Gathering BEDO dengan UMKM, Beri Edukasi Tata Kelola Pengembangan yang Komprehensif Kepada Dunia Usaha
(Baliekbis.com),BEDO (Business & Export Development Organization) yang merupakan yayasan nonprofit berkomitmen untuk memberikan edukasi tata kelola pengembangan yang komprehensif kepada sektor dunia usaha (UMKM).
Terkait hal itu BEDO menggelar acara gathering dengan sejumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari beberapa kota besar di Indonesia, akhir pekan lalu di Bali Paragon Resort Hotel, Jimbaran.
“Selain untuk mempererat silarurahmi antarpelaku UMKM yang menjadi binaan BEDO, acara yang bertajuk “BEDO Annual Gathering 2019″ ini juga dimeriahkan dengan gelaran bazaar, fashion show dan pelatihan selama tiga hari,” ujar Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri RI di sela-sela acara.
Acara itu juga diisi dengan Forum Group Discussion (FGD) tentang Digitalisasi UKM, workshop secara pararel, business coaching, pelatihan produksi barang-bareng kerajinan tangan, dan mini bazaar yang menjual barang-barang produksi bebetapa UKM anggota BEDO.
Saat ini jelasnya, UKM di Indonesia umumnya mempunyai kelemahan untuk bersaing dalam hal pemasaran atau untuk berpromosi. Sehingga diperlukan teknologi digitalisasi dan pemahaman terhadap teknologi itu sendiri.
Diharapkan para UKM dapat memanfaatkan platform sosial media, seperti facebook, instagram dan twitter untuk menjual barang dagangannya. Sementara BEDO juga akan membuat platform tersendiri yang diharapkan menjadi hub informasi pelatiahn dan business coaching bagi para UKM tersebut.
Jelang ulang tahunnya yang ke-15, kepada para UMKM anggota BEDO diharapkan bisa bersaing untuk masuk ke nilai pasok dunia, karena sebetulnya para eksportir dari beberapa UKM tersebut memiliki banyak potensi, namun daya saingnya belum mencapai keinginan pasar global.
“Selaku penjuru hubungan luar negeri, kami selalu siap untuk menjadi fasilitator dan koordinator fungsi-fungsi diplomasi ekonomi. Kami juga selalu mendukung kementerian/lembaga terkait untuk mendorong daya saing UMKM agar bisa masuk ke pasar global dan lebih memprioritaskan ke negara-negara nontradisional, seperti Afrika dan Asia Selatan,” katanya, seraya mengapresiasi kiprah para UKM yang menjadi pahlawan ekonomi Indonesia.
Programme Manager BEDO Jeff Kristianto menjelaskàn, saat ini terdata 220 anggota, 70 di antaranya dari Bali dan sebagian sudah melakukan ekspor. “Produk yang diekspor, seperti furniture, garmen, handicraft, makanan dan minuman, Negara tujuan ekspor kebanyakan ke Rusia dan Eropa,” kata Jeff, seraya menuturkan BEDO juga menjalin kerja sama dengan Sampoerna dalam hal pengembangan UMKM dan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Chairperson BEDO Dwi Iskandar menambahkan penyelenggaraan acara kali ini lebih meriah dari tahun sebelumnya, karena dihadiri sekitar 90 UMKM dari seluruh Indonesia. Di mana, 20 diantaranya dari Bali yang diwakili beberapa UMKM dari Tabanan, Buleleng, dan Karangasem.
Selaku desainer, untuk turut menyemarakkan acara tersebut ia menghadirkan beberapa model yang menampilkan sejumlah koleksinya yang ramah lingkungan dengan konsep “3 Re” (reuse, reduce, dan recycle). “Fashion itu untuk semua orang. Konsep Re ini berlaku sepanjang masa, sehingga kedepan kami bakal terus menghasilkan karya-karya terbaru, baik dari kain batik maupun tenun, sekaligus untuk mengangkat kearifan lokal Bali,” tutur Dwi Iskandar.
Pihaknya paham dan menyadari bahwa industri fashion juga punya andil dalam pencemaran lingkungan dan merusak alam. Sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih mencintai karya-karya anak bangsa daripada memburu brand luar negeri yang menjamur di Indonesia. (jbt)