Cegah Pelanggaran Wisatawan di Kawasan Suci, Pemprov Akan Keluarkan Regulasi
(Baliekbis.com), Pelanggaran dengan berfoto di atas pelinggih oleh wisatawan di kawasan suci kembali terjadi. Yang terbaru beredar seorang wisatawan yang diduga berasal dari Denmark sedang jongkok di atas pelinggih Pura Luhur Batukaru dan menjadi viral di media sosial. Menanggapi hal tersebut, sontak membuat marah masyarakat Bali. Untuk itu tokoh-tokoh Hindu di Bali seperti PHDI Bali, KMHDI, Pimpinan Paiketan, PHRI, Peradah Bali, dll menggelar rapat membahas hal tersebut bersama anggota DPRD Bali yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) di ruang rapat utama, Kantor DPRD Bali, Denpasar (17/9).
Sebelum rapat gabungan dengan Wakil Gubernur Bali, tokoh-tokoh tersebut telah membuat kesepakatan yang intinya mendesak eksekutif dan legislatif untuk membuat regulasi tentang perlindungan tempat suci dan kawasan suci di Bali. Selain itu ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana yang sekaligus merupakan perwakilan peserta berharap pemerintah bisa mengembalikan fungsi Pura sebagai tempat suci/persembahyangan, mendorong pemerintah untuk memfasilitasi Desa Pakraman dan PHDI untuk melakukan pengelolaan tempat suci, serta memfasilitasi pesamuan agung Desa Pakraman dalam rangka menyatukan persepsi menjaga kesucian Bali. “Sementara berkaitan dengan kasus wisatawan asing di Pura Batukaru tersebut, kami mohon Polda Bali melakukan proses hukum dan mengamankan pelaku,” ujarnya.
Menanggapi beberapa kesepakatan tersebut, Wakil Gubernur Cok Ace menyatakan kesepakatannya. Bahwasanya, kesucian Pura di Bali perlu dijaga, karena itu merupakan roh dari adat istiadat dan budaya Bali. Sementara mengenai begitu seringnya terjadi pelanggaran di teampat suci, Ia menyatakan pemerintah akan segera mengambil langkah strategis untuk menyusun regulasi tentang kesucian Pura. “Ini salah satu upaya pemerintah untuk menjaga Pura di Bali,” imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengevaluasi sistem pariwisata di Bali. “Apakah karena kita terlalu terbuka dengan wisatawan sehingga terlalu banyak yang datang, dan memang kualitas wisatawan sekarang memang beda dengan yang dulu,” paparnya. Karena begitu banyaknya wisawatan yang datang, hingga mencapai 6 juta kunjungan per tahun, dan kebanyakan dari mereka tidak didampingi pramuwisata. “Jika pun ada masih banyak guide liar yang beroperasi. Ini juga akan menjadi bahan evaluasi kami,” imbuhnya.
Selanjutnya, Ia juga mengajak masyarakat Bali untuk merenung bersama, kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi berulang kali. Ia pun mengajak masyarakat untuk selalu introspeksi dan tetap menjunjung adat serta kesucian Pura, sehinga Bali bisa terjaga sekala maupun niskala. “Karena bagaimanapun juga, keajegan Bali tetap kita yang tentukan,” tandasnya. (sus)