Dr. Suarta: Selain Nyanyi Juga Suka Arja
(Baliekbis.com), Hobi menyanyi dan menjadi seniman drama klasik Arja Muani terus ditekuni Made Suarta hingga kini. Meski tugas sehari-harinya sebagai Rektor IKIP PGRI Bali cukup banyak menyita waktunya. Namun bagi Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum. semuanya bisa dijalaninya dengan baik. “Semua kegitan bisa berjalan asal kita bisa mengaturnya dengan terencan. Jadi tak harus ada yang dihentikan. Apalagi hobi menyanyi sudah saya lakoni sejak remaja,” ujar pria kelahiran 25 Oktober 1962. Kini lagu-lagu ciptaanya yang bernuansa pendidikan karakter sudah dipromosikannya di seluruh lingkungan civitas akademika IKIP PGRI Bali. Adapun lagu-lagu ciptaannya tersebut di antaranya “Catur Guru”, “Sembahyang”, “Swadarmaning Siswa”, “Budaya Bali”, dan “Guru yang Patut Digugu serta Ditiru”.
Selain menekuni hobi menyanyi meski hanya sebatas di intern kampus, dirinya juga menjadi seniman drama klasik arja muani yang sudah ditekuninya sejak tahun 1995. Awal arja muani yang dirintinya adalah arja muani Lantang Bejuh. Dimana dirinya ketika itu tampil sebagai lakon Mantri Buduh. “Bahkan saya pernah digandeng oleh grup arja muani Printing Mas ikut tampil pada gelaran kegiatan rutinitas keagamaan,”ucapnya baru-baru ini. Selama menekuni menjadi seniman drama klasik arja muani, Made Suarta kini sudah memiliki grup tersendiri yang diberi nama arja muani Sekar Wijaya Kusuma dengan sanggar arjanya wijaksara IKIP PGRI Bali. “Grup arjanya ini terus diundang untuk pentas di Pesta kesenian Bali (PKB), bahkan grup arjanya ini juga sering kali diundang pada kegitan rutinitas keagamaan di beberapa Kabupaten/Kota di Bali,” terangnya.
Untuk arja muani Sekar Wijaya Kusuma IKIP PGRI Bali ini dipastikan tampil di PKB 2017. Saat ini jumlah anggota arja tersebut 11 orang. Sebenarnya dalam pementasan arja ada juga yang menjadi kendala terutaman yakni mencari lirik lagu, gerak dan tarian harus pas. “Akan tetapi kalau kesan pementasan mendadak biasanya pengambilan lirik lagu, gerak dan tarian ini yang agak meleset membuat penampilan kurang sempurna,” jelasnya. Ditambahkan, bermain arja tidak semudah yang dibayangkan yaitu harus bertaksu. Selain itu, pada saat pementasan arja juga harus sesuai konsep cerita yang dibawakan yang tentunya bisa menarik minat masyarakat untuk ikut terbawa suasana. “Pementasan arja muani kini sering disuguhkan yang ada cerita lucu dan juga seram,”tambahnya. (ist/bud)