DBS Asian Insights Conference 2022: KADIN Bekerja Sama dengan Korporasi demi Masa Depan yang Lebih Hijau
(Baliekbis.com), Pandemi Covid-19 masih akan membawa tantangan pada tahun ini dengan tantangan besar lainnya di depan mata, yakni perubahan iklim. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, perubahan iklim menjadi tantangan global yang pengaruhnya sama besarnya dengan pandemi Covid-19. Isu perubahan iklim ini juga telah diserap dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 (RPJMN 2020-2024). Untuk mendukung upaya tersebut, Bank DBS Indonesia mengadakan Asian Insights Conference, sebuah konferensi tahunan Bank DBS Indonesia yang tahun ini terdiri dari empat sesi.
Mengangkat tema “Small Steps to A Greener Future”, sesi ketiga tahun ini membicarakan “Rencana Pembangunan Emisi Nol Bersih Jangka Menengah Indonesia” yang menghadirkan keynote speech oleh Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Ir. Laksmi Dewanthi, M.A., serta Ketua Komite Tetap Energi Baru & Terbarukan KADIN Muhammad Yusrizki, Head of corporate strategy PT TBS Energi Utama Tbk Nafi Achmad Sentausa, dan Executive Director of Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture PISAgro Insan Syafaat. Melalui tema ini, para pakar memberikan wawasan terkait kebijakan, rencana dan strategi Pemerintah Indonesia maupun sektor swasta dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Ir. Laksmi Dewanthi, M.A., mengatakan bahwa “Bulan November 2021 lalu telah diadakan konferensi Conference of the Parties (COP26) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. Secara umum, agenda COP26 adalah untuk melakukan upaya negosiasi dan membahas isu-isu terbaru yang akan dimasukkan ke dalam konteks perubahan iklim secara global, termasuk di Indonesia. Dari konferensi tersebut, disepakati bahwa kita akan menyelenggarakan agenda-agenda perubahan iklim sebagai upaya menekan kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi secara global, yakni tidak lebih dari satu setengah derajat celcius guna mendukung rencana emisi nol bersih di sekitar tahun 2050.”
Negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi wilayah yang paling rawan terdampak perubahan iklim. Berdasarkan taksiran Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), perubahan iklim bisa menyebabkan kerugian ekonomi Indonesia sebesar Rp544 triliun hingga tahun 2024. Saat ini, pemerintah telah menargetkan untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero pada tahun 2060 melalui berbagai upaya, salah satunya bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Ketua Komite Tetap Energi Baru & Terbarukan KADIN Muhammad Yusrizki mengatakan, “Terinspirasi dari upaya pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, KADIN mencanangkan gerakan subnasional melalui platform bernama KADIN Net Zero Hub. Secara umum, pembicaraan terkait net zero ini sudah terjadi di kalangan masyarakat. Kami ingin mengubahnya menjadi aksi nyata melalui kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta. Kami juga berkolaborasi dengan beberapa organisasi yang telah memenuhi standar internasional untuk membuat panduan, modul, serta program untuk meningkatkan pemahaman perusahaan swasta. Upaya ini penting untuk membangun ekosistem emisi nol bersih Indonesia dan membantu upaya pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih.”
Executive Director of Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture PISAgro Insan Syafaat menyatakan bahwa saat ini PISAgro juga tengah merangkul para kelompok petani di seluruh Indonesia terutama di kota kecil agar mereka bisa mendapatkan edukasi serta pelatihan. Ini merupakan upaya memodernisasi etika kerja dan pola pikir petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi. PISAgro sebagai wadah pertemuan berbagai pemangku kepentingan di bidang pertanian telah berkomitmen untuk meningkatkan perwujudan sektor pertanian yang berkelanjutan di Indonesia melalui model kemitraan antara sektor publik dan swasta.
“Sejak tahun 2011, PISAgro memiliki komitmen terhadap food security yang memiliki aspek keberlanjutan serta perlindungan terhadap iklim. Komitmen ini diaplikasikan melalui ekosistem yang disebut Inklusif Closed-Loop atau model kemitraan yang tertutup di mana para anggota PISAgro diupayakan untuk dapat bekerja sama dalam membantu memberikan edukasi dan pelatihan secara komprehensif terhadap kelompok tani. Pelatihan tersebut juga berguna sebagai bekal untuk mengintegrasikan petani-petani ke dalam rantai suplai industri pertanian yang lebih profesional. Kami melakukannya melalui beberapa kelompok kerja agar kami dapat memastikan model kemitraan Inklusif Closed-Loop ini dapat diimplementasikan dengan baik. Sejauh ini sudah ada sebelas kelompok kerja yang langsung berhubungan dengan komunitas,” ungkap Insan Syafaat.
Dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan emisi nol bersih, waktu yang tersisa untuk mengejar target pengurangan emisi dan menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5°C sudah tidak banyak lagi. Mengutip laporan dari DBS, Asian Insight SparX – Environmental, Social and Governance: Turning Carbon Into Gold, emisi gas rumah kaca di negara-negara berkembang, khususnya Asia Pasifik, malah cenderung naik. Penyumbang utama emisi adalah pembangkit listrik batu bara. Head of corporate strategy PT TBS Energi Utama Tbk Nafi Achmad Sentausa menyampaikan PT TBS Energy utama tengah melakukan perubahan fokus bisnisnya dari batu bara menjadi energi baru terbarukan, “Kami berupaya mengubah bahan bakar berbasis fosil (fossil fuel based), menjadi tenaga terbarukan yang bisa memangkas karbon. Dari sisi teknologi, energi menjadi sektor yang belum banyak disrupsi. Hal ini tentunya menginspirasi PT TBS Energi Utama untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih 2060.”
“Mulanya kami melihat potensi perkembangan segi industri kelistrikan, lalu kami mencoba menelaah kembali dan melihat kemungkinan apa saja yang bisa dikembangkan dari segi perusahaan untuk bisa tetap berjalan hingga ratusan tahun ke depan. Kami sedang mempersiapkan aliran pemasukan baru untuk menggantikan tambang batu bara yang kami miliki sekarang. Tentunya dengan komitmen emisi nol bersih Indonesia saat ini, kami berkomitmen pada tahun 2030, TBS akan beralih menjadi perusahaan carbon-neutral. Kami sudah menargetkan sekitar 80% dari revenue perusahaan pada tahun 2025 akan dikontribusikan dari green business. Dengan adanya kenaikan harga komoditas batu bara yang terjadi saat ini, rencananya akan kami manfaatkan (leverage) dan gunakan untuk didaur ulang dan diinvestasikan untuk bisnis terbaru TBS,” tambah Nafi Achmad Sentausa Dari sisi implementasi terdapat beberapa tantangan yang dihadapi seluruh pihak, Insan Syafaat mengatakan bahwa untuk memberikan solusi yang komprehensif, saat ini sulit menemukan aktor yang sesuai dari berbagai komoditas untuk memberikan edukasi yang tepat khususnya di bidang pertanian.
Selain itu, perlu adanya peningkatan kapasitas yang dapat memberikan akses agar dapat mempermudah para petani dalam menjual hasil taninya serta pembiayaan untuk membantu perkembangan industri pertanian ini agar tetap berkelanjutan. Muhammad Yusrizki memaparkan bahwa tantangan utama yang dihadapi untuk mencapai emisi nol bersih adalah pola pikir yang seharusnya ada di setiap masyarakat. Maka dari itu, fungsi KADIN adalah untuk membangun kesadaran masyarakat dan membentuk pola pikir untuk mulai menerapkan usaha yang berkelanjutan bagi perusahaan korporasi. Dengan itu, KADIN dapat memberikan edukasi terkait efisiensi energi dan menjadikannya komitmen perusahaan hingga diterapkan secara personal dalam kehidupan sehari-hari.
“Jika pola pikir pengusaha belum terbentuk dengan sempurna, energi berkelanjutan dianggap sebagai sesuatu yang tersier, membuat kepentingan bisnis akan tetap dikedepankan dibandingkan dengan keberlanjutan. Mengingat adanya kebutuhan biaya yang cukup besar bagi perusahaan yang ingin beralih ke bentuk bisnis berkelanjutan. Akan tetapi, perusahaan yang menempatkan hal ini sebagai tujuan bisnis dapat memanfaatkan upaya penggunaan energi berkelanjutan sebagai investasi jangka panjang,” jelas Muhammad Yusrizki.
“Seperti dua sisi mata uang, kita melihat ada tantangan dan juga peluang. Terdapat tantangan untuk terus mengintegrasikan kebijakan-kebijakan perubahan iklim ke dalam berbagai macam sektor dan subsektor. Selain itu, ada tantangan lain terkait cara memenuhi pendanaan dan investasi, serta tantangan geopolitik di tingkat nasional. Di sisi lain, terdapat peluang yang dapat kita manfaatkan mengingat terdapat berbagai macam sektor seperti energi, kehutanan, dan industri yang sudah mulai bertransisi dengan melakukan kegiatan yang lebih rendah emisi gas rumah kaca.
Hal ini mendukung agenda pemerintah yang juga telah mengalokasikan dana untuk mengatasi permasalahan iklim (climate budget tagging) di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mengemas mitigasi dan adaptasi yang menarik bagi investor, mengembangkan inovasi pendanaan green bond, green sukuk, menciptakan badan pengelola dana lingkungan, dan mengembangkan sumber pendanaan global,” tutup Ir. Laksmi Dewanthi, M.A.
Asian Insights Conference merupakan konferensi tahunan Bank DBS Indonesia yang menyatukan para pemimpin dengan pemikiran global untuk membahas peluang dan tantangan perubahan di Indonesia, terutama dalam masa pemulihan dan fase new normal di tengah pandemi Covid-19. Para pelaku bisnis, investor, serta masyarakat luas dapat memiliki gambaran tentang penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah serta kondisi ekonomi Indonesia dan dunia. Konferensi ini diharapkan dapat mengubah kekhawatiran dan keraguan menjadi aksi serta keputusan strategis terkait arah bisnis di masa depan.