Festival Tepi Sawah, Kolaborasi Seni dan Lingkungan
(Baliekbis.com), Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan, yang akan melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan. Di pusat lokasi yang sangat unik di pinggiran desa ini, kami merancang Uma Stage yang melatar-depani panorama simbolik tempat aspirasi ini terlahir: di Tepi Sawah. Demikian dikatakan Founder Tepi Sawah Etha Widiyanto dalam press conference, Senin (29/5/2017) di Tanjung Bungkak, Denpasar.
Festival Tepi Sawah ini akan mengambil lokasi di Omah Apik, Pejeng Tampaksiring Gianyar berlangsung tanggal 3-4 Juni 2017 melibatkan sekitar 300 audience domestik dan mancanegara. “Festival Tepi Sawah menggunakan area di tepi sawah sebagai pusat kegiatan. Kolaborasi antara seniman adalah suatu konsep yang sangat menarik dan akan mengejutkan bagi orang-orang yang akan menghadiri festival ini,” tambah Etha Widiyanto. Selain itu, Festival Tepi Sawah juga akan mengalirkan beberapa sekuen arsitektur yang menarik. Booth yang akan menyebar di setiap lanskap, dan istalasi seni akan menambah kecantikan festival ini. Festival Tepi sawah juga akan mengadakan workshop dari berbagai cabang kesenian, dan food stall serta art market.
Festival ini lahir dari perpaduan passion dan gagasan dari tiga pelaku seni yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana dan Etha Widiyanto, yang memberikan kombinasi latar belakang pengalaman di bidang Music Education & Performance, Sound Engineering, Event Management, Architecture & Designs. Adalah intensi mereka untuk mengintergrasikan elemen kreatif dari festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability, baik di kalangan anak-anak maupun di kalangan dewasa. Clean Bali Series, sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006, dan yang telah aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di lokasi festival, Omah Apik, bersama dengan sejumlah organisasi dan aktifis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang kesadaran lingkungan.
Festival Tepi Sawah menghadirkan karya musik dan seni yang menakjubkan dan berkesan. Untuk itu, kami mewujudkan festival ini dengan mengajak berbagai komunitas seni serta membangun beberapa relasi dan jaringan yang mendukung festival ini. Salah satu komunitas yang aktif mendukung festival ini adalah Komunitas Lingkara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lingkara Photography Community, sehingga melalui kebersamaan ini akan menjadikan Festival Tepi Sawah sebagai cerminan dan pembawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penanganan sampah, pembuangan limbah dan lain-lain.
Adapun para seniman yang terlibat dalam Festival Tepi Sawah ini adalah Tompi, Dewa Alit, Bona Alit, Ivan Nestormam, Nita Aartsen, Kecak Kobagi, Jasmine Okubo, Doddy Sambodo, Dodot & Barok, Gustu Brahmanta, Sisca Guhzeng, Brahma Diva Kencana, Marlowe Bandem, Made Agus Wardana, Fascinating Rhythm Communtity, dan masih banyak yang lainnya. Festival Tepi Sawah ini juga didukung penuh oleh Desa Pejeng dan melibatkan seniman-seniman Desa Pejeng Gianyar–Bali.Tak ayal, festival ini akan membuat audience yang hadir tersihir melalui pukau yang ditampilkan oleh seniman-seniman yang turut ambil bagian dalam festival ini. (bas)