Diprotes, Kepsek SMAN 4 Akhirnya Terima Siswa Tak Lolos Seleksi
(Baliekbis.com), Mendapat protes keras oleh orangtua siswa yang anaknya tak lulus seleksi jalur lingkungan (zonasi) akhirnya pihak SMAN 4 mengambil jalan bijak dengan menerima siswa yang bersangkutan di sekolah favorit tersebut. “Ya kita terima mereka. Sudah kita mintakan persetujuan di Dinas,” ujar Kepala SMAN 4 Denpasar Wayan Rika yang didampingi Waka Kesiswaan yang juga Ketua Panitia PPDB 2017, I Made Sudana kepada wartawan Senin (3/7/2017) di kantornya.
Ditanya apa kebijakan tersebut nantinya tidak menimbulkan preseden buruk, Rika mengatakan hal itu sifatnya kasuistis. Protes orangtua siswa yang bermukim di Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat terjadi karena anaknya tidak diterima melalui jalur zonasi. Padahal tinggal mereka hanya berjarak sekitar 200 meter dari sekolah, sementara anak yang rumahnya lebih jauh justru lolos. Merasa haknya sebagai warga yang tempat tinggalnya dekat sekolah diabaikan, orangtua siswa tersebut protes. Bahkan masalah itu mencuat ke sejumlah media serta sampai ke Ombudsman yang akhirnya turun langsung ke SMAN 4 Denpasar. “Ya kita sudah jelaskan ke Ombudsman soal itu,” ujar Rika terkait kedatangan lembaga tersebut.
Rika mengakui Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2017 yang dicanangkan pemerintah pusat ini memang masih tumpang tindih. Ini karena empat jalur yang ada tersebut selain masih baru juga kurang terbuka sehingga belum dipahami dengan baik oleh berbagai pihak. Padahal sekolah sudah berupaya melaksakan dengan sebaik-baiknya. “Namun toh ada masalah juga,” ujar Rika pasrah. Ia mencontohkan untuk jalur zonasi ini, sudah diserahkan sepenuhnya kepada para perbekel di lingkungan sekolah itu untuk mengaturnya. “Kita sudah serahkan sepenuhnya sesuai kriteria yang ditentukan yakni jarak dan umur peserta. Tapi nyatanya masih ada masalah,” tambah Rika. Parahnya lagi, pihak-pihak yang tak paham justru melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada sekolah. Sementara Kepala Desa Tegal Harum Wayan Sunarta saat dihubungi terkait adanya warganya yang protes karena tidak diterima mengaku dilematis dengan kondisi yang ada. Pasalnya jatah zonasi hanya 28, padahal di kawasan itu ada tiga desa. “Setelah dibagi kami dapat 11, tapi anak yang ingin sekolah dari desa kami saja ada 40,” jelasnya. Sunarta juga mengatakan sebelumnya ia telah rapat dengan kepala lingkungan yang ada terkait zonasi tersebut. “Saat itu tak ada masalah, sehingga semuanya saya serahkan kembali ke sekolah,” ujarnya. (bas)