Cegah Bunuh Diri: Atasi Depresi dengan Meditasi

Memprihatinkan, Bali yang disebut-sebut sebagai Pulau Dewata, Pulau Surga ternyata angka bunuh dirinya sangat tinggi. Padahal dari sisi pertumbuhan ekonomi sangat bagus, angka kemiskinannya rendah juga pengganguran sedikit. Bahkan turis datang ke Bali karena mencari ketenangan dan kenyamanan.

(Baliekbis.com), Penyebab tingginya angka bunuh diri di Bali selain karena beban mental akibat konflik di keluarga, beban ekonomi dan sosial juga pengaruh narkoba, alkohol serta seks pranikah.

Menurut Rektor UHN IGB Sugriwa Denpasar Prof. Dr. IGN Sudiana hasil penelitian penyebab terjadinya bunuh diri karena sejumlah faktor di antaranya ekonomi, keluarga, politik juga depresi.

“Mencegah hal ini dari sisi agama kalau diberikan bekal meditasi (semadi) dan yoga maka imannya bisa lebih kuat sehingga dapat mencegah tekanan jiwa yang berbuntut bunuh diri,” ujar Prof. Sudiana pada acara Reses Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Kamis (25/7) di Kantor DPD RI Perwakilan Bali, Renon Denpasar.

Reses dengan tema “Menggugah Kepedulian Tingginya Angka Bunuh Diri di Bali” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan pula narasumber Prof. Dr. dr. LK Suryani,Sp.Kj., Dirut RSJ Prov. Bali, Ketua PHDI Prov. Bali dan sejumlah praktisi.

Prof. Sudiana menambahkan hasil penelitian di Amerika menemukan anak-anak nakal yang diajarkan meditasi ternyata hasilnya sangat bagus. Bahkan anak-anak itu bisa memberi vibrasi positif kepada lingkungannya.

Karena itu ia menyarankan perlunya pemberian latihan meditasi atau yoga di berbagai kalangan. “Saya optimis dengan meditasi (semedi) akan sangat membantu ketenangan jiwa sehingga bisa menekan stres yang kerap berujung ke bunuh diri,” jelasnya.

Vibrasi semedi ini bisa mempengaruhi pikiran jadi seimbang dan positif. “Kalau pikiran sudah seimbang tak mungkin bunuh diri,” tambahnya.

Terjadinya bunuh diri menurut Ahli Kejiwaan Prof. Dr. dr. LK Suryani,Sp.Kj. akibat orang Bali makin tak punya kekuatan seperti dulu. Sebagian ruang sudah diberikan ke orang (luar) dan beban upacara cukup banyak. Juga faktor hubungan seks. Prof. Suryani menyarankan jangan melakukan hubungan seks sebelum menikah. “Jadi penting melahirkan anak berkualitas yang akan berpengaruh pada perkembangannya,” ujarnya.

Anggota DPD RI Dr. Mangku Pastika mengatakan masalah Bali makin kompleks. Kemacetan, turis yang bertingkah, narkoba dan persaingan kerja makin ketat sangat berpengaruh pada mental.

“Jadi kondisi ini jangan dibiarkan terus. Harus ada solusinya, ada yang bisa berbuat. Perlu dipikirkan seperti apa pemimpin Bali ke depan yang mau peduli dengan kondisi Bali,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Direktur RSJ Prov. Bali dr. Ni Wayan Murdani, MAP mengatakan percobaan pasien bunuh diri memang cukup banyak. Di tahun 2021 ada 16 orang. Di RSJ saat ini ada 240 pasien rawat inap dan 70 yang rawat jalan.

Dr. dr. Cok. Bagus Jaya Lesmana, Sp.Kj. mengatakan penyebab bunuh diri ini kompleks dan emergensi (gawat darurat). Data tahun 2000 sampai sekarang selalu ada kasus bunuh diri. “Kasus ini tidak pandang usia dan pendidikan,” jelasnya.

Menurut dr. I Wayan Sayoga angka bunuh diri terjadi di antaranya karena konflik keluarga antara suami-istri, saudara bahkan dengan orangtua, juga soal warisan. Beban sosial masyarakat juga berpengaruh. “Kasus bunuh diri bukan hanya di kota juga desa dan banyak dari kalangan muda,” ujarnya.

Dokter Sayoga melihat individu makin individualistik dan materialistik padahal tinggal dalam satu rumah.
“Dengan mempelajari meditasi bisa menjadi salah satu solusi mengatasi stres,” pesannya. (bas)