Diskominfos Dorong Transformasi Bali Smart Island
(Baliekbis.com), Guna mendukung terwujudnya gerakan Bali Smart Island yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Bali, Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik (Diskominfos) Bali menyadari munculnya kebutuhan akan dukungan teknologi cloud untuk meningkatkan skalabilitas data center konvensional milik mereka. Di tengah gelombang pandemi COVID-19 yang melanda, Diskominfos membutuhkan solusi yang mampu mengoptimalkan layanan publik oleh pegawai yang bekerja dari rumah, tanpa mengorbankan efisiensi kinerja.
Dengan Amazon Web Services (AWS), Diskominfos mampu memigrasikan data dari sistem on-premises yang bergantung sekali dengan kondisi ketersediaan energi listrik menjadi sistem berbasis cloud di mana data bisa tersedia sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mereka juga meluncurkan sistem presensi menggunakan teknologi machine learning (ML) bagi 19.820 pegawai agar bisa melaporkan kehadiran secara virtual. Mereka berhasil memangkas hampir 69 persen biaya sistem presensi per bulannya dengan bermigrasi ke cloud, sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk mendukung inovasi maupun pelaksanaan program Bali Smart Island.
“Bukan semata karena teknologinya saja, kami juga memperoleh dukungan langsung dari pihak AWS setempat juga pelatihan untuk layanan-layanan yang kami gunakan, dari dasar-dasar mengenai cloud hingga impelementasi skalabilitas secara otomatis. AWS jelas lebih unggul dari yang lain,” ungkap Ngurah Udiyana, Kepala Seksi Aplikasi Informatika Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfos) Bali.
Konsolidasi Data Dukung Penerapan Model Kerja Jarak Jauh
Bali terkenal karena wisata alam dan budayanya yang menawan. Sebagai bentuk menjaga harmoni dan kelestarian alam dengan teknologi mutakhir, Diskominfos menjalankan inisiatif Bali Smart Island dengan misi untuk mengkonsolidasikan sumber-sumber daya layanan publik ke dalam sebuah sistem manajemen data yang teragregasikan dan bisa diakses baik oleh masyarakat maupun pemerintah, dari satu aplikasi.
Sebelum bermigrasi ke AWS, Diskominfos menyimpan data di data center setempat, namun terjadi kendala dengan kondisi pasokan listrik yang tidak bisa diandalkan saat itu. Mati listrik bisa berlangsung 20-40 menit, bahkan tak jarang ada yang sampai 4 jam. Selain mahal dan sulit dikelola dan dikembangkan skalanya, inovasi juga terbatas karena waktu banyak dihabiskan untuk menjaga bagaimana data center tetap beroperasi kala itu. “Saat terjadi kendala dengan pasokan listrik, data center tidak dapat beroperasi dengan baik. Tentu ini berimbas ke penyelenggaraan layanan kepada masyarakat,” ucap Ngurah Udiyana, kepala seksi aplikasi informatika Diskominfos.
Pandemi COVID-19 membawa banyak tantangan bagi Bali, terutama bagi keselamatan jiwa karyawan yang bekerja di kantor. Diskominfos tergerak untuk mencari solusi yang mendukung pegawai pemerintah bisa bekerja dari rumah tanpa mengorbankan produktivitas apabila dibandingkan bekerja di kantor. “Kami harus memastikan layanan publik bisa berjalan dengan baik 24/7,” ujar Udiyana. AWS mendukung Diskominfos dalam membangun infrastruktur untuk penyelenggaraan solusi kantor virtual sekaligus meningkatkan skalabilitas sistem saat digunakan bersamaan oleh seluruh pegawai negeri di lingkungan pemerintahan Provinsi Bali, termasuk bagi tenaga pendidik di 147 sekolah negeri di seluruh provinsi. Mengingat bahwa tingkat kehadiran dan kinerja menjadi tolok ukur dalam menentukan sistem penggajian pegawai di lingkungan pemerintahan setempat, dikembangkannya sistem ini membuat guru-guru bisa terus bekerja kapanpun dan dari manapun mereka melakukannya.
Meningkatkan Skalabilitas Guna Mengakomodasi Ribuan Pegawai
Setelah beberapa kali mencoba layanan cloud dari sejumlah penyedia, Diskominfos akhirnya memutuskan memilih AWS atas keunggulan layanan pelanggan, skalabilitas, serta solusi-solusinya yang terintegrasi. “Bukan semata karena teknologinya saja,” ucap Udiyana. “Kami juga memperoleh dukungan langsung dari pihak AWS setempat juga pelatihan untuk semua layanan yang kami gunakan, dari dasar-dasar mengenai cloud hingga implementasi skalabilitas secara otomatis. AWS jelas lebih unggul dari yang lain.”
Diskominfos mengawalinya dengan menggunakan Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2) yang menghadirkan kapasitas komputasi di cloud yang aman dan bisa disesuaikan ukurannya. Kemudian ketika sistem dianggap mulai merasakan imbas dari banyaknya jumlah pengguna yang login dalam satu waktu, Diskominfos lantas menambah Amazon EC2 Auto Scaling yang membantu dalam menjaga tingkat kesediaan aplikasi dan mendukung penambahan atau pengurangan Amazon EC2 instances secara otomatis sesuai dengan kondisi yang ada. Dengan layanan Amazon DynamoDB, mampu memberikan layanan database yang cepat dan fleksible sehingga Diskominfos mampu membangun sistem presensi yang handal untuk melayani 19.820 ASN baik saat mereka bekerja dari jarak jauh maupun di kantor. Presensi kehadiran bisa dilakukan dari aplikasi mobile, sehingga kehadiran dan kinerja pegawai bisa dimonitor tanpa harus membatasi ruang gerak dan kerja mereka dari manapun tempatnya bekerja.
Diskominfos juga memakai Amazon Rekognition untuk proses analisis gambar dan video di dalam aplikasi menggunakan teknologi deep learning yang telah teruji dan punya skalabilitas tinggi. Selain menggunakan Amazon DynamoDB untuk memudahkan proses verifikasi identitas digital saat masuk mauapun keluar ruang kerja, ini juga sangat bermanfaat sekali terutama dalam situasi pandemi saat ini.
Saat ini pegawai negeri di lingkungan pemerintah daerah bekerja secara bergiliran, di rumah dan di kantor. Penggunaan Amazon Rekognition sangat membantu pihak Diskominfos dalam memverifikasi identitas pegawai secara akurat melalui metode komparasi wajah dan memberikan sumber daya yang tepat bagi masing-masing karyawan setelah mereka login. Waktu untuk login berdasarkan lokasi masing-masing karyawan bisa dipersingkat. Seluruh pengguna terverifikasi dan menerima komunikasi melalui sistem notifikasi yang dibangun pada Amazon Simple Email Service (Amazon SES) untuk layanan email yang murah, fleksibel, dan berskalabilitas tinggi untuk mendukung pengembang berikirim surat dari aplikasi manapun. Mulanya, sistem presensi kehadiran ini digunakan oleh hampir 11.000 ASN dari 247 kantor atau sekolah di lingkungan pemerintah daerah Bali, namun di bulan Agustus 2021, angkanya kemudian melonjak mencapai lebih dari 19.820 baik penggunaan oleh ASN maupun pegawai honorer.
Pegawai Diskominfos memperoleh banyak manfaat dari proses migrasi ke AWS ini. Udiyana menuturkan, “AWS menyediakan dukungan agar kami bisa memahami dan menerapkan teknologi mereka, sehingga kami makin produktif. Pada akhirnya, banyak biaya dan waktu yang bisa dihemat.” AWS juga mengadakan dua jenis pelatihan secara reguler bagaimana menggunakan infrastruktur AWS, yakni pelatihan untuk pengembang maupun bagi perwakilan dari masing-masing kelompok pengguna. Sejak bermigrasi ke AWS, biaya bulanan untuk pengembangan sistem presensi terpangkas hingga 69 persen, sehingga dari penghematan ini bisa dialihkan untuk pengembangan fase selanjutnya dari inisiatif Bali Smart Island oleh pemerintah setempat.
Banyak aplikasi kritikal lain milik pemda Bali yang juga dibangun menggunakan solusi AWS, seperti sistem sensus desa adat, sistem monitoring oksigen fasilitas Kesehatan, sistem manajemen aset, sistem bali satu data, pameran virtual, hingga Bali Media Center.
Kerja Sama ke Depannya dengan AWS
Ke depan, dalam rangka memacu terwujudnya digitalisasi di seluruh provisin Bali, Diskominfos juga akan memanfaatkan teknologi sistem antri di layanan-layanan kesehatan, rumah-rumah sakit, serta masih banyak lagi lainnya. Layanan tersebut diharapkan akan mampu memudahkan masyarakat untuk melakukan registrasi terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi. Layanan ini tentu akan menghadirkan keamanan dan efisiensi bagi seluruh masyarakat.
Selain itu, pemda memiliki visi untuk membangun sebuah aplikasi berbasis web dan mobile bernama Love Bali yang akan memudahkan pelancong dalam mengakses informasi mengenai Pulau Dewata, lokasi-lokasi tujuan wisata, serta bagaimana dapat berkontribusi dalam mendukung kesinambungan Bali. Keduanya, yakni Love Bali dan sistem antrian untuk layanan masyarakat, nantinya akan dikembangkan di atas sistem milik AWS.
“AWS betul-betul membuat kami terkesan dengan seluruh sumber daya yang mereka suguhkan kepada kami,” imbuh Udiyana. “AWS mengusung serangkaian teknologi mutakhir yang belum pernah kami rasakan sebelumnya,” tutupnya. (ist)