Diskusi BEI-NCPI-KADIN: Besar Peluang Perusahaan di Bali “Go Public”
Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Provinsi Bali dan Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Provinsi Bali berupaya memaknai dan menangkap tantangan atau peluang yang ada untuk peduli dan berkontribusi secara konkret untuk melakukan pemulihan perekonomian. Sejalan dengan hal tersebut, perlu berbagai edukasi, pelatihan maupun pengetahuan yang bertujuan memberi pengetahuan akan manfaat pendanaan melalui IPO di Pasar Modal Indonesia.
(Baliekbis.com), NCPI Bali, KADIN Bali bekerja sama dengan BEI menggelar diskusi yang mengangkat tema “Go Big with Go Public”, Kamis (23/2) di UID Bali Campus, Kura Kura Bali Denpasar. Diskusi selain dihadiri puluhan peserta dari berbagai pelaku bisnis, juga praktisi hukum.
“Untuk naik kelas butuh persiapan dan peluangnya saat ini sangat besar. IPO ini bukan hanya menggali dana tapi penting dari sisi manfaatnya yakni kelanjutan usaha. Apalagi perusahaan keluarga akan dikelola profesional sehingga bisa langgeng,” ungkap Founder sekaligus Dirut PT Hatten Bali Tbk. (Wine) Ida Bagus Rai Budarsa saat memaparkan proses hingga manfaat IPO (Initial Public Offering) dalam diskusi tersebut.
“Hatten sendiri memerlukan waktu sekitar 6 bulan untuk IPO,” tambah jebolan Fakultas Teknologi Pertanian Brawijaya yang memulai bisnis fermentasi arak beras atau lebih dikenal brem Bali dengan merek Dewi Sri yang dirintis ayahnya di tahun 60-an.
Hatten Wines saat ini memproduksi wine lokal dan mampu bersaing dengan wine luar. Hingga kini, Hatten sukses melahirkan berbagai varian wine seperti rose wine, white wine, red wine dan sparkling wine.
Ditambahkan Gus Rai, kalau sudah IPO, dana itu disesuaikan apa untuk investasi atau modal kerja. Itu harus dipaparkan, dipertanggungjawabkan. Sebab itu nanti diaudit. Jadi harus sesuai dengan rencana kerja.
Soal harga saham, kalau perusahaan bagus dan kinerja bagus harganya akan naik, begitu pula sebaliknya. “Kalau tidak dijalankan dengan bagus, yaa saham akan turun. Tapi begitu jualannya nanti bagus, harganya akan naik lagi,” jelasnya.
Sementara Direktur Indonesia Stock Exchange IDX I Gede Nyoman Yetna mengatakan opportunities bagi perusahan-perusahaan di Bali untuk skill-up atau naik kelas itu terbuka lebar. Tapi itu butuh persiapan, inilah kesempatan untuk sharing, memberikan wawasan bahwa engagement dengan publik itu ada.
Memang banyak sekali orang berpikir bahwa IPO itu sulit. Tapi sudah dipaparkan fungsi IPO, bukan hanya untuk menggali dana tapi akan bekerja dengan profesional karena ada pihak-pihak yang mengawasi usaha kita.
Seperti di Bali banyak perusahaan keluarga melakukan IPO. Siapa tahu keluarga tidak melanjutkan perusahaan ini, maka perusahaan akan dikelola oleh profesional dan diawasi oleh pihak-pihak lain sehingga jalannya perusahaan itu akan langgeng. Dituntut juga untuk berkembang sehingga harus ada inovasi-inovasi baru.
Menurut Yetna, semua usaha potensial melakukan go public asal sektor yang digeluti preverable. Apalagi Bali yang dominan pariwisatanya, maka sektor ini akan sangat menjanjikan. “Jangan berpikir yang kecil itu tak bisa go public, tapi yang perlu diperhatikan adalah prospeknya,” tambah Yetna.
Diingatkan konsekuensi tantangan manajemen untuk melihat bisnis modelnya, sehingga menjadi perusahaan tercatat yang skill-up, tidak berhenti di satu titik tapi visioner ke depan, melihat apa yang perlu diperbaiki. Ini membutuhkan professional both of directors, both of commissioners.
Menurutnya semua bidang itu potensial, tinggal melihat sektor ke depan apa yang diminati. Kalau di Indonesia salah satu yang mendorong adalah finansial, energy, yang jelas hampir semua sektor ada keterwakilan. Apalagi di Bali yang berhubungan dengan pariwisata.
Saat ini perusahaan di Bali yang IPO ada 4. “Ada 33 lainnya tapi belum saya cek, makanya kita kesini utk encourage entrepreneurs yang ingin naik kelas untuk memanfaatkan pasar modal,” pungkasnya.
Sementara CEO LandX Romario Sumargo mengatakan tujuan pendanaan melalui IPO ini agar bisnis itu bisa naik kelas dan berkelanjutan.
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha menjelaskan penting bagaimana melihat peluang ini sebagai suatu challenge, bagaimana mencari IPO itu, termasuk tanggung jawabnya nanti. “Saya lihat bagaimana visionernya nanti tergantung tourism karena di Bali menyangkut tourism,” jelasnya.
Setelah IPO bagaimana? Menurut Agus Maha Usadha suksesnya adalah di company itu sendiri, bagaimana menumbuhkan company itu sendiri, raising fund-nya itu. Kuncinya bagaimana mengarahkan itu ke depan.
Salah seorang peserta Ni Kadek Winie Kaori dari Kaori Group mengaku diskusi itu sangat positif dan penting bagi pengusaha yang ingin terus maju dan eksis. “Saya lihat ini bagus dan tentu perlu dipikirkan ke depannya,” tambahnya. (bas)