Eko Cahyono: Penting Bentuk Lembaga Khusus Tingkatkan Daya Saing Ekonomi Kreatif
(Baliekbis.com), Gubernur Wayan Koster mengatakan Bali membutuhkan lembaga khusus yang menangani industri kreatif agar pembinaan dapat dilakukan lebih intensif.
Pernyataan tersebut dinilai positif dan diapresiasi ekonom yang juga pendiri Ekonomi Bali Creatif H.M. Eko Budi Cahyono, S.E.,M.M.,M.H. “Sudah saatnya ekonomi kreatif digarap lebih serius dan didukung juga dengan instrumen kebijakan dan kelembagaan khusus di tingkat daerah. Apalagi potensi ekonomi kreatif di Bali sangat besar dan bisa menunjang industri pariwisata,” jelas Eko Cahyono, Senin (15/10) di Denpasar.
Sebagai pelaku usaha ekonomi kreatif dan kerap mendampingi UKM di sektor ini, Eko Cahyono mengaku sangat mendukung penegasan Gubernur bahwa Bali perlu mempunyai lembaga khusus yang menangani ekonomi kreatif seperti keberadaan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Pusat
Caleg DPR RI Dapil Bali nomor urut 2 dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu menambahkan pemerintah tidak boleh ketinggalan dalam menguatkan regulasi dan kelembagaan untuk menumbuhkan dan menguatkan sekaligus melindungi ekonomi kreatif di daerah. Apalagi ekonomi kreatif Bali juga semakin maju ditambah dengan tingginya kreativitas orang Bali.
“Regulasi dan kelembagaan ini penting untuk menguatkan ekosistem ekonomi kreatif di daerah dan mendampingi serta memberdayakan pelaku ekonomi kreatif agar lebih berdaya saing dan mampu menembus pasar ekspor,” ujar pria yang telah banyak membina pelaku UKM di sektor ekonomi kreatif khususnya di subsektor kuliner itu.
Lembaga khusus ekonomi kreatif ini juga diharapkan mampu menggeliatkan subsektor ekonomi kreatif yang menjadi andalan dan potensial dikembangkan di Bali. Pria yang juga aktif sebagai konsultan ekonomi manajemen keuangan dan properti menjelaskan cakupan ekonomi kreatif cukup banyak yakni meliputi enam belas subsektor.
Namun yang terbesar kontribusinya yakni kuliner, fashion dan kriya. “Geliat tiga sektor ini memiliki peran strategis di sektor pariwisata. Kita dan turis perlu makan dan pakaian,” ungkap pria yang dikenal dengan selorohan “Masuk Pak Eko” itu. Subsektor ekonomi kreatif lain yang pertumbuhan bagus antara lain film animasi dan video, desain komunikasi visual, serta aplikasi dan pengembangan game. “Untuk film animasi dan video potensi dikembangkan di Bali sangat besar apalagi dengan keunikan dan keragaman budaya yang bisa diangkat menjadi bumbu cerita,” terang penulis buku ekonomi bisnis “best seller” berjudul “Sukses Ada di Pikiran dan Infrastruktur Ekonomi”.
Selain menguatkan kelembagaan, pemerintah juga diharapkan memberikan berbagai kemudahan dan insentif bagi para pelaku ekonomi kreatif ini. Misalnya kemudahan dalam pengurusan izin, termasuk kemudahan dan keringanan dalam pembayaran pajak.
Eko Cahyono mencontohkan Tiongkok begitu luas memberi ruang dan insentif yang besar untuk menumbuhkan ekonomi kreatif. “Hal itu yang juga perlu kita galakkan di Bali. Bagaimana menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi dan membantu permodalan di sektor ekonomi kreatif ini,” pungkas pria yang pernah mengabdi sebagai Tenaga Ahli Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu.
Seperti diberitakan sebelumnya Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan bahwa lndustri kreatif merupakan salah satu pilar penting dalam membangun ekonomi nasional. Alasannya, industri ini mampu menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing di era globalisasi, sekaligus juga mensejahterakan masyarakat. (bas)