Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Pusat: Bali Bisa Jadi Sentra Pengembangan Bawang Putih
(Baliekbis.com), Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Pusat Yunita Resmi Sari mengatakan Bali bisa menjadi sentra pengembangan bawang putih di Indonesia.
“Melihat potensinya yang besar serta hasil panen klaster bawang putih binaan BI yang mencapai rata-rata 7 ton per hektar, ke depannya Bali bisa jadi sentra pengembangan bawang putih. Hasil panen ini luar biasa,” puji Yunita Resmi Sari saat panen klaster bawang putih Kelompok Tani Manik Pertiwi Desa Wanagiri Binaan BI, Selasa (25/9).
Panen bawang putih yang dirangkai dengan penyerahan bantuan alsintan (alat mesin pertanian) berupa cultivator, traktor tangan, mesin pemotong rumput, dan kereta dorong itu juga dihadiri
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Causa Iman Karana didampingi Deputi KPw BI Bali Azka Subhan dan Kadis Pertanian Buleleng Nyoman Genep.
Dikatakan Yunita Sari, pada Juni 2018 ini Indonesia masih impor bawang putih dari Cina sebanyak 177 ribu ton lebih. Padahal potensi Indonesia sangat besar. Apalagi melihat hasil panen yang mencapai 7 ton per hektar ini.
Dikatakan BI punya binaan klaster bawang putih di sejumlah daerah di Indonesia yang mencapai luas 400 hektar dengan menyerap tenaga kerja 1.600. Terluas di Jawa dengan produksi antara 3-5 ton per hektar. Bali tambahnya memiliki potensi hingga 300 hektar. Melihat produksi di Bali bisa 7 ton ini menurutnya hal yang luar biasa. Namun Yunita Sari mengingatkan dalam pengembangan komoditas tersebut juga harus disiapkan dari hulu sampai hilir termasuk pasarnya. Kelembagaannya juga harus dikembangkan.
Yunita Sari menambahkan pentingnya produk organik. Ia mencontohkan di Jawa sebelumnya ada pengusaha yang memakai bawang impor. Namun kini beralih ke produk klaster BI karena organik. Buleleng menurutnya sangat subur. “Tadi saat lewat saya lihat lingkungannya hijau dan subur. Ini karunia yang harus dijaga,” pintanya.
Sementara Kepala KPw BI Bali Causa Iman Karana mengatakan pengembangan bawang putih di Bali masih membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Dengan kondisi topografi lahan, ketersediaan air yang langka, pasokan bibit yang minim, infrastruktur yang masih dapat ditingkatkan, keberadaan bantuan baik dari Pemerintah Daerah maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR) akan menjadi penyokong penting bagi keberlangsungan program. “Hal ini tentu akan dapat mendukung upaya pemerintah dalam menanggulangi ketergantungan impor serta mengembalikan kejayaan Buleleng sebagai salah satu sentra penting pengembangan bawang putih di Indonesia,” tambahnya. (bas)