Filosofi Kearifan Lokal Dijadikan Landasan Membangun Bali, Wayan Koster Bikin Ratusan Generasi Muda Takjub
(Baliekbis.com), Generasi muda Bali menunjukkan sikap kritis dan cerdas menjelang Pilkada Serentak yang akan berlangsung pada Rabu, 27 November 2024. Dalam sebuah diskusi bertajuk Sikat (Diskusi Memikat) yang digelar di Buleleng pada Minggu, 17 November 2024, ratusan generasi milenial dan Gen Z Bali menantang Cagub Bali nomor urut 2, Wayan Koster, dari paket Koster-Giri.
Diskusi ini menjadi ajang refleksi sebelum memutuskan pilihan. Salah satu peserta, Bagus Sudika, generasi muda dari Buleleng, memanfaatkan momen ini untuk mempertajam renungan tentang sosok pemimpin yang layak memimpin Bali ke depan.
Pertanyaan yang diajukan kepada Koster mencakup:
- Pencapaian terbaik selama menjabat sebagai Gubernur Bali.
- Program yang dinilai belum optimal.
- Langkah konkret untuk memaksimalkan pembangunan Bali.
- Alasan kuat yang dapat meyakinkan generasi muda dalam menentukan pilihan.
Koster Apresiasi Generasi Muda
Menanggapi pertanyaan tersebut, Wayan Koster mengapresiasi pemikiran kritis generasi muda Bali. Dengan latar belakang sebagai Anggota DPR RI selama tiga periode (2004–2019), Koster menjelaskan pencapaian yang dianggap paling membanggakan selama menjabat sebagai Gubernur Bali sejak dilantik pada 5 September 2018.
Filosofi Kearifan Lokal Bali
Menurut Koster, visi pembangunan Bali yang ia terapkan berakar pada filosofi kearifan lokal Bali tanpa mengambil referensi dari luar. Ia menggali nilai-nilai luhur dari sejarah peradaban Bali, mulai dari era Bali Mula, Bali Aga, hingga masa penjajahan dan seterusnya.
“Sedikit pun saya tidak mengambil referensi dari luar Bali. Saya sepenuhnya belajar dari perkembangan peradaban Bali, menggali nilai-nilai untuk membangun Bali yang berkelanjutan hingga ratusan tahun ke depan,” ungkap Koster.
Ia merumuskan nilai-nilai tersebut dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang berarti menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya. Konsep ini mencakup aspek sekala (nampak) dan niskala (tak nampak), manusia, dan segala makhluk ciptaan Tuhan.
“Visi ini bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat Bali yang sejahtera dan bahagia, baik secara sekala maupun niskala,” tambahnya.
Bali yang Sakral
Koster juga menyoroti keunikan Bali sebagai pulau yang penuh kesakralan. Ia menjelaskan bahwa Bali ditata oleh para orang suci, yakni empu dan resi, yang menciptakan tatanan kehidupan spiritual tinggi. Oleh karena itu, Bali dikenal sebagai pulau seribu pura dan Pulau Dewata.
“Tanah Bali itu tenget, beraura, dan memiliki daya tarik spiritual yang kuat. Saat pesawat mendekati Bali, kita bisa merasakan getaran batin yang berbeda. Inilah kekuatan Bali,” katanya.
Landasan Pembangunan Bali
Dengan berlandaskan filosofi tersebut, Koster menerapkan program pembangunan Bali yang diwujudkan melalui visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Program ini didukung oleh sejumlah regulasi seperti Perda, Pergub Bali, dan UU Nomor 15 Tahun 2023 tentang Provinsi Bali, yang diperjuangkan selama bertahun-tahun.
Penjelasan Koster berhasil memukau ratusan generasi muda yang hadir. Mereka terlihat serius dan antusias menyimak uraian pria asal Sembiran, Tejakula ini.
“Filosofi ini menjadikan Bali sebagai tempat yang karismatik dan unik. Tidak ada daerah lain di dunia yang memiliki daya tarik seperti Bali,” tutup Koster.