Ekonomi Bali 2018 Diprediksi Tumbuh 6,4 Persen
(Baliekbis.com), Memasuki tahun 2018, kinerja ekonomi Bali diprakirakan akan menunjukkan akselerasi, sejalan dengan telah menurunnya aktivitas vulkanis Gunung Agung. Telah dibukanya kembali penerbangan langsung dari Tiongkok ke Bali pada tanggal 4 Januari 2018, semakin menguatkan optimisme ekonomi Bali pada tahun 2018.
“Sejalan dengan itu, adanya penambahan rute penerbangan baru ke Tingkok dan Filipina sejak awal triwulan I 2018, berpotensi mendorong akselerasi kinerja ekonomi Bali,” ujar Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia KPw Bali Azka Subhan saat membacaka sambutan Kepala Bank Indonesia KPw. Bali pada acara acara Diseminasi Kajian Ekonomi Regional Periode Februari 2018 yang mengusung tema “Strategi dan Upaya dalam Mendorong Sumber-sumber Ekonomi Baru untuk Mendukung Stabilitas dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali” di Harrys Hotel Kuta, Rabu (28/3). Dalam acara ini BI menghadirkan dua nara sumber yakni Vice President Corporate and Senior Economist PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto dan Guru Besar Ilmu Manajemen Undiknas Denpasar, Prof. Dr. IB Raka Suardana. Menurut Prof. Suardana.
Menurut Azka, kinerja ekonomi Bali pada tahun 2018 juga akan diakselerasi oleh beberapa faktor pendorong yang meliputi pelaksanaan Sidang Tahunan IMF World Bank 2018 (yang akan dihadiri sekitar 15.000 peserta dari 189 negara), Pemilukada 2018 (Provinsi Bali, Kab. Klungkung dan Kab. Gianyar), ekspektasi pelaku usaha dan konsumen terhadap perkembangan ekonomi di tahun 2018 yang semakin membaik, sehingga meningkatkan optimisme.
Juga prakiraan menguatnya kinerja ekonomi Global, termasuk negara negara mitra dagang utama Bali yaitu Amerika Serikat, Australia dan Jepang yang berpotensi mendorong peningkatan kinerja ekspor barang luar negeri. “Pengembangan pasar ekspor barang alternatif & jasa, beroperasinya Waduk Titab untuk air baku (PDAM) dan pertanian, pengerjaan beberapa proyek infrastruktur dalam rangka pelaksanaan IMF WB AM 2018, yang meliputi perluasan Apron Bandara I Gusti Ngurah Rai dan panambahan counter check in, pembangunan Benoa Tourism Port, pembangunan Underpass Tugu Ngurah Rai, penyelesaian pembangunan patung GWK dan Taman Budaya dan pembangunan TPA Suwung sangat mendukung pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Dengan berbagai kondisi tersebut, pihaknya yakin ekonomi Bali pada tahun 2018 masih dapat tumbuh kuat dalam kisaran 6,00%-6,40%.
Sementara untuk triwulan I 2018, kinerja ekonomi Bali diprakirakan akan berada dalam kisaran 5,73% – 6,13% (yoy) dan pada triwulan II dalam kisaran 5,92%-6,32% (yoy). Sedangkan inflasi Bali tahun 2018, diprakirakan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Nasional 3,5%±1% (yoy). Untuk mencapai target sasaran tersebut, TPID Provinsi Bali dan kabupaten/kota akan berupaya melakukan langkah-langkah strategis melalui peningkatan produksi, distribusi dan menjaga ekspektasi. Pelaksanaan program tersebut dilakukan melalui kerja sama antar daerah dan sinergi antar TPID, penguatan ketahanan pangan, perbaikan kelancaran jalur distribusi dan infrastruktur daerah dan program stabilisasi harga lainnya.
Dikatakan Azka, kinerja ekonomi Bali yang didominasi oleh lapangan usaha yang terkait dengan bidang usaha pariwisata, selama ini sangat rentan terhadap pengaruh bencana, terutama bila bencana tersebut berdampak seperti terjadinya penutupan operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, bidang usaha pariwisata sangat terkait erat dengan faktor keamanan dan kenyamanan, sehingga bencana alam yang terjadi akan berpotensi mengganggu keamanan dan kenyamanan tersebut bagi wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Dengan kondisi tersebut, menjadi strategis artinya upaya untuk mengembangkan dan mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali dalam rangka menciptakan stabilitas pertumbuhan ekonomi Bali ke depan dan mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Bali yang menunjukkan trend perlambatan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2012-2017).
Bank Indonesia tambah Azka telah melakukan penyusunan Riset Growth Strategy pada tahun 2017, untuk mengidentifikasi dan merumuskan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali. Dari hasil riset tersebut diperoleh 3 bidang usaha meliputi hilirisasi komoditas perkebunan (kopi), industri kreatif dan pengembangan agrowisata serta desa wisata.
Pengembangan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru diharapkan dapat tetap selaras dengan karakter ekonomi Bali yang bertumpu pada bidang usaha pariwisata yang berlandaskan pada budaya dan adat istiadat. Dalam kaitan menjawab tantangan tersebut dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan, melalui pengembangan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, maka kegiatan diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Februari 2018 mengambil tema “Strategi dan Upaya Dalam Mendorong Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru Untuk Mendukung Stabilitas dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali”. (bas)