Dr. Subanda: Mantra-Kerta Lebih Berkompeten Jelaskan Tema Debat Soal Pelayanan Publik
(Baliekbis.com), Tema debat kedua dalam Pilgub Bali yang digelar oleh KPUD Bali adalah soal peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas Denpasar), Dr. Nyoman Subanda, tema pelayanan publik yang paling cocok menjelaskan adalah Paslon yang pernah duduk di birokrasi. Karena pelayanan publik di bidang pemerintahan adalah ranahnya birokrasi. “Untuk pelayanan publik seperti transportasi, kesehatan, memang yang paling berkompeten adalah Paslon yang sudah berpengalaman dan duduk di birokrasi karena mereka sudah berpengalaman melakukan hal itu,” ujarnya di Denpasar, Sabtu (26/5) malam.
Untuk pasangan nomor urut 1 yakni I Wayan Koster-Tjokorda Arta Ardhana Sukawati (Koster-Ace), yang berpengalaman di birokrasi hanya Cok Ace. “Paslon nomor 1, di sana ada Cok Ace yang pernah menjadi Bupati Gianyar satu periode. Jadi pahamlah soal pelayanan publik,” ujar Subanda. Sementara untuk Paslon Nomor urut 2, keduanya sangat berpengalaman dalam bidang birokrasi. “Rai Mantra itu pernah menjadi Walikota Denpasar dua periode. Sementara Sudikerta pernah menjadi Wakil Bupati Badung dua periode, dan menjadi Wakil Gubernur Bali satu periode. Jadi kalau soal pelayanan publik, keduanya lebih berpengalaman dibanding Paslon nomor 1,” ujarnya.
Menurut Subanda, debat itu sangat berpengaruh dalam elektabilitas Paslon, walaupun bukan satu-satunya. “Ada beberapa keinginan masyarakat yang secara langsung terjawab dalam debat Pilgub. Pertama, kemampuan dan ketenangan Paslon dalam berorasi. Masyarakat ingin agar Paslon yang dipilih memiliki kemampuan diplomasi dan argumentasi yang bagus. Ini awal kemampuan yang bersangkutan untuk mengelola daerahnya. Masyarakat akan melihat dampak ke depan dalam proses pengambilan keputusan dan menghadapi masyarakat yang dinamis, ketika menghadapi protes, dan sebagainya. Dengan caranya menjawab, ketenangan, cerdas menghadapi kritik-kritik itu akan dilihat masyarakat,” ujarnya. Dan dalam debat, semuanya akan terlihat dengan cerdas oleh masyarakat.
Masyarakat pada dasarnya tahu apa yang menjadi problem sosialnya. Pertanyaan-pertanyaan panelis hanyalah pancingan saja. Sebenarnya, persoalan yang dihadapi jauh lebih kompleks dari pertanyaan yang diajukan panelis. Subanda mengingatkan bahwa akan ada dampak dalam migrasi pemilih. Ia mencontohkan, pada Pilgub Bali terdahulu, pengaruh terhadap pemilih hingga mencapai 20 perseb akibat materi debat yang memikat pemilih.(nwm)