Dua Komposer Muda Bali Tampilkan Karya Terkini Dalam Komponis Kini 2019 “A Tribute to Wayan Beratha”
(Baliekbis.com), Dua komposer muda Bali, I Putu Adi Septa Suweca Putra dan Priya Kumara Janardhana, akan mengawali presentasi New Music for Gamelan pada seri Komponis Kini 2019 di Bentara Budaya Bali (BBB). Bila pada seri Komponis Kini 2016 adalah persembahan untuk komposer pelopor I Wayan Lotring, maka sepanjang tahun 2019 program ini merujuk tajuk A Tribute to Wayan Beratha. Acara ini berlangsung Sabtu (22/06) di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra no.88A, Ketewel, Gianyar.
Keduanya akan menampilkan karya terkini berupa komposisi musik baru untuk perangkat gamelan. I Putu Adi Septa Suweca Putra bersama Gamelan Nata Svara akan menampilkan komposisi berjudul “Piwal”. Sedangkan Priya Kumara Janardhana dengan Gamelan Kembang Ceraki membawakan komposisi “Monk”.
Sedari remaja, I Putu Adi Septa Suweca Putra telah berpentas gamelan ke berbagai negara, antara lain di San Fransisco, Malaysia, serta bersama gamelan Salukat tampil di Cal Performances, Berkeley CA, Cutler Majestic Theatre, Boston dan Brooklyn Academy of Music, New York sebagai musisi dalam pementasan Opera a House in Bali. Ia juga pernah diundang sebagai Artist In Residence of the Danish Centre for Culture and Development (CKU) Denmark pada tahun 2015.
Menurut Adi Septa Suweca, komposisinya kali ini merupakan respon kreatif dari sosok I Wayan Beratha. Hal ini tecermin melalui barungan gamelan yang diciptakannya, yaitu barungan gamelan Sada Sancaya. “Gamelan ini juga terinspirasi dari gamelan Semarandhana. Namun, perbedaan keduanya adalah jumlah wilayah nada dalam setiap tungguhnya maupun jumlah tungguhannya dalam satu barung. Jika dilihat dari konteks musikalitasnya, karya (gending) yang akan saya tampilkan tidak mengikuti gaya-gaya dari gending beliau. Saya berusaha untuk membuat kekhasan tersendiri dari gaya-gaya sebelumnya yang telah ada, “ ungkap Adi Septa.
Lanjut komposer kelahiran Ubud ini, melalui karya-karyanya I Wayan Beratha menunjukkan kecerdasannya dalam memanipulasi gending dan membuat pepayasan (ornamentasi) dari sebuah bantang gending disertai dengan pengolahan dinamika yang beragam, sehingga nuansa dalam setiap bagian gendingnya bisa berbeda. “Bagi saya sendiri beliau adalah sosok seniman karawitan Bali yang multi talenta, karena selain mahir sebagai penabuh dan komposer, beliau juga mahir membuat gamelan. Hal yang dapat saya teladani adalah spirit beliau untuk menghasilkan suatu gaya yang khas, “ujarnya.
Sementara dalam pandangan Priya Kumara Janardhana, karya-karya I Wayan Beratha membawanya belajar untuk tidak menolak asing. “Beratha mengadopsi walzt dalam karyanya. Saya sendiri memakai max/msp dalam karya saya, untuk martabat gamelan itu sendiri,” kata komposer asal Tabanan ini. “Melalui karya Monk, saya berharap masyarakat gamelan Bali merefleksikan kembali, apa makna new music for gamelan itu, “ ungkapnya.
Priya Kumara Janardhana sedari tahun 2007 telah aktif terlibat dalam berbagai pertunjukan gamelan. Ia pun telah menciptakan banyak komposisi dan kerap bekerjasama dengan sejumlah kelompok dan seniman dalam menggarap musik untuk pertunjukan atau teater. Ia mentransfer Contrapunctus I dari J.S Bach ke Gamelan Semara Pagulingan dan Gamelan Salunding Tenganan, melalui sebuah kesempatan yang diberikan oleh Giovanni Sciarrino kepada I Putu Sukaryana, pimpinan gamelan Kembang Ceraki.
Dua komposer muda tersebut juga terbukti kreativitasnya lintas batas. Mereka intens bergaul di dalam masyarakat penghayat gamelan, dan masing-masing punya kecenderungan serta langgam musikal yang berbeda. I Putu Adi Septa Suweca Putra sempat bermukim di Solo, menekuni studi serta bergaul intens dengan seniman-seniman musik kota tersebut. Sedangkan Yan Priya Kumara Janardhana mengalami tahapan kreatif yang sama, namun di kota Yogyakarta.
Komponis Kini merupakan sebuah program digagas Bentara Budaya Bali bersama tiga komposer yang konsisten memperjuangkan New Music for Gamelan; I Wayan Gde Yudane, Wayan Sudirana dan Dewa Alit. Bertujuan untuk menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan di tanah air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new gamelan).
Sedini awal program Komponis Kini ini diniatkan sebagai sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending yang tergolong klasik atau yang sudah ada, sekaligus melakukan penciptaan (re-kreatif) yang (sama sekali) baru. Yang dikedepankan bukan semata konservasi, namun terutama adalah eksplorasi mendalam terhadap ragam komposisi musikal ini; sebuah penciptaan baru melampaui kebakuan, akan tetapi tetap merefleksikan filosofis tertentu.
Program ini terencana dan berkelanjutan, memberikan pencerahan bagi publik musik, sekaligus apresiasi agar masyarakat turut merayakan bentuk-bentuk kesenian yang mencerminkan ekspresi kekinian, terpujikan secara artistik dan bermutu tinggi. (ist)