Gelar Kembali Youth For Peace Camp 2022, Dompet Dhuafa Kuatkan KolaborAksi di Kancah Internasional
(Baliekbis.com), Setelah tertunda selama 2 tahun karena pandemi, forum internasional tahunan, Youth For Peace Camp kembali digelar. Gerakan global tersebut berlangsung selama lima hari berturut-turut, mulai Senin (17/1/2022) hingga Jumat (21/1/2022) yang bertempat di Ruang Bamboo, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Youth For Peace Camp 2022 mengusung tema “CollaborAction Without Boundaries”.Tema ini diusung sesuai dengan perkembangan era di masa sekarang, bahwa setiap orang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain di negara lain tanpa adanya kendala batasan-batasan negara tertentu.Hal ini yang kemudian juga mengubah tatanan dunia global karena negara saat ini tidak hanya berfokus kepada keamanan nasional ,tetapi juga telah meluas kepada keamanan manusia (human security).
Perluasan isu ini disebabkan karena ancaman tidak lagi hanya ditujukan kepada kedaulatan negara, tetapi juga terhadap keamanan individu, seperti terorisme, cybercrime, human trafficking atau bahkan people smuggling. Oleh itu, tentu kolaborasi serta aksi, baik secara regional maupun global untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut sangat dibutuhkan. Pemuda saat ini, yang kerap kali disebut sebagai generasi milenial, tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa, namun juga sebagai aset perdamaian bagi sebuah bangsa. Di tengah arus globalisasi serta kemudahan untuk berkomunikasi, pemuda lah menempati posisi sebagai agen perubahan. Pemuda menjadi sosok yang tepat untuk menggaugkan nilai-nilai perdamaian di dunia.
Sejak pertama diselenggarakan pada 2013, Youth For Peace Camp mengumpulkan pemuda-pemuda dari berbagai dunia. Pada tahun 2022 ini, Youth For Peace Camp diikuti oleh 10 peserta yang berdiskusi mengenai situasi terkini dari hubungan internasional serta menemukan solusi untuk menangani permasalahan dari isu-isu saat ini demi terwujudnya perdamaian. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa sesi, berupa seminar, workshop yang diisi oleh pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya, focus group discussion, project presentation, serta cutural event untuk mempererat hubungan pemuda lintas negara.
Arif Rahmadi Haryono selaku General Manager Aliansi Strategis dan Advokasi Dompet Dhuafa menyebutkan, forum ini digelar oleh Dompet Dhuafa untuk meningkatkan peran pemuda dalam menyebarkan perdamaian dunia melalui program-program proyek sosial yang nantinya akan digelar di lingkungan atau negaranya masing-masing.
“Youth For Peace Camp kembali hadir untuk meningkatkan kesadaran pemuda terhadap pentingnya peran mereka dalam membangun perdamaian dunia. Kami tidak memiliki isu khusus pada forum kali ini. Yang menentukan pembahasan isu adalah masing-masing peserta. Semua isu-isu besar di masing-masing negara para peserta, akan dibahas di forum ini,” papar Arif kepada para peserta.
Di hari kedua, yaitu pada sesi seminar dan diskusi grup (FGD), Selasa (18/1/2022), beberapa pemateri dihadirkan untuk memantik diskusi. Di antaranya adalah Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia Shofwan Al Banna, Humanitarian Affairs Analyst UN OCHA Titi Moektijasih, Dosen Politik UPN Veteran Jakarta Sri Lestari Wahyuningroem dan Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan Rahmat Hidayat.
Shofwan Al Banna menjelaskan kepada para peserta bahwa aktivis kemanusiaan juga harus menjadi ilmuwan politik. Menurutnya, banyak kasus emergensi secara bertahap menciptakan masalah ekonomi dan akan berdampak pada isu kemanusiaan. Setelahnya, Sri Lestari menambahkan kasus-kasus kemanusiaan atau HAM tak bisa dilepaskan dengan dilema para pencari suaka di setiap negara. Sedangkan Titi menjelaskan, iklim perubahan dunia saat ini sangat tingg, begitu juga tingginya kasus-kasus kemanusiaan di dunia. Pemuda adalah kaum yang akan mampu mencegah kekejaman kemanusiaan dan mendorong perdamaian dunia.
Dompet Dhuafa mencoba mengarahkan para peserta untuk membangun proyek-proyek sosial yang akan berdampak besar bagi para penerima manfaat. Di samping itu, proyek tersebut juga akan didesain supaya terus-menerus berkelanjutan. Outputnya, para peserta akan membangun proyek sosial di negaranya yang akan bermanfaat bagi negaranya secara berkelanjutan. (ist)