Cochrane Indonesia Resmi Diluncurkan
(Baliekbis.com), Cochrane Indonesia resmi diluncurkan sebagai upaya meningkatkan publikasi dan penggunaan informasi medis terpercaya di Indonesia. Peresmian organisasi penelitian independen dan bergengsi di Asia Tenggara ini dilakukan pada Senin, 5 Maret 2017 saat Dies Natalis ke-72 Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Dekan FKKMK UGM, Prof.dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Ph.D., SpOG(K)., Dekan FK UI, Dr.dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB., dan CEO Global Cochrane, Mark Wilson. Turut mendampingi Rektor UGM, Prof.Ir. Panut Mulyono, M.Eng., Ph.D dan Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti, Prof. Ali Ghufron Mukti.
Direktur Cochrane Indonesia, Dr.Detty Nurdiati,MPH., Ph.D., Sp.OG., mengatakan peluncuran Cochrane Indonesia ini sebagai salah satu langkah signifikan dalam perkembangan pelatihan dan penelitian kesehatan nasional. “Melalui Cochrane Indonesia ini menghadirkan penelitian terkait ilmu kesehatan yang berbais bukti (evidence base),” tuturnya kepada wartawan saat konferensi pers di FKKMK UGM, Senin (5/3).
Detty menyampaikan pendirian Cochrane Indonesia merupakan hasil kerja sama antara UGM dan UI selama delapan tahun terakhir. Sejak 2004 Detty dan tim telah berupaya meningkatkan peran dan dampak dari pelaksanaan kesehatan berbasis bukti dalam praktik sehari-hari. Selain itu juga melalui edukasi dan pelatihan serta dalam pembentukan kebijakan publik khususnya kesehatan ibu dan anak.
“Harapannya akan ada lebih bayak upaya bersama untuk memastikan kesehatan berbasis bukti dalam setiap aspek penelitian, pelayanan, dan kebijakan kesehatan di Indonesia,”papar dosen FKKMK UGM ini.
Menurutnya, kebutuhan akan ilmu kesehatan berbasis bukti yang relevan dan terkini semakin meningkat. Oleh sebab itu dengan kehadiran Cochrane Indonesia, masyarakat akan memiliki pengetahuan dan para ahli yang memadahi untuk memenuhi kebutuhan informasi kesehatan.
“Cochrane menghasilkan bukti ilmiah terpercaya yang dapat dijadikan standar dalam pelayanan kesehatan,” jelasnya.
Kepala Pusat Afiliasi Cochrane Indoensia, Prof. Siti Setiati menyebutkan bahwa informasi di Cochrane sudah digunakan dan dipercaya oleh banyak ahli, pemerintah, pembuat kebijakan, dokter, perawat, peneliti serta profesional di bidang kesehatan yang bekerja di rumah sakit, perguruan tinggi, dan klinik kesehatan di Indonesia dan berbagai belahan dunia.
“Mereka menggunakan bukti dari Cochrane guna mendukung keputusan medis, pembuatan kebijakan, dan pedoman pelayanan ksehatan untuk pasien,” kata dosen FK UI ini.
Cochrane melakukan review secara komperehensif dengan mempertimbangkan data dari sejumlah penelitian di dunia. Mengumpulkan, menganalisis, dan menyebarkan semua data sehingga dapat digunakan dalam pengembangan kebijakan dan pelayanan kesehatan yang efektif di Indonesia.
Hingga saat ini, lanjutnya, bukti dari Cochrane telah dimanfaatkan untuk memperbaiki pelayanan bagi ibu hamil dan bayi melalui panduan kesehatan terbaru. Misalnya sebagai contoh panduan ibu hamil dengan pre-eklamsia, informasi suplementasi besi, dan eduksi ibu menyusui di Indonesia.
Cochrane Indonesia berpartisipasi aktif dalam jaringan Cochrane Global di London yang menyatukan lebih dari 38 ribu orang di 130 negara. Memiliki tim yang berbasis peneliti dari UGM dan UI nantinya akan bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan untuk m enginfromasikan kebijakan baru dan melakukan pelatihan bagi tenaga medis dalam mengimplementasikan ilmu kesehatan berbais bukti. (ika)