“Buka Lapak” Berpacu Dalam Waktu Melaju Untuk Maju
(Baliekbis.com), Pendidikan di era teknologi digital ini menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks, baik dari sisi kurikulum, metode pembelajaran, maupun kesi-apan siswa menghadapi perubahan zaman. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya minat siswa untuk berwirausaha, meskipun keterampilan ini dapat menjadi solusi nyata dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang sering dihadapi siswa dan keluarganya. Di tengah upaya mencari solusi yang efektif, Kurikulum Merdeka hadir dengan pendekatan baru yang dirancang untuk lebih relevan dengan kebutuhan zaman, terutama melalui penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Sebagai salah satu upaya khusus dalam memperbaiki kualitas pelayanan sekolah, terutama dibidang pembelajaran, maka kurikulum merdeka dirasa tepat dalam menjawab permasalahan dan latar belakang siswa yang masih rendah minatnya untuk berwirausaha, yang sebenarnya dapat menjawab kondisi permasalahan ekonomi siswa yang tergolong rendah. Melalui penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) harapan kedepannya adalah setiap lulusan memiliki pengalaman dalam melihat peluang-peluang bisnis dan wirausaha yang tepat untuk dikembangkan. Salah satu perbedaan implementasi kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (Kemendikbudristek, 2022). Pelaksanaan Proyek Penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Proyek Penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran proyek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Proyek Penguatan profil pelajar Pancasila justru memberikan ruang kepada sekolah untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar dengan memanfaatkan materi lintas disiplin ilmu. Penulis merupakan guru bidang studi Pendidikan Agama Hindu yang sekaligus sebagai salah satu koordinator P5 merasa beryukur dengan adanya Proyek Penguatan profil pelajar Pancasila ini. Hal ini, disebabkan karena sekolah memiliki banyak masalah yang segera harus diatasi, namun selama ini tidak sempat diselesaikan dengan sempurna, karena keterbatasan waktu dan terlalu fokus pada pembelajaran intrakurikuler.
Beberapa masalah tersebut di antaranya adalah (1) penurunan karakter yang ditunjukkan oleh siswa, dapat terlihat dari prilaku yang dilakukan oleh siswa secara umum yang mana dimensi profil pelajar Pancasila yang diharapkan pada mereka belum teramati dengan baik; (2) siswa masih belum mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan gawainya secara bijak. Mereka justru memiliki karakter buruk disebabkan pemanfaatan gawai yang kurang terarah; (3) literasi bisnis siswa masih sangat rendah. Banyak siswa yang sulit menangkap peluang usaha yang cocok untuk generasi muda, siswa juga kesulitan menghubungkan informasi yang ada untuk membuat kesimpulan, dan kesulitan untuk meng-ungkapkan pikiran mereka dalam bentuk tulisan. Kondisi ini terlihat dari keseharian mereka dalam proses pembelajaran serta dilengkapi oleh data pada rapor pendidikan kami; (4) literasi numerasi yang masih rendah. Hal itu tercermin dari hasil wawancara penulis bersama guru matematika yang ada disekolah, bahwa masih banyak siswa yang tidak bisa memahami dasar perhitungan matematika dengan baik. Hal ini, juga diperkuat dengan nilai rapor pendidikan tahun 2023 menunjukkan nilai literasi dan numerasi sekolah kami ada pada nilai sedang, (5) kondisi ekonomi siswa berada pada taraf menengah dan kebanyakan kurang mampu, padahal merek sangat memerlukan ilmu pengetahuan tentang cara kerja uang melalui kegiatan berwirausaha, di mana mereka bisa bergotong-royong dalam menjalin kerjasama dan berpikir secara kritis dalam membaca peluang usaha, yang mana hasilnya bisa membantu mereka kedepan dalam bertahan hidup.
Berdasarkan analisa lebih lanjut, didapatkan beberapa penyebab dari timbulnya masalah-masalah tersebut, yaitu: (1) belum dilaksanakannya program yang tepat untuk mening-katkan karakter siswa sehinga belum terjadinya penguatan profil pelajar pancasila di sekolah. Hal ini mungkin juga terjadi karena sebelum tahun 2022, sekolah belum menerap-kan kurikulum merdeka, (2) belum dilaksanakannya berbagai program yang mengajak siswa dalam memanfaatkan gawai untuk hal-hal yang positif. Selama ini, justru penggunaan gawai atau HP dilarang atau dianggap tabu di sekolah, (3) sekolah belum memiliki program pemanfaatan sosial media dan media digital lainnya untuk mengoptimalkan cara siswa membaca peluang usaha yang tepat dibangun dari sejak muda, sehingga cara berpikir kritis siswa dalam melihat celah bisnis menjadi terasah, (4) sekolah belum melakukan kegiatan pembelajaran yang serius dalam mengenalkan pentingnya mambangun mind set menjadi wirausahawan dari sejak masa muda dan pentingnya memanfaatkan gawai untuk meningkatkan pemahaman numerasi dan taraf ekonomi pribadi siswa dari sejak masa remaja, (5) Siswa membutuhkan ruang dan waktu untuk mengenal dan mencoba pengalaman baru dalam berwirausaha untuk menghasilkan output yang siap mental di dunia nyata setelah menyelesaikan masa pendidikan. Kondisi-kondisi terebut menjadi tantangan penulis untuk mencarikan jalan keluarnya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, kami bersepakat untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang ada melalui proyek P5 dengan mengambil tema kewirausahaan dalam topik “Buka Lapak”. Tujuan proyek ini adalah peserta didik menjadi inovatif dan terampil dalam berwirausaha. Pada pelaksanaan proyek ini masing-masing kelas dibentuk menjadi 2 kelompok besar, dimana setiap kelompok terdiri dari 15-16 siswa. Pada hari pertama, di tanggal 12 Sepetember 2022 siswa diberikan pemberian materi mengenai kewira-usahaan, pada hari kedua di tanggal 13 Sepetember 2022 siswa kemudian diajarkan bagaimana mencari perhitungan harga pokok penjualan, dan mencari titik impas (break event point) untuk mempermudah siswa mencari penghitungan laba rugi, setelah itu di hari ketiga tanggal 14 Sepetember 2022 mereka diajarkan oleh para mentor (guru pamong) untuk menen-tukan makanan yang akan dijual, bagaimana memanfaatkan perkembangan digitalisasi atau pemanfaatan aplikasi berbasis Artificial Intelegence (AI) dalam menyusun menu, hingga pemilihan marketing strategy yang tepat. Pada puncak pelaksanaan P5 di hari keempat dan kelima di tanggal 15-16 September 2022 siswa diberikan modal oleh pihak sekolah yang berperan sebagai Bank Sekolah selaku pemberi pinjaman mondal, dan siswa diberikan ijin untuk meminjam modal di bank sekolah antara Rp200.000 hingga Rp500.000 yang dikelola langsung oleh siswa dengan pendampingan dari masing-masing guru pendamping.
Selama, P5 kewirausahaan siswa tampak asyik men-jalankan kegiatan yang ditandai dengan kerjasama yang baik melalui display produk yang tersaji secara bervariatif dan adanya akustik perform sebagai cara berpikir kritis mereka dalam berwirausaha. Bahagianya lagi adalah bahwa siswa juga memperoleh untung besar dari “Buka Lapak” ini dan modal yang dipinjamkan sudah dapat dikembalikan ke pihak sekolah selaku pemberi pinjaman modal.
Berkat “Buka Lapak”, jiwa kewirausahaan siswa mening-kat dan motivasi mereka untuk berwirausaha juga semakin tinggi. Hal itu kemudian diimplementasikan dalam kompetisi FIKSI tahun 2024 yang mengakomodasi kemampuan siswa dalam berinovasi di bidang wirausaha. Luar biasanya lagi adalah siswa yang baru pertama kali mengikuti FIKSI ini, dengan kemampuan kewirausahaan yang diberikan melalui P5 dengan topik “Buka Lapak”, memberikan hasil yang mak-simal. Dua tim sekaligus lolos final dan menjadi satu-satunya dari Kabupaten Buleleng pada kategori pengembangan usaha bidang boga dan kriya yang mewakili Bali di tingkat nasional.
Dampak lain yang juga muncul dari pelaksanaan proyek ini, bahwa siswa semakin senang mendengarkan kiat-kiat sukses menjadi wirausaha muda, dan siswa semakin senang mencari materi-materi terkait dengan peluang usaha yang dengan modal minim, mereka dapat menghasilkan nilai tambah yang berguna untuk membantu orang tua mereka dalam membayar kewajiban sebagai siswa (khususnya membayar SPP, uang jajan, dan pemenuhan uang transportasi mereka). Siswa menjadi terlatih dalam memperhitungkan penggunaan uang yang dimiliki, dimana mereka biasa boros, sekarang sudah belajar merinci pengeluaran untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Selain itu, para siswa tidak segan-segan mengungkapkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki dalam bentuk tulisan dan perhitungan, jika kedepan mereka mau berwirasusah. Tampak pula sebagian siswa mulai bisa memahami materi dengan baik, baik berupa tulisan maupun lisan. Siswa juga mulai terbiasa menarik kesimpulan materi yang telah diajarkan sehingga berdampak pada prestasi baik akademik dan non akademik mereka. Selain itu, banyak sekolah kini mulai melirik tema P5 “Buka Lapak” yang dibuat, ditandai dengan seringnya kepala SMA Negeri 2 Tejakula diundang ke berbagai sekolah lain untuk membagikan praktik-baiknya dalam melaksanakan P5 salah satunya “Buka Lapak”. Tidak hanya itu, sekolah lain pun ikut serta mereplikasi P5 “Buka Lapak” sebagai P5 di sekolahnya.
Lebih mendalam lagi, dalam setiap kegiatan P5 ini, peser-ta didik akan diberi kesempatan untuk mempelajari kiat-kiat dalam kewirausahaan dengan aksi nyata untuk menemukan solusi dari persoalan tersebut dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Harapan dengan adanya program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini mampu mengin-spirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu, Proyek Penguatan Profil Pelajar Panca-sila (P5) juga diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang memiliki sifat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam proyek ini penguatan profil plajar Pancasila yang dikembangkan adalah gotong royong, kreatif dan bernalar kritis. Diharapkan dari proyek yang telah diberikan siswa memiliki dimensi gotong royong dalam pembuatan proyek, memiliki ide-ide kreatif dalam menentukan tema dan memiliki nalar kritis terhadap isu dan tema yang dipilih.
Dengan diadakannya P5 “Buka Lapak” ini, siswa semakin berpacu dalam waktu dan semangat melaju untuk maju baik dalam peningkatan kecerdasan intelektual, emosi, dan spritual sesuai dengan visi sekolah, yaitu SMART SMANDALA. Hal ini, berdampak sangat positif terutama pada perubahan rapor pendidikan sekolah pada tahun 2024, sikap dan karakter siswa yang semangat dalam mengikuti pembela-jaran, siswa juga sudah banyak yang memiliki kemampuan dalam membuat produk, branding, marketing yang berkem-bang dari waktu ke waktu hingga mencapai perkembangan sesuai dengan harapan, dan bisa membaca peluang usaha. Melalui pengalaman dan pelatihan yang diberikan, siswa mampu mengembangkan kemampuan kreativitas dalam merancang produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
*oleh: Gede Krishna Arisudana, S.Pd., M.Pd.