Empat Pendeta Pimpin Upacara Pemasangan Mahkota Dewa Wisnu di GWK
(Baliekbis.com), Setelah melintasi waktu selama 28 tahun, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) tahun 2018 mendekati penyelesaian. Pada Minggu (20/5) dilakukan upacara ngrastiti dan pecaruan di pelataran patung yang dipimpin oleh 4 orang pedanda (pendeta Hindu) yang mewakili Siwa dan Budha. Upacara ini digelar sebagai bagian dari permohonan agar penyelesaian GWK berlangsung lancar dan selesai tepat pada waktunya.
Pada saat upacara akan hadir Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata RI Prof. Dr. Ir. I Gde Pitana, M.Sc, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Empat pedanda yang memimpin pelaksanaan upacara adalah Ida Pedanda Putra Telabah dari Griya Telabah Denpasar, Ida Pedanda Gede Oka Mas dari Griya Satria Denpasar, Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keniten dari Griya Kediri Sangeh, dan Ida Pedanda Budha dari Griya Gunung Sari Peliatan Ubud, serta Ida Rsi Agung Dawan Pemecutan yang melangsungkan upacara Puja Brahma di Pura Desa. Upacara juga diisi tarian rejang dewa dari Sanggar Paripurna Gianyar yang dipimpin I Made Sidia. Selain ritual keagamaan, juga dilakukan pemasangan mahkota Dewa Wisnu dengan menggunakan crane. Pemasangan mahkota Dewa Wisnu menjadi pemasangan modul yang ke-529 dari total modul yang akan membentuk seluruh sosok patung GWK. GWK akan disusun dari modul-modul (kepingan) yang keseluruhannya berjumlah 754 buah.
Menurut seniman Nyoman Nuarta, pemrakarsa patung Garuda Wisnu Kencana upacara ngrastiti dan pecaruan ini menjadi semacam doa bersama masyarakat Bali khususnya, dan masyarakat Indonesia secara umum, agar penyelesaian patung ini segera terwujud. “Mari sama-sama kita ngrastiti bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, agar karya ini selesai dan menjadi ikon baru bagi bangsa kita,” ujar Nuarta. Sebagai seniman ia merasa, waktu 28 tahun bukan waktu yang singkat untuk menyelesaikan sebuah karya. Ibaratnya, katanya, sejak ia berambut gondrong sampai seluruh rambutnya habis, GWK belum juga selesai pembangunannya. “Dari saya gondrong sampai botak, GWK belum juga selesai. Mari doakan sama-sama,” katanya.
Keberadaan patung setinggi 121 meter dari permukaan tanah atau 271 meter dari permukaan laut (dpl) ini sangat penting bagi Bali dan Indonesia. Sebagai pematung yang karya-karyanya tersebar di berbagai negara, Nuarta merasa bahwa ia berkewajiban melahirkan karya besar untuk tanah kelahirannya. Selama ini, katanya, Indonesia dan Bali khususnya, hanya mewarisi karya-karya agung dari para leluhur berupa bangunan-bangunan suci yang megah. “Dan itulah yang kita gunakan sekarang sebagai destinasi pariwisata. Memang ada pemandangan alam, tetapi itu kan anugerah dari alam,” kata Nuarta.
GWK bermula dari gagasan Nyoman Nuarta bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Joop Ave, Gubernur Bali Ida Bagus Oka, serta kemudian melibatkan Menteri Pertambangan dan Energi Ida Bagus Sudjana. Pada awal tahun 1990-an, rencana itu kemudian dipresentasikan di hadapan Presiden Soerharto. Setelah Presiden Soeharto setuju, peletakan batu pertama kawasan taman kebudayaan (cultural park) di Bukit Ungasan Jimbaran ini, dilakukan tahun 1997. Dalam perjalanannya, kata Nuarta, GWK mengalami pasang surut, terutama karena kesulitan pendanaan. Setelah terimbas krisis moneter, Nyoman Nuarta berusaha selama bertahun-tahun, agar GWK tetap dilanjutkan. Ia bahkan pernah menawarkan kepada pemerintahan beberapa presiden agar GWK diakuisisi. “GWK juga pernah saya tawarkan kepada Pemda Bali, tetapi kan tidak mendapatkan respons positif, akhirnya saya beralih kepada swasta nasional,” katanya.
Sejak tahun 2013 GWK akhirnya diakuisisi oleh PT Alam Sutera Tbk dan Nyoman Nuarta hanya bertindak sebagai seniman. “Saya punya tugas menyelesaikan patung ini sebagai swadharma. Siapapun pemiliknya tidak masalah, yang terpenting GWK berdiri dan menjadi ikon baru bagi Bali,” kata Nuarta. Kini GWK benar-benar mendekati penyelesaian. Sampai bulan Mei 2018, pembangunan GWK telah mencapai 70 persen. Menurut perhitungan, pemasangan modul-modul GWK akan selesai pada bulan Agustus 2018 mendatang. (ist)