FGD Peranan ‘Citizen Journalism’, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Kritik Media Itu ‘Obat’
Media memberikan ruang untuk mengemukakan pendapat maupun pemikirannya sebagai perwujudan demokrasi dalam menyuarakan aspirasi masyarakat, gagasan hingga mengkritisi kebijakan (pemerintah). Peran media dalam kehidupan sehari-hari selain sebagai komunikator, agent of change juga sarana berinteraksi.
(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan keberadaan media sangat penting dan strategis dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis. Karena itu media harus intelek dan powerful sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
“Saya selalu dapat manfaat dari media, saya gak pernah merasa jadi korban media. Saya juga tidak anti kritik karena kritik itu obat,” ungkap Mangku Pastika saat hadir dalam FGD (Focus Group Discussion) di ALC (Agro Learning Center) Cekomaria Denpasar, Sabtu (18/3).
FGD dengan tema “Peranan ‘Citizen Journalism” dalam Mewujudkan Masyarakat Demokratis: Tantangan dan Solusinya” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara menghadirkan narasumber
Drs. Putu Suasta, M.A. dan Dr. Gede Suardana,M.Si. Diskusi juga diikuti sejumlah akademisi dan kalangan mahasiswa.
Mantan Gubernur Bali dua periode ini justru merasa kurang yakin dengan statemen yang cenderung memuji-muji. “Yang muji-muji itu malah bikin saya bingung karena biasanya yang ‘manis’ bisa bikin ‘diabetes’,” ujar Mangku Pastika.
Di sisi lain, ia melihat dalam kondisi sekarang ini penting bagi generasi muda untuk tampil berani dan jujur. Dikatakan yang membedakan manusia satu dengan yang lain adalah daya imajinasi dan kreativitasnya. Dengan dua kelebihan itu akan bisa memberikan added value.
“Bagaimana seorang seniman Cokot dengan melihat akar melalui imajinasi dan kreativitasnya bisa mewujudkan karya seni yang luar biasa. Ini yang harus terus bisa dihidupkan. Saya harap anak muda bisa terinspirasi dengan imajinasi dan kreativitas ini. Celakanya kalau imajinasi dan kreativitas itu sampai terpasung karena dogma,” tegas mantan Kapolda Bali ini bernada serius.
Untuk memompa semangat, imajinasi dan kreativitas anak muda, Mangku Pastika bahkan mengeluarkan pepatah Cina “Kalau tidak ketemu peti mati, tidak akan keluar air mata. Kalau tidak melihat Sungai Kuning Huang Ho kita tak akan rela mati”.
Dalam diskusi mengemuka pentingnya uang di zaman ini. Menurut akademisi Dr. Ketut Donder, siapa yang punya uang (kaya) akan berkuasa. “Kalau mau berkuasa dan kehormatan harus punya uang. Di zaman Kaliyuga, uang itu sudah menjadi ‘Tuhan’,” ungkap dosen yang kerap bersuara kritis ini.
Sementara itu politisi yang juga pengamat sosial dan budaya Putu Suasta,M.A. mengatakan media merupakan salah satu bagian pilar penting demokrasi. Ia melihat strategisnya anak muda dalam melakukan perubahan.
“Dengan komposisi yang begitu besar (56 persen), anak muda menjadi penentu masa depan bangsa. Karena itu anak muda harus berani, cerdas dan tampil di depan,” ujar Putu membakar semangat anak muda yang hadir dalam diskusi.
Akademisi yang juga jurnalis Dr. Gede Suardana mengatakan dengan banyaknya muncul media, akan memberi berbagai dampak. “Yang penting informasi yang ditulis harus memiliki nilai berita, valid dan akurat,” ujarnya. (bas)