Buleleng Penghasil Nener Terbesar di Dunia, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Potensi Bahari Perlu Digenjot
(Baliekbis.com), Laut memiliki kekayaan yang luar biasa bila dikembangkan. Karena itu potensi laut (bahari) ini ke depan harus bisa digenjot menjadi salah satu kekuatan ekonomi masyarakat dan daerah.
“Perairan di sini buktinya. Luar biasa bisa memproduksi nener (anak ikan bandeng) terbesar dan bahkan satu-satunya di dunia,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses di Desa Patas Kecamatan Gerokgak Buleleng, Minggu (30/7).
Reses mengangkat tema “Perkembangan Bibit Bandeng dan Upaya Pemasarannya” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.
Sebelumnya Representatif CV Putra Bahari Milk Fish Bali, Ahok kepada Mangku Pastika menjelaskan perusahaan tersebut berdiri 2013 silam dan saat ini produksinya mencapai rata-rata 20 juta ekor nener per hari.
“Ini merupakan pembenihan nener terbesar dan satu-satunya di dunia,” ujar Ahok. Jutaan nener tersebut terbanyak diekspor ke Filipina selain sebagian di pasarkan di daerah-daerah. Harga nener rata-rata berkisar Rp10/ekor.
Ditanya soal budidaya menjadi bandeng, Ahok mengakui menghadapi kendala harga lahan yang cukup tinggi. Ditambahkan budidaya nener sebenarnya tidak sulit bahkan biayanya murah dan penyakitnya nyaris tidak ada.
Menurutnya ke depan, bandeng bisa mengalahkan udang. Apalagi harga udang terus turun dan harga pakannya naik. “Pasar bandeng juga luas dari kalangan bawah hingga atas. Bandeng ini tertinggi kandungan omeganya melebihi salmon sehingga bagus untuk kesehatan,” ujar Ahok. Bandeng saat ini penyumbang pendapatan nomor dua setelah ikan tuna.
Mangku Pastika menjelaskan keberadaan nener ini menjadi salah satu kebanggaan dan ikon Bali. Karena itu, potensi besar ini harus terus bisa dikembangkan. Perlu ada terobosan agar Bali bukan hanya memproduksi nener tapi juga ikan bandengnya.
Apalagi harga dan potensi pasarnya begitu besar. “Bukan hanya nener, kawasan bahari Buleleng ini juga potensi bagi budidaya kekayaan laut lainnya seperti rumput laut. Tadi saya dapat laporan salah satu perusahaan besar rumput laut di India akan memusatkan bisnisnya itu di Buleleng yang saat ini baru sebagai cabang,” jelasnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode mengingatkan potensi besar ini jangan sampai tidak dikelola dengan baik. “Jangan berpikir laut itu hanya untuk rekreasi dan pariwisata. Laut bisa jadi kekuatan ekonomi yang besar bahkan di Buleleng ini bisa mengalahkan pariwisata,” tambahnya.
Petani saat berdialog mengaku saat ini harga pupuk untuk pakan nener sangat mahal. Bahkan sulit didapat. Mereka berharap ada solusi agar potensi nener yang begitu besar dan menyerap ratusan tenaga kerja ini bisa diatasi. (bas)