BI Bantu Mesin Pelet, BUMDes Paksebali Olah Sampah Jadi Pelet dan Pupuk
(Baliekbis.com), Kehadiran BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Paksebali, Dawan Klungkung selain memberdayakan potensi ekonomi desa, juga mampu mengurangi angka kemiskinan dengan menyerap tenaga kerja setempat. “BUMDes telah merekrut puluhan tenaga kerja yang diambil dari warga miskin setempat,” ujar Ketua BUMDes Paksebali I Made Mustika,S.E., M.H., Kamis (13/12) di sela-sela peninjauan bantuan dua unit mesin pelet bantuan Bank Indonesia Provinsi Bali di Tempat Pengolahan Sampah (TPS3R) KSM Nangun Resik Desa Paksebali, Dawan klungkung.
Pada kesempatan itu Bupati Klungkung Nyoman Suwirta didampingi Deputi Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali Azka Subhan langsung mencoba mesin pelet tersebut. Bupati mengatakan bantuan mesin pelet ini sangat berarti karena memberi multiflier effect yang tinggi. Apalagi permintaan pelet dari PLN cukup besar. Sejauh ini pihaknya belum bisa memenuhinya. “Adanya bantuan mesin pelet ini kita harapkan bisa memenuhi permintaan tersebut,” jelas Bupati Suwirta.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali memberikan bantuan dua mesin pelet yang akan mengolah sampah menjadi pelet sebagai bahan energi listrik. Dengan adanya mesin pelet tersebut, dua truk sampah yang setiap harinya dihasilkan desa bisa diolah menjadi pelet maupun pupuk. “Bantuan mesin ini disesuaikan dengan kebutuhan,” jelas Azka Subhan.
Menurut Mustika, BUMDes Paksebali yang dibentuk tahun 2014 kini telah memiliki lima unit usaha yakni simpan pinjam, desa wisata Tukad Unda, usaha air bersih, pasar desa dan usaha pengolahan sampah.
Dikatakan BUMDes berkembang cukup bagus dengan omzet Rp1,1 miliar lebih/tahun dan memiliki untung Rp45 juta. “Meski untungnya tak terlalu besar, tapi masyarakat di desa ini bisa berkembang, dan terserap tenaga kerjanya,” ujar Mustika.
Dijelaskan sebelum ada usaha air bersih yang dikelola melalui UED (Usaha Ekonomi Desa) pada tahun 80-an, warga masih sulit dapat air bersih. Kini warga bisa menikmatinya. Usaha simpan pinjam juga bisa mendukung kegiatan ekonomi warga. “Dan sekarang dengan bantuan mesin pelet dari Bank Indonesia, selain masalah sampah teratasi juga memberi nilai tambah berupa pupuk dan pelet yang sekaligus untuk mendukung pengembangan desa wisata yang dikelola BUMDes,” jelasnya.
Dikatakan dua unit mesin pelet bantuan BI ini mampu mengolah sampah 200 kg/jam. Sementara pelet yang dihasilkan akan dijual ke PLN dengan harga sekitar Rp400/kg. Mustika belum bisa memprediksi kentungan dari mesin ini karena baru beroperasi. Namun setidaknya bisa menghasilkan pupuk dan masalah sampah teratasi. Dijelaskan untuk mendapatkan sampah, pihaknya mempekerjakan sejumlah tenaga yang mengambil sampah dari rumah warga sebelum nantinya diproses di mesin pelet. Di desa tersebut ada 8 banjar dengan jumlah KK sekitar 1.300. Tiap KK dikenakan iuran sampah Rp10 ribu dan Rp15 ribu bagi pengusaha. (bas)