Dialog Interaktif “Katahanan Pangan”, Anggota DPD RI Dr. Mangku Pastika: Saatnya Ahli Pertanian Praktekkan Ilmunya
(Baliekbis.com),Sektor pertanian saat ini menjadi salah satu andalan pergerakan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang tak jelas kapan berakhirnya.
“Sekaranglah saatnya kita bangun sektor pertanian ini. Kita punya banyak profesor, doktor dan ahli pertanian yang bisa mengamalkan dan mempraktekkan ilmunya untuk memajukan pertanian yang potensinya sangat besar,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat kegiatan penyerapan aspirasi melalui vidcon, Minggu (26/7/2020) di Studio ALC (Agro Learning Center) di Jalan Cekomaria Gang Raya Denpasar. ALC yang berada di lahan seluas 30 are lebih saat ini tengah membudidayakan aneka tanaman pangan dengan konsep organik.
Dialog interaktif yang berlangsung dua jam dengan mengangkat tema “Ketahanan Pangan” dipandu tim ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Wakil Ketua HKTI Bali Ir. I Gusti Nym. Nuriartha,MSi., Dr. Ir. I Dewa Nym. Ardhita,MS. serta Rektor Universitas Dwijendra Dr. Ir. I Gede Sedana, MSc.,MMA. Juga hadir sejumlah pelaku pertanian.
Di awal sambutannya Mangku Pastika memuji inisiatif ALC ini dalam mengembangkan dan membangkitkan sektor pertanian yang dinilai sangat tepat. Karena ini dapat menjadi contoh sekaligus ke depannya tempat menggali informasi yang terkait dengan pertanian. “Kalau perlu ada semacam laboratorium yang nantinya bisa menjadi rujukan terkait masalah yang dihadapi petani,” ujarnya.
Mantan Gubernur Bali dua periode yang sangat menyukai pertanian ini mencontohkan dirinya sempat mengembangkan pisang di lahan hampir satu hektar. Namun gagal berbuah karena penyakit yang sampai sekarang tak diketahui. “Saya heran dengan Thailand yang begitu pesat kemajuan pertaniannya. Di Cina di pinggir paving block perumahan warga bisa berhasil menanam sayuran. Bali masih punya lahan yang luas, ini bisa dikembangkan,” tandas Mangku Pastika
Di sisi lain Mangku Pastika mengingatkan dorongan mengajak masyarakat bertani tak cukup hanya sebatas produksi. Harus pula jelas sasarannya ke depan. Sebab kalau produksi banyak, mau dikemanakan nantinya. Penanganan pascapanen menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan.
Ia mencontohkan, seperti menanam bambu, selain memanen bambu juga rebungnya bisa memberi nilai ekonomi. “Jadi ketika anakan bambu ini banyak, sebagian bisa diambil rebungnya dan kalau ini ada sentuhan teknologi yakni diawetkan dalam kaleng bisa diekspor,” jelas mantan Kapolda Bali ini.
Dr. Gede Sedana
Demikian pula cara pengolahannya. Seperti menanam brokoli dan sayuran lainnya perlu juga diedukasi cara pengolahannya. “Jangan sampai karena tidak tahu, brokoli dibuat sayur bening, tentu ini kurang pas,” jelasnya.
Contoh sederhana lainnya, Mangku Pastika mengaku di rumahnya ia rutin membuat kecambah. “Saya tak pernah beli taoge, saya bikin sendiri. Sampai bosan saya makan taoge. Saya juga tanam cabai di pekarangan, buahnya sangat bagus. Jadi kalau mau kita bisa lakukan ini untuk menambah pendapatan,” ujarnya.
Sementara itu Wakil Ketua HKTI Bali Gusti Nyoman Nuriartha,MSi. menjelaskan pentingnya ketahanan pangan. Sebab kalau ketahanan pangan rapuh bisa berdampak pada stabilitas. Menurutnya ketahanan pangan saat ini memang terlihat stabil namun sesungguhnya semu, sebab banyak ditopang produk impor. “Impor ini tidak memberi ruang kepada petani, hanya segelintir pihak yang diuntungkan,” jelasnya.
Menurutnya ada tiga hal yang mempengaruhi ketahanan pangan yakni pertama jumlah penduduk, dimana penduduk yang banyak akan membutuhkan pangan dalam jumlah besar. Kedua produksi pangan, yang sangat dipengaruhi kelembagaan dan SDM. “Contohnya balai benih ikan yang saat ini tak jalan. Bagaimana bisa berproduksi kalau benihnya saja tak ada,” jelas mantan Kadis Perikanan ini. Dan yang ketiga diversifikasi pangan.
Dalam dialog tersebut sejumlah masalah dan masukan datang dari sejumlah peserta. Seperti disampaikan
Dr. Dewa Arditha tentang perlu adanya blueprint pertanian untuk mengetahui berapa kebutuhan pangan, daya dukung, zonasinya berdasarkan potensi dan komoditinya. Juga persoalan ego sektoral, serta pemasaran. “Perlu ada pasar induk untuk menampung dan memasarkan hasil petani,” jelasnya.
Rektor Dwijendra Dr. Gede Sedana yang juga Ketua HKTI Buleleng mengatakan
pendekatan sistem dari hulu sampai hilir dalam pengembangan pertanian sangat penting. “Jangan ketika mau tanam beli bibitnya sulit dan mahal, bahkan harus ke luar,” jelasnya. Ia juga mengajak perlunya ditumbuhkan jiwa kewirausahaan, juga penyediaan gudang pangan ketika terjadi over produksi.
Di akhir dialog, Mangku Pastika menekankan masukan melalui interaktif ini segera akan dibawa ke pusat untuk dicarikan solusi yang tepat. “Jadi dengan berbagai masukan ini kita tahu masalahnya, jangan sampai tidak tepat sasaran,” jelas perintis Program Simantri ini. (bas)