Ekspor Ternak, Bali Perlu Bangun Kompartemen
(Baliekbis.com), Bali memiliki peluang besar untuk melakukan ekspor ternak ke mancanegara. Bahkan dengan potensi ternak yang dimiliki, Bali bisa menjadi lumbung pangan dunia. “Tapi untuk bisa ekspor, Bali harus memiliki Kompartemen Bebas AI, Biosecurity dan Biosafety yang baik,” ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Drh. I Ketut Diarmita,DVM,MP di sela-sela Focus Diskusi Grup bertajuk “Mau Dikemanakan Peternakan Bali” yang digelar di Amatra Center di Jalan Raya Canggu 88 Badung, Minggu (13/8/2017).
Hal senada disampaikan anggota DPR-RI dari Komisi IV yang membidangi Pertanian AA Bagus Adhi Mahendra Putra yang menilai langkah-langkah memajukan peternakan di Bali sebagai hal yang sangat positif. “Kita siap dorong pembangunan kompartemen itu agar segera terwujud sehingga Bali bisa ekspor ternak,” tegas pendiri Amatra Center yang akrab disapa Gus Adi ini. Dalam diskusi yang berlangsung cukup hangat serta diwarnai tanya jawab terkait masalah-masalah yang dihadapi peternak dan pengusaha ternak tersebut selain dihadiri puluhan pengusaha peternakan dari seluruh Bali juga hadir Kadis Peternakan Bali W. Sumantra. Dikatakan Diarmita, ke depan ternak yang ada bukan hanya untuk memenuhi Bali dan pariwisatanya. “Kita ingin menjadi lumbung pangan dunia, memberi masyarakat dunia pangan daging. Untuk bisa melakukan ekspor, salah satu syarat yang mesti dipenuhi harus ada kompartemen bebas AI (Avian Influence), Biosecurity dan Biosafety yang baik. Itu yang kita belum punya,” ujar Dirjen. Padahal potensi ternak Bali seperti sapi, babi dan ayam begitu besar. Untuk itu tambahnya ke depan Bali perlu membangun Kompartemen bebas AI (Avian Influence). Ini penting, pasalnya penyakit AI ini sangat berbahaya dan sulit diberantas karena penyebabnya virus yang dibawa burung liar.
Ditegaskan untuk ekspor harus memenuhi kaidah internasional. “Kalau belum punya kompartemen, biosecurity dan biosafety yang baik, jelas tak bisa memenuhi kebutuhan internasional. Apalagi sistem yang berjalan juga belum memenuhi standar-standar animal walfare yang baik maka ini akan sulit bisa menembus ekspor. Dirjen menilai sebenarnya tak sulit untuk membangun kompartemen tersebut sepanjang ada minat serta dukungan pemerintah setempat. “Kita bahkan sudah minta seluruh integrator bersatu padu untuk membuat kompatermen tersebut dan kita akan kawal itu,” tambahnya. Dirjen mengaku prihatin, ketika mengetahui Timor Leste sampai mengimpor ternak dari Malaysia hanya lantaran Bali belum punya kompartemen. Padahal untuk membangun kompartemen itu tak sulit. Bahkan pihaknya siap membantu dengan menurunkan tim supervisi secara gratis. Persoalannya justru karena minat yang belum mengarah ke sana. “Ya mungkin dengan kondisi sekarang ini masih untung, jadi tak mau repot,” ujarnya.
Padahal Bali ke depan tantangannya semakin berat. Pulau ini tak bertambah tapi populasi penduduknya semakin padat. “Ini harus menjadi pemikiran jangan sampai nanti terjadi krisis pangan,” tegasnya seraya menambahkan sejak menjabat Dirjen pihaknya sudah mendirikan 63 kompartemen di Jawa. Dari diskusi yang berlangsung cukup lama itu menurut Gus Adi setidaknya ada tiga poin yang dihasilkan yakni pihak Dinas Peternakan akan menerapkan sistem kuota sehingga tak ada yang diunggulakan tapi semuanya diterapkan merata. Terkait kualitas babi dimana akan dilakukan upaya-upaya peningkatan genetik babi sehingga menjadi lebih baik. Pengiriman dan ekspor babi juga akan dibantu berupa rekomendasi pengeluaran babi yang akan dikirim ke luar Bali. Ini akan mendorong peternak lebih bersemangat. “Dirjen juga akan mengirim ahlinya untuk menghitung pendapatan dan pengeluaran ternak sehingga diketahui berapa supplai dan demand. Jadi tak ada alasan kalau ternak sampai menumpuk sementara pasar masih kurang,” jelas Gus Adi. (bas)