Besok, Pameran Situs dan Ritus Tatanan Peradaban Bali Tua Digelar
(Baliekbis.com), Sebagai bentuk pelestarian dan pengembangan situs dan ritus sejarah di Bali, khususnya Kota Denpasar, untuk pertama kalinya, sebuah pameran fotography, videography, drawing, dan lukisan tentang situs dan ritus di Bali digelar oleh Yayasan Bakti Pertiwi Jati (BPJ) bekerjasama dengan Pemkot Denpasar serta stakeholder lainya. Pameran yang mengangkat tema “Situs dan Ritus Tatanan Peradaban Bali Tua” ini akan dibuka di Denpasar Art Space (DAS), Jl. Surapati No. 7, Denpasar, Kamis (25/4) dan akan berlangsung hingga 9 Mei mendatang.
Ketua BPJ, I Made Bakti Wiyasa, di sela-sela persiapan pameran, Rabu (24/4) menjelaskan dalam kegiatan pameran ini bersinergi dengan Pemerintah Kota Denpasar khususnya Dinas Pariwisata Kota Denpasar serta beragam steakholer sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dan terbuka untuk umum. Menurut Bakti Wiyasa, kegiatan ini merupakan upaya untuk ngentenin (membangkitkan kesadaran) untuk mencintai heritage di Bali khsusnya Kota Denpasar, salah satunya dengan event pameran ini, dan membuat kelas-kelas budaya pada situs-situs kuno.
Pelaksanaan kegiatan ini selaras dengan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Keberadaan situs dan ritus merupakan bagian dari objek pemajuan kebudayaan. Keberadaan situs budaya harus dilestarikan, dan pemerintah memang memiliki kewajiban untuk melindunginya.
Bakti Wiyasa melanjutkan, BPJ sendiri telah terjun secara acak di situs-situs kuno yang ada di wilayah Tabanan, Badung, Buleleng, Denpasar, dan Klungkung. Beberapa situs yang telah dilakukan kajian sebagai materi pameran di antaranya situs Pura Desa Peguyangan dan Pura Puseh Peguyangan, Pura Dalem Pemanis Penatih, Pura Dalem Tambawu, Dalem Tungkub Khayangan Sakti Kesiman, Pura Pengerebongan, Merajan Agung Puri Kesiman, Pura Dalem Penataran Tangeb, Pura Kentel Gumi Kapal, Merajan Agung Puri Nyalian Klungkung, Pura Dalem Segara Madu Buleleng, Pura Pengungangan Pemanis, Pura Batur Pemanis.
Pihaknya menambahkan, secara keseluruhan semua item karya dalam pameran “Situs dan Ritus Peradaban Bali Tua” merepresentasikan rekaman peradaban tua secara detail sebagai varian-varian keindahan simbolik berupa foto, film dokumenter, drawing, lukisan yang mewujudkan masing-masing dari tatanan peradaban Tri Maha Lingga Bali (Mahaagung, Mahaawidya, Maharata).
Adapun secara rinci jumlah karya yang dipamerkan terdiri atas sebuah film dokumenter ritus serta 113 foto situs dan ritus yang fotonya diambil sendiri oleh para fotografer BPJ. Kemudian ada 7 lukisan dan 4 karya drawing oleh Bakti Wiyasa. Selain itu, ada 8 karya dari fotografer lainnya yakni Bayu Pramana (3 foto), Rudi Waisnawa (3 foto), dan Naya Suanta (2 foto).
“Bencana heritage, pembongkaran situs kuno, praktik perusakan pura kuno sejatinya telah lama terjadi, tetapi hingga kini belum ada yang ngeh dan belum ada yang mampu menghentikannya hingga saat ini. Semoga pameran BPJ ini mampu menginspirasi Bapak Gubernur Bali untuk segera menghentikan praktik pembongkaran-pembongkaran pura kuno, situs tua di Bali,” harap Bakti Wiyasa.
Sementara, Kadis Pariwisata Kota Denpasar, MA Dezire Mulyani saat dikonfirmasi terpisah menyabut baik peaksanaan pameran situs dan ritus tatanan peradaban Bali tua ini. Dimana, selain dapat menjadi wahana pelestarian dan pengembangan, keberadaannya dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. “Secara umum kami di Pemkot Denpasar sangat mendukung plaksanaan kegiatan ini, hal ini sejalan dengan program pelestarian cagar budaya yang sangat gencar dilaksanakan Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan dengan sistem inventarisasi dan restorasi, semoga kedepan kegiatan ini dapat terus dilaksanakan sebagai upaya pelestarian dan pengembangan potensi wisata baru,” jelasnya.
Dizire juga berharap, dengan adanya event unik yang memberikan edukasi ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun internasional. Sehingga kedepanya keberadaan situs dan ritus di Kota Denpasar dapat dimanfaatkan sebagai wahana pariwisata edukasi dan sejarah dengan tetap menjaga kelestarian dan keaslianya. “Dari segi pariwisata tentu hal ini menarik minat peneliti-peneliti luaar Bali untuk datang, serta kami harapkan juga mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatwan pecinta pariwisata sejarah,” terangnya. (ags)