FPM Protes Keras, Kebakaran Puluhan Kapal Ikan di Pelabuhan Benoa Ancam Hutan Mangrove
(Baliekbis.com), LSM lingkungan Forum Peduli Mangrove (FPM) memprotes keras kebakaran puluhan kapal ikan yang terjadi di sisi barat pelabuhan Benoa pada Senin (9/7) dinihari tepatnya pukul 02.00 Wita. Kebakaran ini diprediksi akan berdampak pada pencemaran lingkungan yang ada di sekitarnya, baik kehidupan biota laut maupun hutan mangrove yang ada di kawasan Teluk Benoa. “Jangan sampai merugikan hutan Mangrove yang selama ini telah dirawat oleh FPM. Akibat limbah yang mencemarkan perairan, keteledoran atau apapun alasannya harus ada yang bertanggung jawab. Pemerintah dan aparat kepolisian harus bertindak tegas mengusut penyebab kebakaran itu. Masyarakat juga harus protes keras,” kata pendiri FPM Heru Budi Wasesa, S.E, MSi. (Han) saat dihubungi Pos Bali, Senin (9/7) siang.
Sementara Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) I Komang Gede Subudi mengatakan, peristiwa kebakaran di Dermaga Barat Pelabuhan Benoa bisa jadi karmapala (hukum sebab akibat-red) atas ketidakjujuran terhadap pengelolalaan lingkungan selama ini. “Jangan sampai ini menjadi karmapala atas politisasi lingkungan hidup yang selama ini terjadi. Kita sering tidak jujur, bahkan munafik dan berlindung di balik pelestarian lingkungan. Padahal kita sendiri yang merusak lingkungan,” kata Komang Gede Subudi yang menghubungi media ini semalam untuk memberi penyataan dan kritikan atas peristiwa kebakaran di kawasan Teluk Benoa yang sudah pasti mencemarkan lingkungan yang ada di sekitar kawasan konservasi itu.
Heru Budi Wasesa juga menyoroti kenapa selama ini kawasan Teluk Benoa yang dianggap suci justru terlihat dimarjinalkan terutama hutan mangrovenya. “FPM sejak tahun 2012, selalu berupaya memperhatikan dan merawatnya dengan sekuat tenaga mengorbankan semua untuk merawat dan melestarikan mangrove yang ada di Teluk Benoa,” tegas Heru.
Bahkan lanjut Heru, kehadiran delegasi IMF di Teluk Benoa beberapa waktu lalu, FPM juga hadir memperlihatkan kerja nyata dalam merawat dan melestarikan hutan mangrove. “Teluk Benoa menjadi sebuah harapan bahwa pembangunan dan lingkungan harus seiring sejalan. Semoga ini bukan sebuah karma atas tidak konsistennya dan kepedulian semua pemangku kepentingan terhadap lingkungan,” tandas Heru sembari menegaskan kembali, FPM yang selama ini bekerja keras merawat hutan mangrove, meminta pertanggung-jawaban atas keteledoran ini, dan akan menggugat jika kawasan mangrove rusak akibat peristiwa kebakaran tersebut. Sebagaimana diketahui kebakaran hebat terjadi di sisi barat pelabuhan Benoa yang menyebabkan sekitar 40 unit kapal ikan ludes terbakar. Sumber penting setempat memperkirakan kerugian material sekitar Rp 200 miliar atas musibah tersebut. (ppb)