Diskusi “Merawat dan Meruwat Bali untuk Bali lebih Baik”, Dr. Mangku Pastika: Siapapun yang Dicalonkan, Rakyat Harus Memilih
Sejumlah nama calon pemimpin Bali 2024-2029 mulai mengerucut. Dari beberapa sosok yang menonjol dan dinilai mampu meruwat dan merawat Bali di antaranya Letjen TNI Nyoman Cantiyasa, Giri Prasta dan Rai Mantra. Juga ada disebut nama Wayan Koster dan Bintang Puspayoga.
(Baliekbis.com), Siapa yang bakal memimpin Bali ke depan tampaknya masih gamang. Banyaknya tokoh Bali yang dianggap mumpuni mulai bermunculan sehingga masyarakat sulit memilih siapa yang pantas pemimpin Bali ke depan.
“Siapapun yang nantinya dicalonkan, rakyat saya harapkan harus memilihnya. Kita perlu pemimpin yang bisa membawa Bali lebih baik,” ujar Anggota DPD RI dapil Dr. Mangku Pastika,M.M. memantik diskusi “Merawat dan Meruwat Bali untuk Bali lebih Baik” yang berlangsung Sabtu (3/8) di ALC (Agro Learning Center) Jalan Cekomaria Denpasar.
Diskusi yang dihadiri kalangan akademisi, politisi dan praktisi berlangsung jangat dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja, Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara.
Menurut Mangku Pastika, yang penting pemimpin nanti mau menepati janjinya untuk membangun Bali lebih baik sebagaimana yang menjadi harapan masyarakat. “Rakyat harus tahu apa hak dan kewajiban pemimpin setelah dia terpilih sehingga bisa mengontrolnya,” ujar Gubernur Bali 2008-2018 ini.
Dalam diskusi selain beberapa nama muncul yang dianggap kompeten untuk membawa Bali lebih maju juga tantangan Bali yang harus bisa ditangani pemimpin terpilih.
Masalah sampah dan penyelamatan air perlu diprioritaskan. ‘Gunung’ sampah di TPA harus bisa diselesaikan. “Pilih pemimpin yang bisa urus sampah ini sampai tuntas,” ujar pemerhati lingkungan Ayu Widyasari.
Ia juga memaparkan ancaman ketersediaan air bagi Bali yang mulai mengkhawatirkan. Sebab air tanah dalam mulai banyak disedot ini bisa membahayakan karena menyebabkan intrusi air laut.
Akademisi Dr. Sutarya mengingatkan makin pudarnya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat mulai apatis dengan apa yang terjadi di lingkungannya.
Ia mencontohkan pohon roboh yang menutupi jalan harus menunggu petugas datang. “Beda dengan dulu, warga ramai-ramai gotong rotong bila ada masalah. Ini salah satu penyebabnya karena masyarakat sudah dimanjakan dengan bantuan (bansos). Jadi hati-hati memilih pemimpin seperti ini,” ujarnya.
Mantan Anggota DPRD Bali Made Arjaya menegaskan kalau ingin perubahan maka harus ada keberanian. Jadi soal pemimpin menurutnya sangat ditentukan oleh partai dan ongkos. “Era sekarang siapa yang punya uang ini bisa mengendalikan,” jelasnya.
Terkait beberapa nama yang muncul untuk memimpin Bali, politisi asal Sanur ini mengatakan berbagai kemungkinan bisa terjadi. “Bisa saja lahir tokoh baru,” ujarnya.
Hal senada disampaikan politisi GP Artha yang mengaku sudah dapat ‘pawisik’ siapa calon kuat yang bakal memimpin Bali. Ia ingin menyederhanakan Pilgub Bali dengan menyatukan kekuatan yang ada. Sekarang peluangnya ‘head to head’ atau calon tunggal. “Intinya pemimpin yang lahir nanti bisa membawa keberuntungan bagi Bali,” ujarnya. Ia berharap kekuatan yang dimiliki masyarakat saat ini harus disalurkan untuk hal yang positif untuk membangun Bali.
Peserta lainnya mengingatkan jangan sampai Bali melahirkan pemimpin berwatak Korawa, penjudi dan premanisme. “Pemimpin tak harus lahir dari parpol. Pak Mangku Pastika seorang polisi tapi sukses memimpin Bali,” jelas peserta.
Pada diskusi juga muncul kesepakatan untuk membentuk semacam Forum Pemerhati Pembangunan Bali yang nantinya bisa memberikan masukan bagi pemimpin terpilih. (bas)