Buku Filosofi Kerja Karma Yoga Siap Diluncurkan
(Baliekbis.com), Divisi Media PT Karya Pak Oles Tokcer kembali menerbitkan buku teranyar berjudul Filosofi Kerja Karma Yoga setebal 110 halaman. Buku yang merupakan hasil renungan dari setiap sloka ajaran karma dalam Kitab Suci Bhagavad Gita tersebut menjadi sebuah karya, Dr Ir Gede Ngurah Wididana, M. Agr di penghujung tahun 2019.
Prolog dan penyunting buku yang kaya makna tentang praktek kerja itu dilakukan Albert Kin Ose Moruk, pengantar Romo Rm Maxi Un Bria, Pr, seorang pastor dari Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur yang sedang menyelesaikan pendidikan Program Doktor (S-3) Komunikasi Politik dan Diplomasi di Universitas Sahid Jakarta. Buku yang dicetak dengan kertas berkualitas, tahap pertama sebanyak 2.000 eksemplar itu siap dibedah dua ilmuwan masing-masing Drs Putu Suasta, MA dan Dr. Surya Pradnya, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar.
Acara peluncuran buku bakal digelar di Kebun Percontohan Tanaman Obat, Jl. Waribang Kesiman, Denpasar Timur, Jumat (6/12). Buku tersebut mudah dicerna karena menggunakan bahasa sederhana dengan gaya bertutur yang enak dibaca. Buku praktek kerja itu diterjemahkan sebagai bhakti, penyerahan diri kepada Tuhan, karya, bekerja tuntas untuk menyelesaikan kerja guna melayani dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada mereka yang memberi kerja.
Pak Oles, sosok pria enerjik yang sukses mengembangkan perusahaan berbasis obat-obatan tradisional itu lewat bukunya bertutur manusia adalah makluk yang bekerja, sehingga ia disebut sebagai homofaber. Manusia memiliki kaki dan tangan yang bisa digunakan untuk bekerja, berpikir dan menjadi bijaksana. Kodrat manusia adalah bekerja, jika tidak bekerja berarti dia tidak masuk dalam bangsa manusia, karena pikiran dan kebijaksanaannya tidak digunakan. Dalam bekerja itu memerlukan kesungguhan, keseriusan, fokus dan tanggung jawab.
Untuk mencapai keberhasilan itu hanya ada satu kunci yang harus diketahui dan dilaksanakan tanpa banyak teori, namun dapat dikerjakan sekarang juga. Dengan bekerja akan dapat memberikan pelayanan melayani, yaitu memberikan pelayanan yang terbaik, agar kerja yang dihasilkan dapat dinikmati dengan baik oleh mereka yang memberikan kerja, untuk masyarakat luas agar tercipta suatu masyarakat yang sejahtera.
Bekerja bukan untuk mencari keuntungan, namun untuk memberikan, meski pada akhirnya jika kepuasan pelayanan yang diberikan menghasilkan suatu keuntungan material, itu adalah masalah biasa yang bukan merupakan tujuan utama yang harus diusahakan dengan segala cara. Keinginan dan kemarahan yang tidak terkendali merupakan musuh di dalam diri pekerja. Keinginan dan kemarahan dalam dosis tertentu dapat membangkitkan semangat kerja, meningkatkan daya juang, kreativitas dan inovasi. Oleh sebab itu keinginan dan kemarahan harus dikendalikan dengan cinta kasih agar bermanfaat bagi diri sendiri, organisasi dan masyarakat.
Demikian pula kebijaksanaan seorang pekerja datang dari Tuhan sebagai sumber kebijaksanaan. Dengan hal itu seseorang akan mendapat kekayaan dan kedamaian lahir batin. Hanya pekerja yang dekat dengan Tuhan akan mendapatkan kebijaksanaan yaitu mereka yang bekerja dengan penyerahan diri, bekerja tulis iklas dan memberikan pelayanan sepenuh hati.
Sementara Rm Maxi Un Bria, Pr menyoroti Memaknai Dimensi Kerja Dalam Hidup yakni berilmu dan bekerja sama-sama penting, berhubungan erat satu sama lain dan tidak terpisahkan sebagai manusia normal yang alami, hidup yang bermartabat adalah hidup yang dimaknai dengan bekerja. Bekerja dengan hati, budi dan jiwa yang mulia. Setiap pekerjaan itu mulia yang penting dikerjakan dengan tekun, melalui cara-cara yang benar untuk tujuan yang luhur, yakni menggapai kesejahteraan pekerja dan kesejahteraan bersama yang berdimensi sosial.
Setiap pekerjaan selalu memberikan kontribusi untuk kebaikan sosial. Yang terpenting memperhatikan keseimbangan antara teori dan praktek seperti yang diungkapkan Pak Oles dalam bagian ilmu teori dan ilmu praktek berjalan seiring. Kita butuh keseimbangan antara keduanya untuk mencapai kerja yang efektif, efisien dan produktif. Bekerja itu menjadikan manusia mencapai arti hidup. Dengan bekerja manusia memberi makna bagi hidup, pekerjaan dan masyarakat sosial.
“Dengan bekerja manusia menegaskan dirinya berbeda dengan istimewa dengan makluk hidup lainnya, yang kebanyakan hidup di bumi hanya untuk makan dan bukan untuk bekerja dengan sadar. Manusia mesti bekerja dan hasil pekerjaan, selain untuk menopang dan mempertahankan hidup, manusia dapat mereleksikan makna pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan manusia yang terencana, terprogram dengan sadar, dievaluasi terus menerus sampai menghasilkan produktivitas yang tinggi dan berkualitas, sehingga menegaskan hakekat dirinya sebagai pekerja yang mulia,” ujar Rm Maxi Un Bria, Pr.
Seorang tokoh spiritual Hindu, Prabu Darmayasa dalam Epilog Bhagavad Gita dari Kaca Mata seorang Pak Oles menegaskan, Pak Oles sosok yang sangat sederhana dalam penampilan dan tutur katanya merupakan tokoh yang luar biasa. Sukses dalam bisnis, pergaulan sosial yang luas dan juga politik. Banyak pula kawan-kawan menjadi kaget karena tiba-tiba Pak Oles meraih gelar doktor dari IHDN Denpasar. Kesuksesan demi kesuksesan mengisi hidupnya. “Kini kita dibuat terkagum-kagum pula akan kepiawaian Pak Oles mengulas sloka-sloka suci Bhagavad-gita,” ujarnya. (ist)