Dorong Promosi Pariwisata Berkualitas di Bali, Bank Indonesia Dukung Penyelenggaraan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) X 2024
(Baliekbis.com), Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) X tahun 2024 secara resmi dibuka oleh Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya di Bali International Convention Centre. BBTF tahun ini mengangkat tema “Exploring & Experiencing Sense of Indonesia’s Beauty” dan berlangsung dari tanggal 12 hingga 14 Juni 2024.
Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menilai bahwa promosi pariwisata melalui BBTF mampu berkontribusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Bali pasca pandemi COVID-19. Transaksi yang diperkirakan mencapai Rp7,61 triliun berasal dari 370 buyer dari 45 negara.
Pameran BBTF diikuti oleh pelaku usaha pariwisata, termasuk maskapai, agen perjalanan, hotel, event organizer, dan berbagai usaha yang berfokus pada kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Pelaku usaha yang terlibat tidak hanya berasal dari Bali, tetapi juga dari wilayah lain seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, NTB, NTT, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. Negara lain yang turut hadir antara lain Nepal, Timor Leste, China, Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, dan Iran. BBTF menjadi travel fair dengan dampak ekonomi terbesar di Indonesia.
Selain menampilkan booth promosi pariwisata, rangkaian kegiatan BBTF tahun ini juga meliputi talk show pariwisata dan konferensi pers dari pejabat, pemerintah, serta industri pariwisata. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali turut mendukung penyelenggaraan BBTF dengan melibatkan enam desa wisata binaan, yaitu Desa Wisata Taro, Penglipuran, Pemuteran, Sudaji, Tampaksiring, dan Duda. Promosi desa wisata ini adalah upaya Bank Indonesia dalam mendukung penerapan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Desa wisata mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar, termasuk UMKM, serta menjaga kelestarian budaya dan adat Bali.
Perwakilan pengelola desa wisata melaporkan bahwa banyak buyer tertarik dengan paket wisata yang ditawarkan dan berencana untuk melakukan negosiasi lebih lanjut. Dalam sesi konferensi pers BBTF X, Kepala DPD ASITA Bali, I Putu Winastra, menyampaikan bahwa pelaksanaan BBTF terus berkembang setiap tahun, baik dari sisi skala keterlibatan pelaku usaha maupun peserta. Tren pariwisata global menunjukkan keindahan alam dan budaya Indonesia masih menjadi keunggulan. ASITA berkomitmen untuk mempromosikan dan melestarikan destinasi wisata Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Untuk mendukung pariwisata yang inklusif, BBTF X juga mempromosikan pariwisata berkelanjutan, termasuk desa wisata sebagai bagian dari community-based tourism. Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Ida Ayu Indah Yustikarini, menyatakan bahwa potensi utama pariwisata Bali adalah keindahan budaya, alam, dan kearifan lokalnya. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menjaga dan melestarikan alam serta kearifan lokal Bali melalui penetapan tourist levy. Mulai 14 Februari 2024, turis asing yang berkunjung ke Bali harus membayar levy sebesar Rp150.000 per orang. Dana ini akan digunakan untuk pelestarian alam dan adat Bali, serta meningkatkan manajemen pariwisata, terutama dalam kebersihan, dan mempromosikan desa wisata sebagai community-based tourism.
Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menambahkan bahwa BBTF X akan memperkuat posisi Bali sebagai destinasi pariwisata global. “Bali Tourism Board fully supports every kind of activity that promotes Bali’s sustainability and positioning in global tourism, including BBTF,” tutur Gus Agung. Saat ini ada 10 asosiasi pelaku usaha di bawah BTB, yang menjadikan diseminasi informasi lebih efektif dan efisien.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, G.A. Diah Utari, menyampaikan bahwa sektor pariwisata merupakan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Bali dengan kontribusi mencapai 41,91%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 25,12%. Dengan meningkatnya aktivitas pariwisata, pertumbuhan ekonomi Bali tercatat tinggi pada 5,98% (yoy) pada triwulan I 2024, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,11% (yoy). Pertumbuhan sektor pariwisata juga menjadi lokomotif untuk penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya bisnis berbasis komunitas lokal.
Tingkat pengangguran di Bali per Februari 2024 adalah 1,87% dan kemiskinan 4,25%, masing-masing lebih rendah dari rata-rata nasional yang tercatat sebesar 4,82% dan 9,36%. Jumlah UMKM terkait pariwisata lebih dari 200.000 usaha berdasarkan data BPS. Namun, sektor pariwisata Bali masih terkonsentrasi di wilayah Bali Selatan (Sarbagita: Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Oleh karena itu, perlu upaya untuk mendorong kunjungan wisatawan ke wilayah Bali Utara guna mengurangi ketimpangan.
General Manager The Westin Resort Nusa Dua, Sander Looijen, menyatakan bahwa sejalan dengan komitmen pariwisata Bali, The Westin Resort Nusa Dua berusaha untuk menjaga aspek keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, dengan tujuan jangka panjang mencapai net zero emission pada tahun 2050. The Westin Resort Nusa Dua juga menawarkan paket wisata untuk berkunjung ke desa wisata.
Counsellor Political Deputy Head of Mission The Embassy of the Republic of South Africa in Indonesia, Vickesh Maharaj, menyatakan bahwa Afrika Selatan merupakan kantong wisatawan mancanegara yang potensial bagi pariwisata Indonesia. Hubungan diplomatis yang panjang dan cultural connection mendorong wisatawan Afrika Selatan untuk berkunjung ke Indonesia. Namun, konektivitas ke Bali dan pulau-pulau lain masih terbatas. Ke depan, diperlukan penguatan infrastruktur konektivitas yang lebih mudah dan murah untuk mendorong minat wisatawan Afrika Selatan yang berada lintas benua untuk berkunjung ke Indonesia.