Di Tengah Covid-19, Bali Tetap Ekspor Manggis dan Handycraft ke UEA
(Baliekbis.com),Bali tetap melakukan ekspor produk pertanian lokal dan industri kerajinan ke berbagai negara di tengah ancaman lesunya perekonomian akibat pandemi Covid-19.
“Ekspor ini merupakan langkah yang sangat
penting, terlebih di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda seperti saat ini. Artinya, ekonomi kita tetap menggeliat di tengah situasi seperti ini. Pertanian dan kerajinan di Bali masih tetap berdenyut dan berjalan dengan normal bahkan mampu menembus pasar luar negeri, bukan main-main,” kata Gubernur Bali Wayan Koster saat melepas ekspor manggis dan kerajinan tangan (handycraft) Bali ke Uni Emirat Arab (UEA) melalui video conference di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar, Minggu (26/4).
Gubernur Koster melanjutkan, aktivitas ekspor ini juga berarti memberikan peningkatan pendapatan kepada para petani di Bali, khususnya saat musim manggis seperti saat ini. “Saya selama ini berupaya keras untuk meningkatkan hilirisasi dari produk pertanian kita, termasuk industri kerajinan rakyat kita dengan membuka akses pasar dalam dan luar negeri. Kita terus berupaya memperluas akses pasar ini, dan astungkara sekarang sudah mulai berjalan,” jelas Gubernur.
Hal ini lanjut dia merupakan salah satu prioritas dalam pemerintahan lima tahun ke depan dengan pengelolaan dari hulu hingga ke hilir yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 99 Tahun 2019. “Karena selama ini, di bagian hilir kita tertinggal, berkaitan dengan industri olahan, sentra-sentra hasil pertanian dan akses pasar untuk produk kita di dalam dan di luar negeri. Karena itu saya berikan perhatian khusus,” ujarnya.
Dalam pelepasan tersebut, satu ton manggis akan dikirim ke Dubai, UEA dengan menggunakan jalur udara dan kerajinan tangan sebanyak 504 kontainer lewat jalur laut melalui Pelabuhan Benoa.
Secara rutin dilaporkan pula ekspor manggis dengan rata-rata 17 ton dalam 2 kali seminggu dikirim ke China dan handycraft melalui Pelabuhan Benoa dengan tujuan Amerika, Uni Eropa dan Australia.
Di hari yang sama, produk perkebunan berupa kakao Bali serta bibit paprika juga diekspor ke Singapura dan Belanda. Sedangkan produk kayu suar dan bambu Bali dikirim untuk menembus pasar Kanada, Portugal, Meksiko, Brazil dan Spanyol. Sedangkan pasar Jepang menjadi tujuan untuk hasil holtikultura seperti cabai keriting, cabai rawit, hingga buah jeruk nipis.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar I Putu Tarumanegara melaporkan bahwa ekspor produk pertanian hingga minggu ketiga di bulan April ini mencapai angka 799 ribu ton senilai Rp 86 miliar, ditambah tiga ribu ton ekspor produk hasil kehutanan senilai Rp 42 miliar yang mencakup ekspor ke berbagai negara. “Khusus untuk manggis, periode bulan Januari hingga Maret sudah diekspor 713 ton dengan nilai Rp 53 miliar. Untuk bulan berjalan ini, angkanya di 65 ton dengan nilai Rp 4,8 miliar,” jelasnya.(ist)