Dari Temu Bisnis dan Intermediasi Keuangan, Diharapkan Pasar Modern Buka Akses Pasar Lebih Luas bagi Produk Petani
(Baliekbis.com), Temu bisnis merupakan upaya untuk mempertemukan (business matching) antara para UMKM baik yang bergerak di bidang pertanian dengan pasar modern. Dari temu ini diharapkan pasar modern dapat memberikan pencerahan bagi para petani untuk menyiasati akses pasar dari produk yang dihasilkan.
“Temu bisnis dan intermediasi keuangan ini juga merupakan ajang bagi UMKM Binaan Bank Indonesia untuk menciptakan peluang baik bagi pemasaran produk-produknya serta mengembangkan potensi ekonomi yang lahir dari UMKM,” ujar Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali Azka Subhan, saat acara tersebut, Selasa (18/12) di Kantor BI Prov. Bali.
Temu bisnis ini diikuti perwakilan dari perusahaan ritel di Bali (Indomaret, Tiara Dewata, Alfamart, Asosiasi Pengusaha Ritel Bali), Perwakilan dari instansi jasa keuangan/BUMN terkait (BPD Bali, BRI, dan ITDC) juga Ketua dan perwakilan kelompok-kelompok UMKM binaan Bank Indonesia Bali.
Dikatakan Azka, tugas dan fungsi Bank Indonesia adalah menjaga kestabilan nilai rupiah, di mana nilai ini salah satunya didorong oleh pergerakan harga-harga produk pertanian yang diistilahkan sebagai volatile food. Faktor lainnya adalah administered prices yang disebabkan karena perubahan harga akibat kebijakan pemerintah (seperti tarif dasar listrik atau BBM) di samping inflasi akibat perubahan tingkat harga secara umum. Hal ini yang mendorong kepedulian Bank Indonesia untuk membantu tugas pemerintah dalam upaya stabilisasi harga melalui pengembangan UMKM khususnya yang bergerak di sektor-sektor pertanian.
Di Provinsi Bali ini, Bank Indonesia telah bekerja sama dengan sejumlah kelompok tani/ternak yang berfokus pada budidaya beras (KTTI Pulagan & Subak Getas, Gianyar), bawang merah (KTT Sari Pertiwi, Bangli), Bawang Putih (KTT. Manik Pertiwi), Cabai (KTT Merta Buana, Karangasem), Sapi Bali (KTT. Dukuh Sari & KTT Giri Winangun Sari), dan beberapa proyek percontohan seperti bawang merah di Kec. Gerokgak, Buleleng dan Bukit Cemara, Karangasem.
“BI juga membina sejumlah UMKM kerajinan yang sering kita ikutkan dalam berbagai acara expo dan pameran baik di Bali (seperti di Pekan Kesenian Bali tahun 2018), event IMF-World Bank Annual Meeting tahun 2018 di Nusa Dua, Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta, hingga beberapa event pameran yang dilaksanakan di luar negeri seperti Indonesia Festival di Moscow (dua tahun terakhir ini), dan Indonesia Coffee Day di London yang dihadiri UMKM kopi Kintamani pada November 2018,” tambah Azka.
Tahun ini BI juga menjaring talenta-talenta muda berbakat yang bergerak di bidang ekonomi digital. Para startup digital ini juga pastinya membutuhkan akses pasar dan permodalan yang ingin mereka capai dalam pengembangan usahanya. Pembinaan yang dilakukan BI serta bantuan akses terhadap permodalan dan pasar merupakan salah satu strategi yang dilakukan selain bantuan teknis seperti cara budidaya organik, manajemen/penguatan kelompok, hingga keterlibatan dalam berbagai pameran tersebut.
“Dalam temu bisnis kami berupaya untuk mempertemukan (business matching) antara para UMKM baik yang bergerak di bidang pertanian dengan pasar-pasar modern. UMKM kita seperti cabai sudah punya produk turunan sambal dan abon cabe, bawang merah yang sudah punya bawang goreng dan keripik, kopi Kintamani sudah memiliki branding yang cukup baik, maupun produk-produk primer seperti beras, bawang merah, cabai, maupun produk-produk lainnya. Kami harapkan pihak pasar modern dapat memberikan pencerahan bagi para petani untuk menyiasati akses pasar dari produk-produk yang baru dipanen,” ujar Azka.
Intermediasi perbankan ini diharapkan dapat menjadi sarana tidak hanya bagi UMKM binaan Bank Indonesia untuk memperoleh akses ke permodalan, namun juga bagi perbankan/lembaga-lembaga keuangan mikro yang membutuhkan sasaran bagi penyaluran kredit khususnya yang diarahkan kepada UMKM. Azka juga berharap Kelompok-kelompok UMKM Binaan Bank Indonesia dapat meningkatkan kualitas produknya.
(ist)