Dialog Majukan Pertanian Bali, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Jangan Telantarkan Ibu Pertiwi
(Baliekbis.com), Singapura tak punya sawah, gunung dan air, tapi negeri ini makmur. Padahal luasnya sepertujuh Bali.
“Nasi di sana enak, durennya juga bagus. Kok bisa seperti itu. Kenapa Bali tak bisa padahal potensi alam dan SDM-nya bagus. Lantas potensinya kemana, what’s wrong? Ini harus dicari penyebabnya, kita lahan ada, modal cukup, pasar juga ada,” ujar Mangku Pastika saat menjadi narasumber utama pada dialog virtual yang digelar ALC (Agro Learning Center), Senin (1/2).
Dialog dengan tema “Memajukan Pertanian Bali” yang dipandu Direktur ALC Nyoman Bhaskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja juga menghadirkan narasumber Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho, akademisi dan pengamat pertanian Unud Prof. Dr. Wayan Windia dan Prof. Supartha Utama, Ph.D.
Kehadiran Dr. Made Mangku Pastika,M.M. sebagai Anggota BULD DPD RI Perwakilan Bali juga untuk melakukan pemantauan dan evaluasi atas UU No. 11 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Intinya tentang keberadaan penyuluh, termasuk peran LSM seperti ALC (Agro Learning Center).
“Apa penyuluh masih relevan, sementara banyak orang mulai belajar (pertanian) secara otodidak dari internet,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini serta berharap ALC bisa terus kreatif dalam mengembangkan pertanian baik sisi produksi maupun olahannya agar memberi nilai tambah.
Bagi Mangku Pastika urusan pertanian menjadi nomor 1 karena sektor ini sangat vital dan memberi banyak manfaat. “Meski saya bukan ahli pertanian, kalau tak memanfaatkan lahan dengan baik sama dengan menelantarkan ibu pertiwi, ini dosa besar,” ujarnya.
Mantan Kapolda Bali ini juga menegaskan soal tema dialog “Memajukan Pertanian Bali” yang dinilainya sangat strategis. “Jadi kalau memang seperti itu maka harus maju, jangan sampai stagnan. Tapi harus jelas mau kemana majunya itu, seperti apa sasarannya,” ujarnya.
Sementara Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho mengatakan pentingnya kolaborasi dalam membangun Bali melalui pertanian. UMKM pertanian ini harus didampingi, diberi motivasi, pengetahuan agar bisa mandiri.
Prof. Wayan Windia maupun Prof. Supartha Utama juga menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung pertanian. Jangan antara teori dengan prakteknya jauh dari kenyataan.
Sesuai riset, teorinya kalau pariwisata naik 100 persen maka pertanian juga naik 60 persen. Tapi kenyataannya pertanian justru makin turun. “Di Bali malah NTP (Nilai Tukar Petani) merosot di bawah 100 persen. Ini artinya petani rugi,” jelas pemerhati subak ini.
Anehnya justru yang meningkat sekarang ini pertanian di luar Bali dan luar negeri (riset). Menurut Prof. Windia, kalau ingin majukan pertanian, pemerintah harus bina produsen (petani).
Prof. Windia juga menekankan pertanian harus jadi
agribisnis, dengan mengembangkan industri hilir memanfaatkan teknologi olahan. Sehingga ada nilai tambah. Sedangkan Prof. Supartha Utama menekankan pentingnya kualitas produksi sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani. (bas)