Data Ngambang Sebabkan Harga Beras Melonjak
(Baliekbis.com), Melonjaknya harga beras belakangan ini bukan karena stok yang menipis, namun lebih disebabkan karena simpangsiurnya informasi perberasan.
“Data yang dikeluarkan Kementan dengan BPS tak sama. Bahkan cenderung kelebihan prediksi,” ujar Ketua KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) RI Syarkawi Rauf kepada wartawan di Kubu Kopi, Sabtu (25/2). Kepada wartawan Syarkawi mengatakan ada tiga hal penting yang menjadi perhatian KPPU di Bali yakni praktek asuransi kendaraan yang merugikan sejumlah bengkel, masalah beras serta pengadaan barang dan jasa yang rawan penyimpangan.
Khusus masalah beras, Syarkawi mengatakan sebenarnya produksi beras di Indonesia melebihi kebutuhan. Namun data beras yang dikeluarkan pemerintah tak sinkron antara Kementan dengan BPS sehingga informasi beras jadi tak pasti. Selain itu sistem distribusi beras terlalu panjang dan tersentral di Pasar Induk Cipinang Jakarta. “Jadi ketika beras di Cipinang berkurang dianggap terjadi kekurangan beras secara nasional sehingga harga beras melonjak.
Padahal ketersediaan beras sesungguhnya melebihi,” ujar Syarkawi. Sebab selain di Cipinang, daerah lain seperti Jatim, Jateng, Sulawesi, Kalimantan termasuk Bali dan NTB merupakan daerah penghasil beras. “Bahkan Jatim adalah penghasil beras terbesar dimana kon tribusinya secara nasional mencapai 17 persen,” ujarnya. Menurut Syarkawi kalau data beras valid, Indonesia tiap tahun menghasilkan beras sekitar 37 juta ton sementara kubutuhan nasional 30 juta ton.
Jadi sesungguhnya masih punya stok cukup. Mengantisipasi hal-hal yang bisa mengganggu harga beras dan merugikan petani maupun konsumen/masyarakat, Ketua KPPU tersebut minta agar data beras bisa sinkron sehingga bisa jadi acuan secara nasional. Syarkawi juga menyarankan perlu dikembangkan sentra-sentra beras di daerah-daerah strategis untuk menyangga kekurangan beras. (bas)