Dr. Mangku Pastika, M.M.: Desa Wisata Menguatkan Ekonomi Masyarakat
(Baliekbis.com), Potensi desa wisata (Dewi) di Bali dinilai sangat besar sehingga ke depan mampu menjadi kekuatan ekonomi masyarakatnya. Demikian disampaikan Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses yang berlangsung via vidcon dari DPD Perwakilan Bali, Rabu (21/7).
Reses mengangkat tema “Tantangan dan Prospek Pengembangan Desa Wisata” dipandu tim ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber Ketua Forkom Desa Wisata Bali I Made Mendra Astawa serta Pokdarwis Desa wisata Taro Wayan Ardika.
Di awal paparannya, Mangku Pastika mengatakan Bali yang awalnya mengandalkan pariwisata di saat pandemi ini mungkin sulit lepas dari industri tersebut. Namun perlu ada modifikasi dalam mengembangkan pariwisata ke depannya.
Apalagi Bali memiliki alam, cuaca, tradisi, budaya dan SDM yang bagus. Tinggal bagaimana mengelolanya. Karena pariwisata adalah industri, maka harus tahu apa maunya mereka (turis) ke Bali.
“Kita bisa tiru Cina yang memanfaatkan danau untuk menarik pengunjung khususnya atraksi di malam hari. Dan Desa Taro bisa mengembangkan model itu sesuai potensinya,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.
Sebagaimana diungkapkan Pokdarwis Desa Wisata Taro Tegallalang Gianyar Wayan Ardika yang terus melakukan inovasi dalam menjaga alam sehingga bersih dan lestari.
“Dengan kondisi ini desa wisata bisa kedatangan wisatawan. Kami telah siap dengan homestay yang dikelola desa wisata bersama BUMDes. Ada kerja sama dengan desa adat,” jelasnya.
Untuk menarik kunjungan ke Desa Wisata Taro, pihaknya juga mengembangkan pertanian organik dan Wisata Kunang Kunang. “Sudah ada konservasinya. Hanya malam hari bisa lihat kunang kunang,” tambahnya.
Rekannya, Agung Merta Jaya dari Forkom Desa Wisata Kota Denpasar juga melalukan penataan sehingga ketika covid berlalu sudah siap menerima kunjungan.
Ketua Forkom Desa Wisata Bali I Made Mendra Astawa menjelaskan pentingnya pengembangan pariwisata berkelanjutan agar tidak berdampak bagi lingkungan. Saat ini ada 179 desa wisata di Bali. Namun diakui dalam perjalanannya masih ada kendala, seperti masih terjadi overlapping di desa.
Mangku Pastika menilai model yang bagus dengan dilibatkannya desa adat dan BUMDes dalam mengelola desa wisata. Seperti di Taro yang banyak menyimpan potensi yang bisa dikembangkan untuk mendukung desa wisata. Ada Lembu Putih yang disakralkan, juga
peninggalan Rsi Markandeya. Jadi bisa dikembangkan sebagai wisata spiritual. “Banyak daya tarik wisata yang bisa dikembangkan seperti Desa Wisata Madu. Kita masih impor madu dari New Zealand. Ke depan pariwisata bisa ke sana arahnya,” papar Mangku Pastika. (bas)