Dahlan Iskan: Wartawan Jangan Hianati Profesi

(Baliekbis.com), Tokoh Pers Dahlan Iskan mengatakan wartawan itu suka meranking dan merating kelakuan pejabat atau sumber berita, tapi tidak ditulis hanya di dalam hati. Baru setelah itu wartawan mempelajari dan menentukan langkah atau ada juga yang memanfaatkan kondisi pejabat yang bersangkutan.

Wartawan setelah memiliki data pejabat, melakukan beberapa pilihan seperti mengkritik keras, mengkritik secara bijak dan ada juga yang memanfaatkan rating itu secara negatif seperti memeras, meminta-minta bahkan mengancam.

“Memeras ini dengan berbagai cara yang intinya ingin dapat uang,” ungkap Dahlan Iskan saat tampil sebagai pembicara pada acara “Ngeraos Sareng Media dan Capacity Building – Sehat Media BI Bali” di Nusa Lembongan Klungkung, Kamis (12/9).

Hadir pada acara tersebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Peivinsi Bali Erwin Soeriadimadja yang didampingi Deputi Bank Indonesia IGA Diah Utari dan Butet Linda H. Pandjaitan.

Dahlan yang berbicara hampir dua jam itu tampak tampil santai dan penuh keakraban bersama puluhan wartawan dari berbagai media baik itu cetak, TV maupun online. Selain memotivasi, ia juga me-warning wartawan agar jangan sampai melenceng dan menghianati profesinya.

Menurut Dahlan, pejabat atau narasumber juga
suka merating wartawan, cuma tidak terang-terangan. “Jadi sama-sama saling tahu, cuma gak saling ngomong,” tambah mantan CEO Jawa Pos Group ini.

“Tapi kalau pejabat ingin tahu tentang wartawan yang sebenarnya, datang saja ke kantin-kantin tempat wartawan ngobrol,” tambahnya.

Di mata tokoh pers ini, wartawan adalah sosok manusia yang bisa didekati dengan pendekatan manusia, pertemanan. Bahkan wartawan suka terharu, menggunakan hati nuraninya. Jadi sesungguhnya sulit seorang wartawan bisa jadi pebisnis atau politisi karena selalu memakai hati nurani. Sedangkan dunia bisnis dan politik kerap lebih “keras”.

Di sisi lain, Dahlan Iskan melihat adanya hubungan erat antara wartawan dengan BI Provinsi Bali. “Saya lihat BI dan wartawan sangat kompak. Ini tentu sangat bagus,” ungkapnya.

Dahlan Iskan juga mengingatkan agar wartawan tidak menjadi tim sukses dari calon tertentu karena ini sama dengan mengkhianati profesinya. Pasalnya tim sukses itu tidak punya rasa (tanggung jawab) apakah calonnya menang atau kalah. Sedangkan wartawan akrab dengan tanggung jawab dan rasa tanggung jawab itu menggunakan hati nuraninya. Karenanya lepas tanggung jawab ini jelas tidak dapat dibenarkan.

Lantas bagaimana prospek wartawan ke depannya, menurut Dahlan Iskan, wartawan yang sudah bekerja cukup lama agar kuliah lagi (S2). Nanti usai jadi wartawan bisa menjadi guru atau dosen atau penulis buku. Itu profesi yang dinilainya cukup bagus setelah tidak lagi jadi jurnalis.

Tapi kalau tetap memutuskan jadi wartawan, maka sebaiknya harus menjadi pemilik media. Dengan perkembangan media (online) yang pesat sekarang ini, sebenarnya terbuka peluang menjadi entrepreneur, jadi pemilik media. (bas)