Festival Air Bali: Mencari Solusi Atasi Krisis Air
(Baliekbis.com), Merespon krisis air dan berbagai persoalan lingkungan yang kian mengkhawatirkan Bali sebagai salah satu pulau kecil, kolaborasi beberapa NGO dan komunitas akan kembali menghadirkan inisiatif “Apa Kabar Kita”. Tahun 2024 ini, inisiatif ini hadir dengan judul “Apa Kabar Kita (2): Festival Air Bali”.
Menurut Muchamad Awal Direktur eksekutif Yayasan IDEP, tema krisis air dan lingkungan menjadi tema fokus dalam seluruh rangkaian acara yang akan digelar pada Selasa, 30 Juli 2024, di Taman Inspirasi Muntig Siokan, Desa Adat Intaran, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.
Dikatakan acara yang didesain sebagai sebuah festival ini diharapkan untuk menjadi ruang kolaborasi multi-perspektif untuk mencari solusi terhadap krisis air dan masalah lingkungan lain di Bali. “Salah satu hasil konkret yang diharapkan dapat lahir dari kolaborasi tersebut adalah rancangan awal Peta Jalan Air Bali,” ujar Awal dalam Press Conference Festival Air Bali, Senin (22/7) di Warung Kubukopi Denpasar.
Sejak 2012, Yayasan IDEP Selaras Alam (IDEP) melalui program Bali Water Protection (BWP) berupaya mencegah krisis air di Bali. Program ini fokus pada adaptasi dan mitigasi di sembilan kabupaten/kota dengan langkah konkret seperti membangun 62 sumur imbuhan untuk memanen air hujan dan mencegah intrusi air laut.
Selain itu, BWP melakukan kampanye dan edukasi konservasi air di lebih dari 300 sekolah, menanam 15.000 pohon, serta mengadakan pelatihan dan lokakarya. Program ini juga mendorong perbaikan kebijakan tata kelola air melalui riset dan advokasi dalam skema pentahelix.
Selain IDEP, ada banyak pihak yang dengan kapasitas dan aksinya juga berupaya untuk menyelesaikan masalah ini, mulai dari pemerintah hingga kelompok masyarakat.
Namun demikian, mengingat isu air ini sangat kompleks dan saling mempengaruhi isu lain yang langsung berhubungan dengan penghidupan masyarakat seperti mata pencaharian, pangan, kesehatan, energi, lingkungan, dan dampak krisis iklim yang menghadirkan ketidakadilan iklim, maka butuh upaya terkoordinasi dan partisipatif yang lebih besar dari semua pihak terkait untuk mulai merumuskan Peta Jalan Air Bali. Peta jalan ini dimaksudkan untuk menjadi langkah konkret seluruh pihak untuk menghasilkan solusi bersama terhadap masalah bersama.
Anak Agung Aryateja selaku Ketua BUPDA (Badan Usaha Desa Adat) Intaran Sanur mengatakan wilayah Intaran adalah muara aliran sungai yang muaranya di hutan bakau. Kawasan ini sakral karena tempat bertemunya dua aliran sungai.
Namun saat ini dengan pesatnya pembangunan akibat pariwisata kawasan itu jadi tercemar. “Dulu airnya jernih sekarang kena polusi pencemaran sampah dan limbah. Kami yang di hilir mendapat dampak yang sangat besar. Dan sejauh ini belum ada pencegahannya,” ujar Agung.
Magkma selaku Senior Staf Program Yayasan IDEP mengatakan dikemas sebagai sebuah festival dengan semangat urun data, urun daya, urun karya, dan urun dana, acara ini akan hadir dalam berbagai bentuk sejak pagi hingga malam. Seluruh rangkaian tersebut terbuka untuk publik. Ada Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) terkait isu air di Bali untuk menghasilkan rancangan awal Peta Jalan Air Bali.
Dengan semangat kolaborasi, FGD ini akan melibatkan pemerintah, akademisi dan peneliti, kelompok masyarakat, perwakilan bisnis, NGO dan komunitas, kelompok asosiasi dan praktisi, forum-forum koordinasi, budayawan, perwakilan kelompok disabilitas, perwakilan kelompok perempuan, dan kelompok orang muda.
Akan ada juga beberapa seri coffee talks berjudul “Apa Kabar Bali?” yang akan mempercakapkan berbagai isu publik, terutama yang berkaitan dengan soal air dan lingkungan. Selain itu, akan ada juga lokakarya, pojok edukasi anak, pasar rakyat, pameran karya, pojok curhat warga, dan podcast sunset yang akan mendiskusikan beberapa media kampanye yang dihasilkan orang muda tentang konservasi air Bali.
Menurut Panitia akan ada juga panggung hiburan rakyat di siang dan malam hari. Beberapa seniman yang akan hadir di panggung hiburan rakyat tersebut adalah Tony Q Rastafara, Joni Agung and Double T, Nanoe Biru, Berry Fun, Made Mawut, Gus Molo, Casadaga, The Kelors, dan beberapa yang sedang dalam konfirmasi.
Sebelum acara puncak pada 30 Juli, akan ada juga kegiatan konservasi wilayah pesisir dan laut melalui penanaman 100 bibit terumbu karang dalam kerjasama dengan Komunitas Sungai Bahari. Kegiatan ini akan digelar pada 25 Juli. Kegiatan ini juga terbuka untuk publik yang berminat.
Inisiatif “Apa Kabar Kita” hadir pertama kali tahun 2022 bertepatan dengan pertemuan G20 untuk menciptakan ruang publik yang inklusif dan aman bagi warga untuk berkomunikasi dan menyuarakan pikiran mereka. Tujuannya adalah memfasilitasi dialog setara antara masyarakat dan pengambil keputusan. Saat itu, ada delapan organisasi masyarakat sipil yang menginisiasi acara ini, termasuk Yayasan Madani, debWATCH Indonesia, Yayasan Pikul, IDEP, TemanMu, Walhi Bali, Kekal, dan Frontier.
Sementara di perhelatan “Apa Kabar Kita (2): Festival Air Bali” kali ini, beberapa pihak yang akan menjadi kolaborator adalah termasuk IDEP, Temanmu, BUPDA Intaran, Kelompok Peduli Sungai Intaran, Yayasan PIKUL, PPLH Bali, Yayasan Abdi Bumi, Kekal, Frontier, debtWATCH, World Resource Indonesia (WRI), 350 Indonesia, Madani Berkelanjutan, WALHI Bali, IAGI Bali, Pasraman Air, Balebengong, Omah Laras, Rumansa, Liqufy, Kisara, Jendranath, Bali Buda, Pasar Gemah Ripah, Water Stewardship Indonesia, Taksu Bali, Sirah Bali Info, Insta Bali Musik, Bali Musikgram, Info Konser Bali, dan beberapa pihak lain yang sedang dalam konfirmasi.
“Apa Kabar Kita (2)?: Festival Air Bali” ini merupakan perayaan yang terbuka untuk publik dan diharapkan dapat menarik ribuan orang dari berbagai latar belakang untuk terlibat. Meneruskan tradisi dari perhelatan sebelumnya, bibit pohon akan kembali menjadi tiket masuk bagi para pengunjung di acara ini. Para pengunjung dapat masuk ke tempat acara hanya dengan menukarkan bibit pohon yang mereka bawa.
Panitia penyelenggara akan menyediakan bibit pohon di lokasi acara yang bisa dibeli para pengunjung. Seluruh bibit pohon dan hasil penjualannya akan didonasikan ke Komunitas Sungai Bahari untuk meneruskan penanaman pohon yang secara rutin telah mereka lakukan.
Cara ini juga menjadi salah satu langkah awal untuk publik bisa berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting untuk menciptakan kesadaran kolektif dan tindakan nyata dalam menjaga kelestarian air di Bali dan juga isu lingkungan lain yang saling berkelindan. (ist)