep hybrid. Penonton bisa menyimak lomba dalam jaringan, sedangkan perlombaan akan berlangsung di studio dengan pembatasan jumlah orang.
Hal itu disampaikan, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AA. Ari Dwipayana dalam sesi jumpa pers pada Sabtu (3/7) di Rumah Makan Jaba Paon, Jl. Kaliasem, Denpasar. Kala itu turut hadir kartunis yakni Kadek Pramartha alias Jango dan IB Martinaya alias Gus Martin.
“Kita lakukan secara offline dan online. Misalnya workshop, kita pernag gelar Saraswati Sewana, kita lakukan hybrid. Narasumber ada di studio, pendengarnya lewat online, yang diikuti sekitar 200-300 orang,” ujarnya Ari yang saat itu memberi keterangan melalui virtual.
Baginya, pandemi menjadi momentum transformasi seni, dari konvensional menuju digital. Kondisi ini menurutnya justru memberi kemudahan dalam berkomunikasi. Sehingga pengenalan sastra maupun kesenian kepada generasi muda menjadi lebih efektif.
“Dalam penyerahan hadiah kita juga hybrid. Bahkan kita akan buat pementasan virtual. Ini adalah tantangan baru, bagaimana membuat acara tetap menarik dengan konsep hybrid,” terangnya.
Kartunis kawakan, Gus Martin, menyambut baik gelaran pelestarian seni dan budaya Bali semacam ini tetap eksis di tengah pandemi Covid-19. Dia menilai ini merupakan lomba kartun berbahasa Bali yang pertama dilakukan di Bali.
Menurutnya, ini sejalan dengan program pemerintah yang tertuang dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Ia sangat bersyukur Puri Kauhan Ubud mau mengambil peran pelestarian kartun berbahasa Bali.
“Karya kartun itu harus bersifat komedikal dan otokritik. Otokritik, di dalam kartun, bukanlah hal asing, bagaiamana kita mengkritik diri kita sendiri. Kartun merupakan salah satu seni bisa masuk ke era milenial dengan lancar, karena berupa gambar,” terangnya.
Jurnalis, Sui Suadnyana yang turut hadir dalam pertemuan itu juga mengapresiasi lomba ini. Dia menilai gerakan pelestarian berbahasa Bali penting dilakukan di tengah derasnya budaya global masuk ke Bali.
“Lomba kartun ini saya harapkan bisa menggugah generasi muda kita untuk kembali bangga menggunakan Bahasa Bali. Sehingga bahasa Bali bisa ajeg,” tuturnya. Untuk diketahui, pengiriman karya kartun dapat dilakukan 4 Juli-4 Agustus 2021 mendatang.
Karya bisa dikirim ke [email protected] dengan tema “Mai Mebase Bali” sertajan dengan identitas diri seperti KTP atau SIM dan nomor WA. Sedangkan karya manuial bisa dikirim ke Jl. Kedondong Gg. I No. 3 Denpasar, Bali.
Lomba ini bersifat nasional, dapat diikuti jenjang SMP, SMA, Mahasiswa dan Umum. Juara I akan mendapat hadiah uang tunai Rp6 juta, juara II Rp4 juta, juara III Rp3 juta, dan tujuh juara harapan dengan hadiah Rp1 juta per orang. Masing-masing juga akan mendapat piagam penghargaan. (ist)