Dampak Pengerukan, Air Tukad Pakerisan Keruh
(Baliekbis.com), Kondisi Tukad (sungai) Pakerisan sudah tak seindah dulu. Sungai yang bersumber dari sebelas mata air ini kini sudah tercemar, khususnya di Desa Kramas, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali. Tukad sepanjang kurang lebih 3 kilometer ini bersumber dari 11 mata air, yakni Tebe Lesung, Mumbul, Pakerisan, Ancak, Suryanadi, Sumadi, Nagakunci, Abasan, Magelung, Selukat, Sudemale, hingga bermuara di Pantai Keramas.
Bedasarkan pantauan, sungai ini airnya sudah keruh diduga akibat pengerukan tanah di senpanjang daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan. Aktivitas pengerukan yang tergolong tambang galian C ini sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir.
Aktivitas pengerukan tanah ini terlihat mulai dari mata air Nagakunci sampai mata air Sumadi.
Menurut Ketut Purnama, warga Desa Keramas, ada oknum pengusaha yang berbisnis dengan membeli tanah warga di DAS Pakerisan untuk dikeruk. Tanah hasil kerukan itu kemudian dijual untuk menimbun tanah di tempat lain. Meskipun tanah yang dikeruk milik pribadi warga, tetapi aktivitas pengerukan tersebut merusak lingkungan. Tukad Pakerisan yang membelah Desa Keramas sebagai sumber irigasi jadi keruh airnya.
“Tukad yang berfungsi sebagai irigasi dan keseimbangan alam jadi rusak,” katanya, Senin (10/4/2023). Sebelum ada aktivitas pengerukan itu, Tukad Pakerisan airnya bening. Beragam binatang yang hidup di air tawar itu seperti ikan dan udang masih terlihat jelas dari atas permukaan air.
Namun, akibat pengerukan itu, air sungai jadi keruh. Dasar sungai yang sebelumnya berpasir dan bebatuan, kini menjadi endapan lumpur. Sehingga, tak terlihat lagi adanya ikan dan udang dari atas permukaan air. Bahkan, lahan yang selama ini rimbun ditumbuhi pepohonan dan bermanfaat untuk menyerap air hujan, kini sudah tidak berfungsi lagi. Akibatnya, hujan deras sebentar saja sudah dapat menyebabkan banjir.
Menurut Ketut, banyak warga yang keberatan terhadap aktivitas pengerukan tanah itu. Namun sayang, belum ada warga yang secara resmi melaporkannya kepada pihak berwajib. “Warga enggan melapor, karena kondisi sulit selama ini membuat warga sibuk mengurus kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya.
Seperti diketahui, Tukad Pakerisan memainkan peran penting dalam mengairi sawah dan kebun di sekitar wilayah Desa Keramas. Di Desa Keramas, Tukad Pakerisan memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat penting. Konon, pada abad ke-11, sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Warmadewa pernah berdiri di daerah ini. Kerajaan Warmadewa merupakan salah satu kerajaan dari masa Hindu-Buddha di Bali yang cukup besar.
Tukad Pakerisan dianggap sebagai sumber kekuatan kerajaan tersebut. Oleh karena itu, sungai ini dianggap suci dan dijadikan tempat upacara keagamaan. Selain nilai sejarah dan budayanya, Tukad Pakerisan juga memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Airnya jernih dan bersih. Lingkungan sekitarnya juga asri dan alami. Namun, kondisi itu kini sudah berubah. Kini Tukad Pakerisan sudah tak sebening dulu lagi.