Dampak Corona, Ketua PHRI Bangli Minta Kenaikan Tarif Retribusi Tempat Rekreasi Ditunda
(Baliekbis.com),PHRI Bangli, DPD ASITA Bali dan DPD HPI Bali minta Bupati Bangli agar meninjau kembali Perbup No.37 Tahun 2019 tentang Peninjauan Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga Kabupaten Bangli yang diberlakukan sejak 1 Januari 2020.
Pasalnya dengan kondisi pariwisata yang lagi lesu akibat dampak virus corona, pemberlakuan Perbup 37 itu akan semakin mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bangli khususnya Kintamani. “Dengan Perbup 37 itu, tarif retribusi naik cukup tajam dari Rp30 ribu menjadi Rp50 ribu. Ini tentu cukup membebani wisatawan yang mau ke Bangli,” jelas Ketua PHRI Bangli Dr. I Ketut Mardjana saat ditemui Kamis (27/2/2020) sore di Toya Devasya Natural Hot Spring Kintamani.
PHRI Bangli bersama ASITA dan HPI tambah Dr. Mardjana yang belum lama ini dilantik sebagai Ketua BPPD (Badan Promosi Pariwisata) Bangli, sudah melayangkan surat permohonan penundaan itu. “Saat ini kami menunggu tindak lanjut dari Pemkab Bangli atas permohonan itu,” tambah mantan Dirut PT Pos Indonesia ini seraya menambahkan surat yang dikirim kepada Bupati Bangli I Made Gianyar tertanggal 14 Pebruari 2019 yang ditandatangani Ketua DPD ASITA Bali Ketut Ardana, Ketua DPD HPI Bali I Nyoman Nuarta,S.H. dan Ketua PHRI Bangli Dr. I Ketut Mardjana itu juga ditembuskan kepada Gubernur Bali, Ketua DPRD Bangli, Forum Pimpinan Daerah Bangli, Ketua PHRI Bali dan Ketua BTB.
Wayan Mantik
Langkah yang dilakukan tersebut dikatakan juga sejalan dengan kebijakan Pusat dan Pemprov Bali yang saat ini memberikan sejumlah stimulan seperti penurunan harga tiket 30 persen dan pembebasan PHR 10 persen sebagai dukungan pemerintah membantu sektor pariwisata yang terdampak virus corona. “Kami di Bangli tentu juga berharap ada kebijakan pemerintah setempat untuk peduli dengan kondisi pariwisata yang tengah lesu saat ini,” ujar GM Toya Devasya Natural Hot Spring ini.
Dr. Mardjana berharap dengan penundaan kenaikan retribusi itu, setidaknya bisa menggairahkan wisatawan lokal maupun domestik untuk memilih berwisata ke Bangli. Menurutnya dari masukan berbagai pihak, pungutan retribusi itu dianggap cukup memberatkan wisatawan. Sebab pungutan sejenis ada di beberapa titik.
Hal senada disampaikan Komisaris Utama PT NIDU Wayan Mantik yang mengingatkan pemda jangan semata memikirkan PAD dengan jalan menaikkan retribusi di pariwisata. Sebab kalau pengeluaran wisatawan terlalu tinggi ke suatu objek, maka ini akan berdampak kurang baik. Apalagi persaingan di industri pariwisata sangat ketat. “Kita bukan bersaing dengan luar Bali, juga antarkabupaten. Kalau retribusi di Bangli terlalu tinggi, maka wisatawan akan beralih ke yang lain,” ujar anggota DPRD Bangli periode 1999-2004 ini.
Putu Astiti Saraswati
Mantik melihat, semestinya upaya yang dilakukan adalah menghidupkan usaha mikro dan kecil agar ekonomi bertumbuh. “Kalau entrepreneur berkembang, pemerintah bisa mendapatkan pemasukan dari sisi pajaknya,” ujar tokoh Kintamani ini.
Sementara itu Dirut Toya Devasya Natural Hot Spring Putu Astiti Saraswati mengakui dampak corona ini sangat besar bagi kunjungan khususnya wisatawan Tiongkok. Meski demikian pihaknya tidak tinggal diam agar bisa tetap bertahan. Selain meningkatkan promosi, juga seluruh karyawan Toya Devasya tetap bekerja seperti biasa. “Bahkan ada yang diberi pelatihan IT dan bahasa sehingga ketika kondisi pulih, kami jadi lebih siap,” jelas Ayu, demikian ia kerap disapa.
Toya Devasya selama ini banyak diminati wisatawan baik lokal, domestik dan mancanegara. Dari rata-rata 800 pengunjung/hari, wisatawan Cina paling mendominasi. Sehingga dengan adanya kasus corona yang melanda Cina, kunjungan menjadi turun drastis. “Tapi kita optimis dan terus berupaya bisa jalan. Perawatan terus kita lakukan agar Toya Devasya semakin menarik. Paket promo juga kita lakukan,” ujarnya. (bas)