Dialog Budaya Nala Cintya Mani FIB, Putri Koster Ajak Generasi Muda Tumbuhkan Semangat Totalitas
(Baliekbis.com), Putri Suastini Koster mengajak kalangan generasi muda untuk menumbuhkan semangat totalitas. Dalam artian, mereka diingatkan untuk tidak setengah hati ketika ingin terjun atau menekuni suatu bidang. Ajakan itu disampaikannnya saat didaulat menjadi narasumber pada Dialog Budaya Nala Cintya Mani yang digelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Sabtu (1/12).
Pada kegiatan yang digelar di Aula Widya Sabha Mandala FIB Universitas Udayana itu, wanita yang sangat konsen terhadap bidang seni ini banyak berbagi pengalaman untuk menyemangati mahasiswa. Menurutnya, kunci sukses itu adalah totalitas. “Adik-adik yang saat ini kuliah di Fakultas Sastra, ayo asah kemampuan menulis, apapun itu bentuknya, bisa puisi atau tulisan lainnya. Jangan sampai, anak sastra tak bisa menulis,” ujarnya. Pun demikian halnya dengan anak Sastra Bali yang diharapkan jeli menangkap peluang terkait kebijakan pemerintah dalam pemertahanan Bahasa Bali. “Pemerintah sudah membuat regulasi, ini kesempatan untuk anak Sastra Bali. Buat kegiatan kreatif seperti lomba menulis sastra di atas lontar atau buka kursus Bahasa Bali. Ini peluang bagi adik-adik,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Putri Koster juga menyinggung keberadaan FIB Udayana yang memegang peran penting dalam upaya pelestarian budaya. Bahkan, dia menyebut fakultas ini sebagai pionir bangkitnya kesenian di Pulau Dewata. Ia berharap, ke depannya peran tersebut dapat terus ditingkatkan agar mampu mencetak SDM yang berada di garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya.
Kehadiran Putri Koster juga mampu menghipnotis peserta Dialog Budaya ketika ia tampil membawakan Puisi ‘Sumpah Kumbakarna’ dengan penuh penghayatan dan teknik vokalisasi yang mumpuni. Ia sangat menyukai puisi karya penyair Dhenok Kristianti itu karena makna filosofinya begitu mendalam. “Puisi Sumpah Kumbakarna memiliki makna mendalam, yang mengingatkan siapa saja untuk mencintai dan membela negaranya tanpa syarat. Inilah yang dilakukan tokoh Kumbakarna, bahwa meski dirinya tidak suka dengan perbuatan kakaknya, Rahwana, yang menculik Dewi Sinta, namun ketika Kerajaan Alengka diserbu pasukan Sri Rama, maka dengan langkah kesatria, Kumbakarna pun pasang badan untuk membela negaranya,” ujarnya usai membawakan puisi. Ia berharap makna tersebut dapat ditangkap oleh generasi muda untuk terus menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air. Selain Putri Koster, Dialog Budaya juga menampilkan dua narasumber lain yaitu Koordinator Prodi S2 Kajian Budaya FIB UNUD Prof. Dr. I Nyoman Suarka,M.Hum dan Dr. Komang Indra Wirawan. Kegiatan diakhiri dengan penyerahan cenderamata kepada narasumber. (ist)