Data Keanekaragaman Hayati Indonesia Belum Banyak Terungkap
(Baliekbis.com), Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi di dunia. Namun, data terkait keanegaragaman hayati di Indonesia masih banyak belum terungkap.
“Rata-rata setiap hari ada 300 spesies yang dideskripsikan dan diberinama. Namun, aktivitas pendataan ini pun harus berpacu dengan laju kerusakan ekosistem yang berarti merusak habitat sekaligus relung biologi,”papar Prof. Budi S Daryono, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D., Kamis (25/7) saat menyampaikan pidato pengukuhan guru besar di Balai Senat UGM.
Menurutnya, kondisi tersbut sangat disayangkan. Semestinya, dilakukan upaya untuk mendata dan mempelajari keanekaragaman hayati melalui penerapan genetika. Sinergi dan pengembangan penelitian genetika molekular dengan cabang biologi lainnya, seperti morfologi dan sistematika tumbuhan dapat meningkatkan kuantitas dan tingkat akurasi data biodiversitas Indonesia.
Budi menyebutkan beberapa penelitian biodiversitas telah dilakukan untuk mendata keanekaragaman genetik dari keanekaragaman flora dan fauna di tanah air. Beberapa diantaranya keragaman timun Maluku, tembakau dan jagung lokal Madura, talas Kalimantan, Anggrek di Gunung Arjuno, Lawu dan Sumbing, piton di Sulawesi Selatan, ikan gabus dari Magelang, labi-labi di Jawa, dan lainnya.
“Melalui konsorsium penelitian antara fakultas biologi UGM, Amphibian and Reptile Diversity ersearch Center and Departement of Biology, Kyoto University, Bidang Zoologi Museum Zoologicum Bogoriense dan LIPI berhasil menemukan katak jenis baru dari Sumatera yang dinamai Michrohyla gadjahmadai,” urai Dekan Fakultas Biologi UGM ini.
Dalam kesempatan itu Budi juga menyampaikan perkembangan genetika mendukung beragam kemajuan yang signifikan dari aspek teknologi dan peningkatan taraf kehidupan manusia secar afundamental. Para era ini, genetika juga mengalami perkembangan menjadi studi yang kompleks yakni Systems Genetics yang mengintegrasikan teknologi high-throughput expression profiling dengan pendekatan biologi sistem untuk menjelaskan mekanisme molekuler sifat-sifat kompleks.
“Genetika akan terus berkembang di era Omics in. Tantangan kedepan yang perlu dipikirkan adalah strategi pendekatan untuk mengkombinasikan genetika dan omics untuk mengungkap hipotesis baru tentang mekanisme molekuler sistem biologi organisme,” jelas pakar genetika UGM ini. (ika)